Jika kamu memintaku untuk melupakanmu, hal pertama yang kulakukan adalah pergi ke kelurahan untuk meminta surat keterangan tidak mampu.
_________________&&&_________________
Sesampainya di rumah, Hasna langsung menata semua belanjaan pada tempatnya. Setelah memastikan semuanya rapi dan bersih ia langsung masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian tidur. Namun tubuhnya seketika membeku dengan bibir terbuka, belum lagi detak jantungnya yang bekerja ekstra. Pemandangan indah yang sangat sayang untuk dilewatkan, kapan lagi ia bisa melihat pria bertubuh seksi di hadapannya. Dengan susah payah Hasna meneguk salivanya saat melihat bagaimana tetesan air dari sisa rambut basah turun melewati punggung lebar pria itu lalu menghilang dalam kain putih yang melilit di pinggangnya.
"Aduh kayaknya enak bener tuh bahu untuk bersandar. Apalagi klo bisa dipeluk-peluk," ceracau hati Hasna saat melihat Galih yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Mendadak wajah Hasna terasa panas dengan pipi bersemu merah saat otaknya mulai berfantasi. Travelling ke mana-mana.
Bukannya segera tersadar Hasna justru ingin berlama-lama menikmati pemandangan super indah tersebut. Paling tidak ia bisa memvisualisasikan tokoh-tokoh pria tampan dan seksi dalam n****+ romance yang sering ia baca. Sama persis memang, perjodohan tanpa cinta. Diawali dengan sikap dingin dan ketus si pria tapi nanti ujung-ujungnya jadi bucin juga sama si tokoh wanita. Senyuman Hasna terurai membayangkan seandainya Galih menjadi bucin padanya. Tapi semenit kemudian kepala Hasna menggeleng cepat, mengenyahkan pikirannya yang masih terbawa oleh alur cerita dalam n****+. Semua itu hanya fiktif belaka. Realitanya tentu berbanding terbalik 180°. Mana ada pria sempurna di dunia ini seperti para tokoh pria yang telah diciptakan oleh para penulis n****+.
Galih yang sedari tadi menjadi pusat perhatian Hasna belum juga tersadar. Pria itu tengah berdiri di depan lemari besar, memindai susunan isi lemari di hadapannya. Lalu kedua tangan Galih beralih pada baris ke 3 tempat pakaian santai tertata rapi, hendak mengambil baju ganti. Hasna justru semakin menikmati bagaimana gerak-gerik tubuh Galih yang terlihat sangat hati-hati ketika mengambil salah satu baju dari tumpukan. Pemandangan yang sangat langka bagi Hasna. Menjadi satu-satunya perempuan dalam tiga bersaudara membuat Hasna memahami betul bagaimana tiga karakter pria di dalam keluarganya. Omelan Enyak yang tiada henti setiap pagi sudah menjadi hal biasa baginya. Babe yang memang tidak pernah benar melakukan pekerjaan rumah di mata Enyak hingga ke dua kakak laki-lakinya yang juga tidak pernah absen dari omelan wanita berdarah Betawi tersebut. Hazmi kakak pertama Hasna yang sudah bekerja di sebuah perusahaan sebagai accounting dan Hazwan kakak keduanya yang masih menempuh pendidikan pasca sarjana di salah satu universitas negeri di Jakarta juga tak pernah luput dari perhatian Enyak. Omelan Enyak adalah sarapan pembuka setiap pagi di rumahnya.
Mengingat masa kecil hingga dewasa bersama kedua kakaknya membuat kedua mata Hasna mulai berkaca-kaca. Baru berpisah kemarin saja rasa rindu begitu terasa menyesakan dadanya. Apalagi ia harus hidup bersama pria dingin layaknya es batu dan bermulut pedas seperti Galih membuat jiwanya meronta-ronta ingin pulang. Tapi biarpun dingin dan bermulut pedas Hasna tetap bahagia. Gimana tidak bahagia? Ia menikah dengan pria berparas tampan mirip artis ternama Indonesia, Dimas Anggara. Salah satu artis idolanya. Apalagi profesi Galih yang menyandang sebagai dokter spesial bedah jantung semakin membuat hati Hasna bangga meskipun di sudut hati terdalamnya ia merana karena penolakan pria itu yang secara terang-terangan.
Dan demi Tuhan, selain dingin dan ketus Galih tipikal pria yang perfeksionis. Entah ini berkah atau musibah bagi gadis berlesung pipi tersebut. Apalagi sifatnya yang tak jauh berbeda dengan kedua kakaknya yang suka asal dan seenaknya sendiri. Bagi Hasna pakaian bagus dan mahal bukan menjadi hal yang utama. Yang terpenting baginya adalah rasa nyaman dan percaya diri. Mendadak Hasna mengalihkan perhatiannya dari pria itu dan menatap dirinya sendiri. Fix, ia tidak selevel dengan Galih. Semua isi lemari Galih adalah barang-barang mahal dan branded. Sedangkan dirinya tak ada satupun pakaian bermerk yang saat ini melekat di tubuhnya.
Sebenarnya Amelia, mama mertuanya telah membelanjakan banyak pakaian sebelum mereka menikah. Dan tentu saja semua pakaian itu berharga fantastis. Saking sayangnya dan khawatir merusak atau menodai pakaian-pakaian tersebut Hasna memilih menyimpannya dan akan ia kenakan dalam acara-acara tertentu saja.
"Ngapain kamu berdiri di sana?" Ujar Galih yang seketika menyentak lamunan Hasna. Dengan santai Galih memakai kaos yang baru saja diambilnya dari dalam lemari lalu melepaskan handuk yang melilit di pinggangnya. Membiarkan handuk itu teronggok di antara kedua kakinya.
"Bang ganti baju di kamar mandi kenapa sih!" Kesal Hasna sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Jangan nodai mata Nana yang masih suci ini dong!" Sambungnya yang sontak membuat tawa Galih berderai.
Galih berjalan dengan gontai mendekati Hasna dengan seringai licik menyemai di wajah tampannya. Seringai itu tetap bertahan di bibirnya hingga Galih berdiri tepat di depan Hasna. "Emang ada yang salah klo aku ganti baju di kamarku sendiri?" sedikit pun Galih tak ingin mengalihkan perhatian dari gadis di hadapannya. "Lagian kita suami istri, aku telanjang di depan kamu juga sah-sah aja kan?" Goda Galih seraya membuka paksa kedua tangan Hasna yang masih menutupi wajahnya. Dari samping, Galih bisa melihat dengan jelas bagaimana warna merah muda menjalar secara perlahan dari wajah menurun hingga ke leher putih Hasna.
"Nana belum siap lihat Bang, ditutup dulu dong burung kutilangnya?" Desak Hasna yang masih mempertahankan kedua tangan untuk menutupi kedua matanya.
"Hahaha, Ini tuh burung elang Hasna bukan burung kutilang," ralat Galih karena merasa terhina jika senjata pusaka yang telah ia jaga dengan baik selama 29 tahun tersebut disebut sebagai burung kutilang.
"Ayo buka! Coba deh kamu lihat burung elang milikku!" Gencar Galih merasa terhibur dengan sikap konyol Hasna. Kemarin saja gadis itu bersikap sok berani menggodanya dengan lingerie seksi yang berhasil membuat dirinya bermain solo di kamar mandi. Sekarang giliran Galih untuk membalasnya. Tentu saja Galih tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang mungkin tidak akan datang untuk yang kedua kalinya.
"Nggak mau nanti Nana sawan!" Tolak Hasna dengan menggeleng-gelengkan kepala. Masih dengan tertawa Galih berhasil melepaskan kedua tangan Hasna dari wajahnya.
"Nih otak jangan ngeres mulu. Ngakunya guru tapi otak isinya m***m mulu!" Cibir Galih saat Hasna menatapnya dengan wajah merah padam.
"Eh ternyata Abang nggak telanjang!" Wajah Hasna semakin memerah saat melihat Galih yang ternyata telah memakai bokser di balik handuknya.
Galih yang tadinya merasa kesal kini malah merasa sangat terhibur. Tawanya berderai memenuhi ruangan serba berwarna putih dan silver tersebut. Lalu Galih mengurai jarak di antara mereka, menyingkirkan anak rambut yang menghalanginya, lantas mendekatkan bibir di telinga Hasna yang masih bergeming di ambang pintu kamar seraya mengedipkan sebelah mata menggoda. "Next time kamu harus melihat semuanya, terutama burung elang perkasa milikku Nana!" Bisik Galih lalu meniup pelan telinga Hasna sambil berlalu meninggalkan gadis itu begitu saja.
Brak... Hasna menutup pintu dengan keras lalu menyandarkan tubuhnya di balik pintu, mencoba tetap berdiri tegak di atas kedua kakinya yang sejak tadi bergetar hebat. Godaan Galih sukses membuatnya tak berdaya meskipun ia tahu Galih hanya ingin bermain-main saja dengan perasaannya.
"Nana sadar wow! Si burung kutilang cuma sengaja godain loe aja!" Pekik logika Hasna untuk mematahkan hatinya yang berdebar kencang saat membayangkan burung elang yang dimaksud Galih.
"Elang or kutilang?" Cicit Hasna lalu segera berlari masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar pikirannya kembali jernih.