Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Eh ngomongin Kak Khair, kemarin dia sudah berhasil kan ambil uang di kak Rasha?” tanya Ririn, Ririn masih menyebut Rasha dengan sebutan KAK, sedang Bulan tidak. “Sudah, sudah masuk kok ke rekeningku yang 54 juta itu. Itu kan uang aku yang dia pakai buat foya-foya sama p3lacurnya. Tapi kalau yang selebihnya ke kantor, aku dengar juga sudah masuk ke kantor. Aku dapat info dari kak Khair juga. Tapi ya aku nggak tahu. Tapi kayaknya sih sudah masuk. Kak Khair sudah bilang sih 219 uang proyek sudah masuk ke kantor.” “Makanya kalau kamu nggak datang, aku nggak enak. Dia sudah nolongin aku sedemikian rupa. Masa aku nggak datang pas dia nikah. Aku ketahuan ada alasan yaitu sakit, tapi masa nggak ada perwakilan sama sekali.” “Enggak mungkin kan aku minta Mama atau Papa suruh mewakili aku?” “Ya