Ketika Emma membuka mata keesokan harinya, ia berada di pelukan Raven yang hangat. Ia tak tahu, berapa lama dan berapa kali mereka berciuman semalam, tetapi itu adalah momen manis baginya. Tentu saja, bagi Raven juga. Mengingat ciuman mereka yang sesekali disela dengan candaan Raven, membuat Emma tersenyum. Ia segera merapatkan kepalanya ke d**a Raven yang keras. Aksi itu membuat Raven bergerak pelan hingga Emma bisa merasakan pelukan Raven mengetat sedikit. "Aku senang banget bisa peluk kamu gini," kata Raven dengan suara serak khas bangun tidur. "Kamu seneng nggak, Emma?" Emma membuang napas panjang. Mungkin, Raven akan mengiranya jual mahal karena ia hanya diam saja. Namun, ia agak malu mengakui bahwa ia juga merasa senang. "Aku tahu kamu juga," ujar Raven lagi. "Haruskah kita berma