BAB 29 - Orang tua

1606 Kata
Halo, Fellas. Kembali lagi dengan cerita bertema remaja dan misteri dariku. Berharap kalian menyukainya. Akan sangat menyenangkan jika kalian dapat menyukai dan memberikan komentar membangun pada ceritaku yang berjudul "Ten Reasons Why She's Gone." ini. Atas kekurangan yang akan kalian temukan dalam cerita ini, penulis memohon maaf. Terima kasih. *** • Selamat Membaca • "Gue harus cari tahu, jangan-jangan ... Valerie juga nyimpan barang-barang atau petunjuk lain di sini." Mata Vanya berpendar ke sekeliling ruangan, sebelum kemudian akhirnya beranjak dari kursi di depan meja belajar. "Coba gue liat di sini." Vanya mulai memeriksa lemari baju, melihat ke segala sisi di tempat sang pemilik kamar menyimpan baju dan gaun-gaun mahalnya. Kemudian mata hitam kecokelatan miliknya berpindah ke sudut yang lain, barangkali ada petunjuk yang dapat membantunya menemukan Valerie lebih cepat. Meski semua usahanya akhirnya tidak membuahkan apa-apa. Percuma. Sebuah ketukan di pintu, membuat tubuh Vanya menjadi waspada. "Non? Boleh saya masuk, Non?" Itu Bi Inah. Dengan segera Vanya membereskan barang-barang yang sebelumnya tampak berantakan karena digeledah olehnya. Ia juga menutup kembali laptop di meja belajarnya agar tak meninggalkan jejak apapun. Sebelum kemudian melangkah menuju pintu kamar dan membukakannya untuk Bi Inah. Vanya mencoba tersenyum di hadapan wanita paruh baya yang berdiri di sana. "Iya, Bi? Ada apa?" Bi Inah balas tersenyum. "Itu Non, makanan sudah siap. Bibi teh disuruh sama Ibu, buat panggil Non Valerie. Mau makan bareng-bareng katanya." "Ooh gitu. Yaudah Bi," kata Vanya pada akhirnya. Ia kemudian keluar dari kamarnya dan menutup pintu. Berjalan bersama Bi Inah menuju meja makan di lantai dasar rumah itu. Bi Inah tak banyak berbasa-basi hari ini, karena wanita itu masih teringat dengan keanehan yang ada pada Valerie di depannya tersebut. "Silakan, Non," ucap Bi Inah begitu mereka sampai. Wina yang baru selesai menyiapkan makanan di atas meja makanpun segera menyambut Vanya. Ia tersenyum lembut dan berkata, "Valerie ayo kita makan bareng." Wanita itu duduk lebih dahulu, sebelum kemudian disusul oleh Vanya. "Hari ini Bi Inah masak banyak dan enak-enak semua masakannya." "Ah, Ibu, bisa aja," timpal Bi Inah malu-malu. "Yaudah saya ke belakang dulu ya, Bu. Mau sapu-sapu di taman." "Oke, Bi." Wina memberikan nasi dan beberapa lauk di piring milik Vanya. "Ayo dimakan dulu, kamu pasti capek karena harus ikuti banyak pemeriksaan kesehatan tadi." "I-iya, Ma." Keduanya pun mulai menikmati makanan yang tersedia di atas meja. Hingga akhirnya, sebuah pikiran terbesit di kepala Vanya. Ia menyudahi kegiatan makannya dan berdeham pelan. Sebelum kemudian memberanikan diri untuk bertanya kepada Wina, "Ma, ada sesuatu yang mau aku tanyain." Wina menoleh dan buru-buru menelan makanan dimulutnya. "Tanya apa, Sayang?" "Uhm, Valerie itu ... orangnya kaya gimana sih, Ma?" *** Malam tiba-tiba menyapa. Perbincangan panjang mengenai seperti apakah sosok Valerie di mata Wina telah berlalu. Gadis itu sudah kembali ke kamarnya sejak siang. Dan Wina membiarkannya seperti itu sampai malam. Entah apapun yang dilakukannya, Wina hanya ingin putrinya yang baru saja kembali merasa nyaman. Wanita itu tahu, kehilangan ingatan pastilah tidak mudah dilalui bagi gadis remaja seperti Valerie. Dan membiarkannya menenangkan diri juga dipilih Wina sebagai opsi agar Vanya yang dikiranya sebagai Valerie mendapatkan rasa aman. "Kamu belum tidur?" Suara Edwin yang tiba-tiba terdengar berhasil mengalihkan perhatian Wina yang sejak tadi menonton televisi. Wina tersenyum lembut untuk menyambut suaminya. Sebelum akhirnya membenarkan posisi duduknya dan memandangi Edwin yang kini ikut duduk di sofa bersamanya. "Tumben pulangnya malem banget, Mas." "Aku 'kan sudah beberapa hari izin kerja. Jadi tadi, aku selesaikan semua pekerjaan yang kemarin-kemarin sempat aku tinggalin," terang Edwin. Ia lalu mengusap puncak kepala Wina dan membelainya mesra. "Kamu juga kenapa nggak istirahat? Ini udah malam banget lho, Sayang." "Ada yang mau aku obrolin, Mas." Raut muka Edwin pun berubah. Ia tampak serius. "Obrolin apa, Sayang?" "Tentang Valerie." Dan kedua alis pria yang baru saja melepaskan jaket kulitnya itu pun berkerut dalam. Ia melihat Wina dan bertanya, "Ada apa sama Valerie?" "Sebentar lagi 'kan ujian akhir. Apa nggak sebaiknya Valerie pergi ke sekolah, Mas?" Pria itu tampak menimbang-nimbang sebelum akhirnya menanggapi. "Tapi kamu tahu kondisi Valerie seperti apa, Sayang. Kalau nanti dia jadi kesulitan atau gimana-gimana di sekolah, ada apa-apa, bagaimana?" "Aku sudah minta tolong sama Rain dan Andreas untuk bantu Valerie." Wina menganggukkan kepalanya. "Dan sepertinya mereka nggak keberatan. Beruntung loh, Valerie punya teman dan pacar yang mau support dia dalam keadaan begini." "Tapi justru aku khawatir karena dia aja kesusahan untuk mengenali kita. Iya 'kan?" Wina kemudian menyentuh punggung tangan Edwin. Matanya menatap intens ke dalam bola mata yang sayu di hadapannya. "Kalau kita terus cemas, Valerie bisa ketinggalan pelajaran dan mungkin ga lulus SMA. Emangnya kamu mau dia bernasib kaya gitu, Mas? Kita sebagai orang tua justru harus bantu dia biar dia bertahan dan melewati semua ini." "Yaudah, nanti aku coba telpon dokter Aldi dulu. Tadi dia pulang bareng aku, mungkin sekarang belum tidur. Mudah-mudahan sih aku nggak ganggu waktu istirahat dia. Nanti kalau dia bilang nggak apa-apa, besok kita coba antar Valerie ke sekolah." Dan Wina pun mengangguk setuju sembari tersenyum senang. Akhirnya sang suami mau mendengarkan saran darinya dan mereka berdua mencapai kesepakatan. Wanita itu kemudian beranjak dari sofa. Membuat Edwin terkesiap dan segera bertanya, "Kamu mau tidur?" "Enggak. Aku mau siapin makan malam dan teh hangat buat kamu." "Oh yaudah, aku telpon Dokter Aldi dulu ya kalau gitu." "Iya." Setelah Wina berjalan meninggalkan ruang tamu, Edwin pun melepaskan satu kancing kemejanya untuk membuat dirinya sendiri merasa lebih rileks. Ia bernapas panjang untuk melepaskan kelelahan yang dibawanya dari tempat kerja selama beberapa saat sebelum kemudian mengambil ponsel dari dalam tas dan mulai mencari nomor Dokter Aldi di sana. "Semoga dokter Aldi belum tidur dan aku nggak mengganggu dia," harapnya. Dan icon telepon pun ditekan. Ia menempelkan layar benda berbentuk pipih itu ke telinganya dan mulai menunggu. Sampai kemudian, usahanya itu berbuah manis. Panggilan tersambung dan suara dari seberang sana pun menyambut cepat. "Halo, Dokter Edwin?" "Dokter Aldi ... Duh, maaf saya jadi ganggu waktu istirahatnya ya." "Ah, enggak kok. Ada apa ya?" "Jadi begini ...," Dan perbincangan mengenai kondisi kesehatan Valerie pun dilakukan malam itu. **** INFO TIME. Terjalinnya hubungan keluarga adalah salah satu kunci kebahagiaan. Jika keharmonisan keluarga tak dijaga, kerugian bisa datang, seperti stres, konflik, hingga penyakit. Keluarga adalah tempat kita mencari kasih sayang, kenyamanan, dan dukungan. Hubungan keluarga yang terjalin dengan baik dapat membawa pengaruh baik terhadap kesehatan fisik dan mental. Untuk mewujudkan hubungan keluarga yang sehat, ada beberapa tanda yang perlu Anda ketahui. Tanda hubungan keluarga yang sehat Menurut sebuah penelitian, hubungan keluarga yang sehat memiliki beberapa karakteristik yang bisa Anda kenali, di antaranya: 1. Apresiasi dan kasih sayang Adanya apresiasi dan rasa kasih sayang di dalam sebuah keluarga menjadi salah satu tanda hubungan keluarga yang sehat. Di saat ada anggota keluarga yang membutuhkan pertolongan, anggota keluarga lainnya akan menunjukkan dukungan dan rasa kasih sayangnya untuk membantu dengan cara apa pun. 2. Komitmen Hubungan keluarga yang terjalin dengan baik dapat terlihat dari komitmen para anggota keluarganya. Komitmen ini bisa datang dalam berbagai bentuk, seperti ada di saat dibutuhkan, dapat menjadi pendengar yang baik saat ingin bercerita, hingga membuat keputusan bersama dalam menjaga keharmonisan keluarga. 3. Komunikasi yang positif Di dalam hubungan keluarga yang sehat, tidak ada kritik yang menjatuhkan, menjelek-jelekkan nama anggota keluarga lainnya, atau kekerasan emosional. Justru sebaliknya, hubungan keluarga yang terjalin dengan baik diisi oleh komunikasi positif yang dapat membuat para anggota keluarganya merasa didukung dan disayangi. 4. Gemar menghabiskan waktu bersama Baik itu spontan atau sudah direncanakan, keluarga yang hubungannya terjalin erat dapat bersenang-senang, tertawa, dan tersenyum lebar saat sedang bersama-sama. Para anggota keluarganya juga merasa bahagia untuk bisa menghabiskan waktu bersama. 5. Mampu menyelesaikan masalah bersama Masalah dan konflik di dalam keluarga kadang tak terelakkan. Keluarga yang keharmonisannya terjaga cenderung dapat menyelesaikan berbagai macam konflik atau masalah bersama-sama tanpa rasa emosi. Mereka dapat melihat sisi positif di dalam situasi buruk.Dengan menjalani situasi-situasi yang sulit bersama, hubungan antar anggota keluarga dipercaya dapat semakin erat. 6. Mampu menerima anggota keluarga apa adanya Anggota keluarga yang saling bisa menerima dan memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing adalah tanda dari hubungan keluarga yang terjalin dengan baik. Tanda-tanda toxic family yang harus diwaspadai Setelah mengenal berbagai macam karakteristik hubungan keluarga yang sehat, Anda juga perlu memahami tanda-tanda toxic family supaya bisa menghindarinya: Suka gosip Pernah bertemu dengan anggota keluarga yang membicarakan anggota keluarga lainnya? Hal ini menjadi salah satu tanda toxic family yang harus segera dihentikan. Mencari kekurangan anggota keluarga lainnya Mencari-cari kekurangan anggota keluarga adalah ciri-ciri toxic family yang berbahaya. Kekurangan seorang anggota keluarga biasanya sudah diketahui dalam keluarga inti atau keluarga besar. Hal ini dikhawatirkan bisa dijadikan bahan olokan untuk mempermalukannya. Terdapat kekerasan Tidak hanya fisik, kekerasan mental juga bisa terjadi dalam keluarga yang toxic. Anggota keluarga yang toxic biasanya akan menindas korbannya secara emosional dan merasa korbannya layak diberi perlakukan buruk. Jika Anda menjadi korban atau saksinya, Anda mungkin akan disuruh diam demi menjaga nama baik keluarga. Adanya kompetisi Di saat ada seorang anggota keluarga yang selalu dielu-elukan, ditakutkan akan muncul rasa cemburu. Jika rasa cemburu sudah muncul, jangan kaget ketika anggota keluarga akan saling berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Padahal mereka seharusnya saling mendukung satu sama lain. Tips membangun hubungan keluarga yang sehat Terdapat berbagai macam cara menyenangkan untuk menjalin hubungan keluarga yang sehat, seperti: Gunakan waktu luang untuk berbicara dan bersenda gurau bersama anggota keluarga setiap hari. Matikan smartphone dan berbincanglah dengan anggota keluarga lainnya. Hal ini dapat membantu Anda fokus terhadap apa yang sedang dibicarakan dan dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Cobalah memberanikan diri untuk lebih terbuka dan berbincang empat mata dengan anggota keluarga untuk memperkuat hubungan individu dengan anggota keluarga lainnya. Lakukan hal seru bersama dengan keluarga, seperti berolahraga di lapangan atau liburan bersama. Berbagai aktivitas di atas memang terkesan remeh, tapi dampaknya terhadap hubungan keluarga cukup besar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN