3. Pacar Kontrak

1359 Kata
"Ma, Fheli izin tinggal sebentar nggak apa-apa, ya." Pagi ini setelah memastikan kondisi sang ibu jauh lebih baik, bahkan menemaninya terlebih dahulu untuk diperiksa, Fhelicia memutuskan untuk izin pergi keluar. Ia sudah punya janji dengan Nicholas untuk bertemu di kantor pria itu. Lagi pula, Fhelicia memang harus cepat menyelesaikan ini semua. Begitu uang diterima, ia harus segera mengurus keperluan administrasi agar sang ibu bisa segera menjalani operasi. "Memangnya kamu mau ke mana?" tanya sang ibu dengan suara sedikit berbisik. Kondisinya yang belum kuat buat membuatnya harus rela untuk terus berbaring di kasur. "Ada urusan yang harus diselesaikan. Setelah itu, Fheli langsung kembali ke rumah sakit." "Kita nggak pulang aja? Kondisi Mama sudah enakan. Lagi pula, semalam pingsan mungkin karena kecapean aja." Fhelicia menggeleng. Meraih pergelangan tangan ibunya, wanita itu berbisik pelan. Berusaha sekali untuk memberi pengertian. "Mama harus terus di rumah sakit. Lagi pula, Fheli sudah konsultasi sama dokter kalau sore ini Mama bakal menjalani operasi bypass jantung." Mendengar ucapan Fhelicia, Amanda langsung terperanjat. Wanita itu bahkan sampai menarik tangannya dari pergelangan tangan sang putri. "Operasi? Bayar rumah sakit aja pasti mahal banget, Fhe. Apalagi sampai Mama operasi segala macam. Mau cari uang kemana kamu? Mama tau, tabungan kuliahmu bahkan nggak akan cukup untuk membiayai operasi Mama." Fhelicia tersenyum. Kalau dipikir-pikir, apa yang ibunya katakan itu memang benar. Mau pakai uang tabungan sekali pun, mana cukup dirinya membiayai operasi ibunya itu. "Mama tenang aja. Nggak usah dipikirin soal biaya operasi. Yang terpenting, Mama istirahat cukup dan nggak perlu mikir berat-berat. Nanti tensi darahnya malah naik." Amanda menggeleng. Mau disuruh tenang berkali-kali pun tetap saja pada akhirnya akan kepikiran. "Memangnya kamu dapat uang dari mana mau biayain operasi Mama?" tanya Amanda ingin tahu. "Pokoknya adalah, Ma." "Kamu nggak nipu, curi uang orang, atau malah jual diri sama om-om, kan?" "Ya ampun, Mama," seru Fhelicia. Kenapa ibunya ini malah menuduhnya yang macam-macam. "Mana mungkin Fheli lakuin hal-hal seperti itu. Sumpah demi Tuhan, Fheli nggak melakukan hal yang buruk. Uang operasi kali ini hasil pinjam dengan manager Bar dan pengembaliannya bisa dicicil. Mama percaya sama Fheli, kan?" Amanda menatap manik hitam milik Fhelicia dalam-dalam. Dilihat dari raut wajahnya, tidak mungkin memang putrinya itu melakukan hal-hal aneh atau di luar batas. Ia yakin, Fhelicia pasti sedang berkata jujur. Sedang Fhelicia sengaja mengatakan uang itu berasal dari meminjam pada manager bar. Tidak mungkin ia berkata kalau mendapatkannya dari hasil menjadi pacar sewaan seorang artis. Ibunya pasti tidak akan memperbolehkan. "Oke, Mama percaya. Nanti kalau sudah sehat, Mama akan bantu Fheli untuk cari uang melunasi pinjaman itu." "Nggak perlu dipikirkan, Ma. Lebih dari itu, yang terpenting operasi Mama sore ini bisa lancar. Itu sebabnya Fheli minta Mama banyak istirahat aja. Sementara Mama istirahat, Fheli izin keluar sebentar." Amanda mengangguk. Setelah memberikan izin, ia membiarkan putrinya itu untuk pergi. Sementara dirinya memilih untuk kembali beristirahat, mengikuti apa yang Fhelicia perintahkan sebelumnya. *** Fhelicia tiba di kantor Star Entertainment milik Nicholas tepat pukul sembilan pagi. Begitu sampai, ia langsung dituntun resepsionis untuk segera masuk ke ruangan pria itu. Nicholas tampak sekali ramah menyambut kedatangan Fhelicia. Dengan ramah pria itu berdiri kemudian mempersilakan gadis tersebut untuk segeda duduk di sofa. "Sebelumnya terima kasih banyak karena kamu sudah setuju dengan apa yang saya tawarkan, Fhelicia. Kalau boleh jujur, kasus yang menimpa Rayden ini sempat membuat saya pusing." Fhelicia tersenyum. Merasa maklum dengan apa yang Nicholas keluhkan. Pasti tidak enak sekali pria itu menghadapi banyak pertanyaan atau pemberitaan soal skandal yang terjadi pada Rayden. Apalagi pria itu tengah naik daun sekarang. Salah sedikit saja memberi keterangan, bisa hancur reputasi baik yang selama ini dibentuk. "Kayaknya saya yang harus terima kasih," sahut Fhelicia. "Asal Mas Niko tau, saya itu aslinya penggemar berat Rayden. Bisa ngobrol secara langsung seperti kemarin aja, saya sudah keringat dingin sampai semalam kebawa mimpi." Nicholas tertawa. Merasa lucu dengan cerita jujur yang Fhelicia sampaikan. Entah kenapa, ia merasa gadis di depannya ini adalah sosok baik yang kedepannya akan menguntungkan bila diajak untuk kerja sama. "Ya, pokoknya kita sama-sama diuntungkan atas pertemuan ini. Yang buat saya tambah kagum, kamu bisa bela diri. Itu artinya kalau di kemudian hari kondisi Rayden terancam seperti semalam, kamu bisa bantu untuk melindungi dia." Lumayan lama keduanya terlibat sedikit perbincangan ringan. Sampai beberapa menit terlewat, Rayden yang sedari tadi ditunggu akhirnya tiba. Pria berkaca mata hitam itu langsung mengambil posisi duduk tepat berseberangan dengan Nicholas. "Buruan Nick, mana kontraknya. Aku nggak punya banyak waktu hari ini. Kamu tau sendiri aku harus reading naskah dilanjut syuting sampai malam," keluh pria itu. Sebagai artis yang tengah naik daun, jadwal Rayden memang selalu padat setiap harinya. Hampir tidak ada sedikit pun jeda atau hari libur yang bisa ia nikmati. Kalau pun ingin bersantai, waktunya juga tidak lama. "Sabar dikit bisa kali, Ray. Lagi pula aku harus jelasin kontrak ini dulu ke kamu dan Fhelicia." "Ya udah, baca dan jelasin sekarang aja. Bukannya kamu sendiri yang selalu ingetin aku buat jadi artis yang tepat waktu?" Nicholas lantas meraih berkas kontrak yang memang sudah ia siapkan. Mengeluarkan dua kertas di dalamnya, kemudian menyerahkan kepada Rayden dan Fhelicia. "Kalian bisa baca terlebih dahulu isi dan poin-poin apa saja yang tertulis di sana. Kalau ada yang kurang pas atau ada yang ingin ditambahkan, langsung ngomong aja." Surat perjanjian kontrak antara Rayden Einhard Miller dan Fhelicia Sharon. 1. Kontrak hubungan berjalan selama enam bulan. Apabila ada perpanjangan, pihak pria wajib mengkonfirmasi satu bulan sebelumnya. 2. Wajib bersikap selayaknya pasangan kekasih normal ketika berada di depan orang banyak. 3. Kedua belah pihak wajib bersikap ramah serta menjaga chemistry satu sama lain. 4. Pihak wanita wajib untung langsung datang/ikut kemana pun ketika pihak pertama membutuhkan kehadirannya. 5. Tidak membocorkan rahasia ini kepada siapa pun. 6. Tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing. 7. Tidak boleh melakukan kontak fisik dalam bentuk apa pun. Apabila melanggar wajib membayar denda sebesar nominal yang sudah disepakati. 8. Tidak boleh bermesraan dengan orang lain di areal public hingga menimbulkan skandal atau spekulasi khalayak luas. 9. Apabila salah satu pihak memutuskan untuk berpisah sebelum tenggang waktu yang sudah disepakati, pihak tersebut wajib membayar ganti rugi sebanyak dua kali lipat dari biaya yang sudah dibayarkan di awal. Rayden dan Fhelicia nampak serius membaca setiap klausa yang tertulis di kontrak. Mencerna sekaligus memahami poin-poin penting yang harus mereka kerjakan selama terikat kontrak. "Aku pribadi setuju dengan semua poin yang tertulis di kontrak," tutur Rayden. Mata pria itu masih fokus kepada lembaran kertas yang ia pegang. "Kalau Fhelicia sendiri gimana?" tanya Nicholas ingin tahu. Kalau pun gadis itu merasa keberatan atau ingin merevisi apa yang sudah tertulis, ia dengan senang hati akan mempertimbangkannya. "Saya sama seperti Rayden, Mas. Kayaknya nggak ada yang perlu dirubah atau revisi lagi." "Itu artinya kamu setuju dengan semua poin yang ada di kontrak, kan?" Fhelicia mengangguk yakin. Lagi pula semua yang tertulis cukup mudah untuk ia kerjakan. Fhelicia yakin ia tidak akan mengajukan pengunduran diri yang mana mengakibatkan dirinya membayar ganti rugi hingga dua kali lipat atau setara dengan satu milyar rupiah. "Saya setuju," tegas wanita itu. "Kalau begitu, kamu boleh tanda-tangani berkas yang kamu pegang." Selesai mengucapkan itu, Nicholas langsung menyodorkan dua buah pena kepada Rayden dan Fhelicia. Menunggu keduanya membubuhkan tanda tangan, kemudian menyimpan berkas tersebut untuk segera di sahkan ke kantor notaris. "Semuanya udah selesai, kan?" tanya Rayden. "Kalau nggak ada lagi yang harus dikerjakan, aku pergi dulu ke lokasi syuting." Nicholas mengangguk. Ia dengan serta merta mempersilakan Rayden untuk melanjutkan kegiatan. Namun, sebelum pria itu benar-benar pergi, ia sekali lagi mengingatkan sesuatu. "Jangan lupa, Ray. Besok kamu harus konfrensi pers. Jangan telat datang." Rayden mengangguk. Pria itu lantas meninggalkan Nicholas dan Fhelicia berdua saja di ruangan untuk menyelesaikan proses p********n atas kontrak yang sudah disetujui. "Fhelicia," tegur Nicholas. "Ini cek 500 juta. Bisa kamu cairkan kapan aja. Tolong diterima dan disimpan dengan hati-hati." Fhelicia detik itu juga menerima cek pemberian Nicholas. Kemudian buru-buru menyimpannya ke dalam tas. "Terima kasih banyak Mas Niko. Kalau ada sesuatu yang harus saya kerjakan, langsung hubungi saja saya di telpon." "Tentu. Jangan lupa, besok sore atau malam kamu harus siap-siap untuk melakukan konfrensi pers. Saya harap kamu menyiapkan diri. Nanti saya kirim beberapa informasi penting untuk kamu pelajari supaya nggak salah dalam menjawab pertanyaan yang mungkin wartawan berikan nantinya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN