“Tante, Om, saya pamit dulu,” pamit Elang ketika tiba di rumah Ririn, dia tak mampir lagi. “Nggak makan malam di sini saja?” tawar Nissa serius. “Yaaaaaaaah Tante nawarinnya telat, tadi waktu saya keluar, Ririn ngajaknya makan siomay Tante. Nggak mungkin kan saya baru makan siomay terus ikutan makan lagi di sini. Kalau tadi Tante bilang mau ngajak makan malam tentu saya nggak akan mau diajak makan siomay sama Ririn,” tolak Elang. Ririn melihat Elang benar-benar tangguh, penolakan demi penolakan dilakukannya Elang tidak patah semangat dan dia masih tenang senyum pada kedua orang tuanya. Segala pikiran berkecamuk di benak, Ririn. Dia benar-benar bingung. Entah apa nanti yang dia jawab. Tapi setidaknya saat ini dia melihat Elang adalah pejuang tangguh dan dia kagum. Bukan karena hart