MW14

1026 Kata
Suara baling-baling helikopter masih terdengar di bandara international, hari ini adalah hari kepulangan Daniar Marlino setelah ia melihat salah satu perusahaan Keluarga Marlino di California. "Selamat datang kembali sayang, kau pasti lelah setelah berjam-jam berada di helikopter bersama asistantmu," ucap Arsen Marlino dengan memberikan sebouqet bunga mawar merah dengan mengalungkan syal design terbaru dari Levi. Wajah Daniar Marlino tersenyum sesekali, ia terburu-buru dengan hanya mengenakan make up tipis di wajahnya. "Apa sangat terlihat seperti itu? Dalam seminggu ini banyak hal yang harus kita pelajari," jawabnya dengan menerima pelukan dari suaminya, Arsen Marlino. Hanya dalam setahun Arsen dan juga Dania membuat usaha kosmetika dengan beberapa cabang, melihat pemasarannya melonjak pesat tentu saja Arsen dan juga Dania ingin memperbesar usaha mereka, Dania melakukan jadwal seorang diri bersama tim pemasaran dari perusahaannya ke California, karena memang beberapa perusahaan Arsen Marlino sedang dalam masa produktif di Inggris. "Sepertinya akan banyak cerita darimu," godaan Arsen Marlino dengan masih merangkul istrinya. Mereka berjalan menuju limosin yang sudah terparkir di depan Bandara International. Dania tahu beberapa hari lagi pesta pertunangan putrinya akan di sslenggarakan, terlebih akan di selenggarakan di tiga negara. Keinginan Archi untuk membahagiakan Cindy Marlino putri kesayangannya bersama Arsen Marlino. Arsen membukakan pintu limosin untuk istrinya, wajahnya terlihat bahagia dengan melihat kepulangan Dania dari California. "Apa design untuk putri kita sudah di berikan kepada Cindy, syal ini bagus. Aku menyukainya," ucap Dania dengan sesekali mencium bouqet bunga mawar pemberian suaminya. Senyuman Arsen terlihat dengan memegangi lengan kiri istrinya disana, tak perlu menunggu Dania menanyakannya bahkan Arsen sudah membiarkan Levi mengurusnya. "Putri kita senang dengan rancangan gaun Levi, lagipula ada Archi di kediaman kita. Kau pasti bahagia dengan melihatnya," ucap Arsen Marlino. "Archi?" Tanya Dania dengan menoleh, tentu saja ia sangat senang karena beberapa hari lagi Archi dan putrinya akan melangsungkan pesta pertunangan. Anggukan Arsen Marlino terlihat dengan menoleh ke arah wajah Dania, senyuman istrinya terlihat manis disana. Dania pun mencium bibir Arsen Marlino dengan ciuman lembut, tatapan penuh sayang terlihat dengan genggaman tangan Arsen Marlino kepada Dania Marlino. Perjalanan dari bandara international menuju kediaman Keluarga Marlino hampir satu jam, Archi menonton film bersama Cindy di ruang televisi, bioskop mini berada di mansion milik Keluarga Marlino, Cindy memberikan kue terakhir untuk Archi sembaring menonton film yang Archi pilih. "Habiskan kuenya, aku kan sedang diet. Aku menyukai gaun rancangan Levi, besok-besok jangan membawakanku kue manis yang banyak, kita kan akan melakukan pesta pertunangan," ucap Cindy dengan memakan popcorn disamping Archi. Archi memakan kue yang ia bawa dengan menuruti perkataan Cindy, "Tak perlu diet. Lagipula kau sudah cantik, lagipula jika diet membuatmu sakit lebih baik tak perlu. Diet pun ada programnya, minta resep ke dokter saja nanti." "Nanti aku merepotkanmu jika menanyakan resep diet saja," ucap Cindy dengan melihat Archi tersenyum kue yang dimakan Archi pun sudah habis tanpa sisa, dirinya menoleh ke arah wajah Cindy dengan mengambil popcorn di genggamannya. "Kenapa harus repot, lagipula kau kan istriku. Aku tak salah berbicara, jika ingin diet. Diet saja yang sehat, kan bisa berolahraga, tapi aku tak ingin melihatmu kelelahan. Jadi harus relax menjalaninya," jawab Archi dengan memakan popcorn dengan menonton film. Daniar menuruni limosin bersama Arsen Marlino, dengan Arsen memegangi tas milik dania. "Kalian melihat Cindy?" Tanya Daniar dengan melihat beberapa staff pegawainya yang berjejer di depan pintu utama mansion. "Mereka sedang ada di bioskop mini, Nyonya dan Tuan," jawab seorang asistantnya disana. Tak lama Daniar pun bergegas berjalan menuju ruangan kamarnya. "Setelah membersihkan diri aku akan menemui Cindy," ucap Daniar dengan melepas tangan Arsen. Senyuman suaminya terlihat dengan mengikuti istrinya saat ini. "Kau tak ingin memiliki anak lagi sayang, lagipula Cindy akan menikah. Sepertinya jauh lebih baik jika ada suara bayi," ucap Arsen dengan menggoda Daniar. Daniar hanya menoleh ke wajah Arsen dengan kedipan matanya. "Kau merindukanku, lagipula aku hanya beberapa minggu di California," jawab Daniar dengan menggoda Arsen setelah memasuki ruangan kamar. Tangannya mengalung di leher Arsen dengan menatap wajah suaminya. Bibirnya mendarat sempurna dengan menciumi bibir suaminya dengan pelukan Daniar. Arsen melepaskan pelukan Daniar dengan membiarkan istrinya membersihkan diri. "Masih ada Archi, kita akan makan malam, jangan lupa kita akan program memiliki anak lagi," bisik Arsen Marlino dengan manja di telinga istrinya. Daniar pun bergegas ke kamar mandi sementara Arsen membenarkan kemeja miliknya, dirinya berjalan dengan menyuruh beberapa staff untuk menyiapkan makan malam, tak lama dirinya berjalan menuruni tangga utama. Archi menepuk lengan Cindy dengan pelan, lirikan matanya melirik ke arah Arsen yang sebentar lagi resmi menjadi mertuanya. "Ayahmu menuju kemari," bisik Archi dengan berbisik di telinga Cindy. Cindy menoleh dengan tersenyum, jari-jemarinya memegang tangan Archi mendekati Arsen Marlino. "Ayah sudah kembali? Dimana ibu?" Tanya Cindy dengan menyambut ayahnya saat ini. Senyuman itu terlihat dengan wajah Arsen melihat putrinya bersama Archi. "Ibumu masih di kamar mungkin sebentar lagi ia akan turun dan bersama kita," ucap Arsen Marlino dengan berjalan ke arah ruang keluarga, sofa besar lengkap dengan beberapa pajangan disana. Mansion mewah dengan beberapa perlengkapan yang terbuat dari lapisan emas dan juga berlian menghiasi setiap permukaan ruangan. "Tak ada masalah kan selama menuju pesta pertunangan kalian? Padahal ibu mertuamu menginginkan langsung menikah, tapi tak masalah. Lagipula ayah menyetujui hubungan kalian termasuk ibu mertuamu, Daniar," ucap Arsen Marlino dengan duduk di sofa. Archi duduk di dekat Cindy, sesekali dirinya melirik ke arah Cindy. "Tak ada masalah ayah mertua, kemungkinan semuanya akan lancar," jawab Archie dengan suara tegasnya. Padahal ia tahu ada percakapan antara ayah dan ibunya yang akan ke indonesia. Senyuman itu terlihat dengan Daniar menuruni tangga utama, dress berwarna biru tua dengan corak bunga. Rambutnya tersanggul dengan hiasan beberapa perhiasan berlian yang menghiasi tubuhnya. "Akhirnya ibu bisa melihat kalian lagi setelah tiba dari California," ucap Daniar dengan menghampiri keluarganya. Wajah Archi sangat persis dengan Harry, wajah blesteran dengan tampan disana. Dania sangat bahagia ketika Archi memilih Cindy putri kesayangannya menjadi menantu di Keluarga Rayn. "Ibu," panggil Cindy dengan menghampiri ibunya, Cindy memang sangat manja kepada Daniar. Apalagi Daniar beberapa minggu harus ke California dengan melihat beberapa bisnis usahanya bersama Arsen Marlino. "Sayang, tak enak jika di lihat calon suamimu," ucap Daniar dengan menerima pelukan Cindy putrinya. Archi melihatnya dengan bahagia, "Tidak apa-apa ibu, lagipula memang sudah menjadi sifat Cindy yang manja. Lagipula dia juga manja kepadaku," ucap Archi dengan memperhatikan Arsen Marlino.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN