Berantem

1039 Kata
Dengan sangat berat hati, Edo terpaksa mengantarkan Andin pulang ke rumahnya. Namanya juga Andin, dia mana mau ngalah, sengaja ngerebut jaket Edo karena emang dia kedinginan. Edo tentu saja kesal bukan main, baru kali ini, dia ngadepin cewek model Andin. Nggak tau malu dan pemaksa. Sedangkan ke-tiga temennya tersenyum puas melihat Edo yang dikerjain Andin habis-habisan. Emang temen lucnut ‘kan! “Import, lo naik motor kek siput aja!” Andin mendekatkan wajahnya ke samping kepala Edo yang memakai helm. “Berisik! Gue kedinginan, Markonah!” teriak Edo. Andin tersenyum, kalau cewek normal naik motor pegangan pinggang yang nyetir, tapi kalau ini enggak. Andin malah dengan santainya, bersedekap. Menumpukan kedua tangannya pada dadanya, membungkus tubuh mungilnya dengan jaket hasil rampasannya. Nah, lo! ini premannya siapa sebenarnya? Ini Andin sengaja banget nonyor kepala Edo dari belakang. “Heleh! lo udah pakai helm. Nggak bakalan kedinginan.” Edo melotot mendengar ucapan Andin. “Gile! helm buat kepala! Tubuh gue yang kedinginan! Dasar pe-a!” kesal Edo. “Hahaha … itu derita lo! salah sendiri kemalaman!” celetuk Andin. “Peluk gue, dong! biar nggak kedinginan!” Bukannya di peluk, Edo kembali mendapat tonyoran dari Andin. “Peluk! Peluk! Pala lo peang! Buruan! yang kenceng!” seru Andin. Edo kembali mendengus kesal. “Huh! kalau bukan Cewek, udah gue lempar ke kali Ciliwung!” gerutu Edo. “Apa lo bilang!” seru Andin. Emang suara Edo nggak begitu jelas. “Diem!” bentak Edo. Febian, Leo dan juga Risky, dari tadi tersenyum geli melihat Andin yang berulang kali mentonyor kepala Edo dari belakang. Keduanya kek Tom and Jerry aja, nggak pernah rukun, maunya menang sendiri. “Lus! sepupu lo gokil abis!” seru Febian. “Emang! Makanya gue bangga sama sepupu gue!” seru Lusi bangga. Febian tiba-tiba saja menghentikan motor mereka. Lusi terlihat heran. Bukan hanya Febian, tapi Edo, Risky dan juga Leo ikut menghentikan motor mereka. Ternyata di depan ada segerombolan anak motor yang menghadang mereka. Lusi terlihat sangat takut, Febian menggenggam tangan Lusi yang gemetaran memeluk pinggangnya. “Tenang Lus, lo cari tempat aman dulu ya … biar kita beresin mereka …” lirih Febian. Lusi mengangguk, masih nengkreng di atas boncengan Febian. Edo yang di depan menatap kesal mereka, sedangkan Andin, nggak ada rasa takut sedikitpun, menepuk punggung Edo. “Import! Ngapain mereka, udah sikat aja!” Dasar Andin, malah ngajakin ribut. “Diem lo Markonah! mereka itu anak-anak SMA Purnama!” kesal Edo. “Lo sembunyi sama Lusi kalau kita ngadepin mereka …” Ini suara Edo bisa lembut juga. Andin mengernyit. “Ogah! kita hadapi sama-sama. Gue nggak rela kalau sekolah kita diremehin!” seru Andin. Edo geleng kepala, ternyata Markonah nyalinya gede juga. “Lo itu Cewek, lo nggak tau aja keganasan mereka,” ucap Edo. Salah satu anak dari SMA sebelah, berjalan mendekati Edo, total mereka ada sekitar lima motor, jadi imbanglah! “Woi, anjing! turun lo!” bentak si cowok. “Woi, kodok! asal lo tau aja, kita ini manusia berkualitas, bukan anjing kek yang lo sebut!” seru Andin. Edo, Febian, Risky dan juga Leo, tertawa. Andin emang gokil abis. Si anak yang di panggil ‘kodok’ menatap kearah Andin, kemudian beralih menatap Lusi yang terlihat ketakutan. “Cewek baru? Boleh juga. Nyalinya juga boleh, gimana kalau kalian serahkan aja ke kita, sebagai imbalannya … lo boleh lewat!” ucap si cowok songong. “Enak aja! ayo turun, Import!” kesal Andin. “Ndin, lo pergi dulu sama Lusi, biar kita beresen nih coro!” seru Leo. Langsung turun dari motornya, di susul oleh Febian, Risky, Andin dan juga Edo. Sedangkan Lusi, menurut ketika Febian menyuruhnya untuk menjauh. “Nggak ada! kita hadapin sama-sama!” ketus Andin. Si cowok menatap Andin dengan tatapan penuh ejekan. “Nyingkir, lo! ini bukan urusan cewek, gilaran lo nanti. Tunggu enaknya aja!” seru si cowok. “Ohh … gitu, ya! enak aja! lo belum pernah ngerasain jadi kodok guling!” tantang Andin. Edo dan teman-temannya tersenyum geli, wajah si cowok merah padam, marah dengan ucapan Andin. “Heleh! nggak usah belagu, nanti paling nangis!” seru si cowok. “Udah, kita sikat aja! mereka udah bikin Nico babak belur!” seru anak yang lainnya, yang sudah berdiri di belakang teman mereka. “Jangan salahkan gue, kalau kalian ikut Nico ke rumah sakit!” seru Edo. “Banyak bacot, lo!” seru salah satu cowok yang menantang mereka. “Markonah, tunjukan kemampuan lo!” tantang Edo. Andin menyeringai, melempar jaket Edo ke entah motornya siapa. Meremas-remas kepalan tangannya, menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri. Mirip seorang petinju saja. Edo dan teman-temannya samapi kembali tersenyum geli melihat tingkah konyol Andin. “Ayo lo maju!” seru Andin. Si cowok yang terpancing dengan tantangan dari Andin, langsung maju ke depan. Andin nggak tinggal diam, bergerak memutar, menendang wajah si cowok dengan tendangan yang mendarat sempurna di wajah si cowok. Semua melongo melihat aksi Andin, ternyata emang tuh cewek nggak bisa di remehkan. “Hahaha … baru ngadepin Cewek aja, lo udah keok!” seru Leo. Biar mereka ngerasain bantingan Andin, kek dia yang pernah di banting sama Andin. “Diem lo!” seru yang lainnya. Semua maju, Andin dengan sangat santainya malah pergi dari tempat itu, duduk di atas motor Edo. Yam au ngelawan siapa lagi, orang tinggal empat orang. Yang satunya sudah KO dengan tendangan mautnya Andin. Biar Edo sama teman-temannya yang membereskan mereka. Andin kembali memakai jaket Edo, jadi penonton yang manis di atas motor gedenya Edo. “Ayo, semangat! Hancurkan mereka!” Ini cewek satu emang benar-benar, nggak ada rasa takut sedikitpun, sekarang malah jadi supporter untuk perkelahian mereka. Dasar cewek sableng! Edo yang memang kedinginan, sengaja menjadikan perkelahian mereka ajang mencari keringet, biar hangat dikit. Tapi namanya kekuatan Edo dan bela diri Edo yang nggak ada duanya, hanya dengan satu pukulan kerasnya, dia langsung membuat lawannya KO! Andin langsung bersorak. "Bagus Import!" seru Andin. Edo benar-benar terhibur dengan tingkah konyol Andin, tersenyum saat mendengar teriakan Andin. Seperti yang Andin lakukan, Edo meninggalkan tempat itu, ikut duduk di samping Andin di atas motornya. Tanpa mereka sadari, keduanya melakukan gerakan thoss! "Ayo Demit! habisin mereka!" seru Andin. Lusi yang tadi menjauh, berjalan kearah Andin dan Edo. Dia hanya bisa geleng kepala, setiap melihat kekocakan Andin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN