I Know You So Well Mas

1100 Kata
Waktu keberangkatan Dea tinggal sebulan lagi. Kesibukan urusan kampus dan urusan keberangkatan banyak menyita waktunya sehingga membuat intensitas pertemuan dengan Rezi berkurang. Hari Sabtu ini mereka sudah mengosongkan waktu untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama dari siang hingga malam. Sementara itu hubungan Rezi dan Tria belum ada peningkatan yang berarti, Tria sudah dua kali ke Jakarta dan Rezi hanya menemaninya sesekali selama dia dua minggu ke Jakarta dalam dua waktu yang berbeda. Jadi hubungan Rezi dan Dea sama sekali tidak terganggu. Rezi tidak bisa dibilang pasang kaki baru dalam hubungannya karena memang dia hanya mengakui Dea yang menjadi pacarnya. Soal perjodohan dengan Tria biarlah menjadi urusan orangtuanya, dia tidak mau terlalu perduli. Dea yang tidak tahu menahu tentang masalah Rezi dengan keluarganya, tentu saja tidak terpengaruh dengan hubungan percintaannya apalagi Rezi tidak menunjukkan ada masalah selama ini. "Tunggu ya Rez .. Dea masih dikamar," ucap mami Ayu ketika melihat Rezi sudah masuk ke ruang tamu mereka, sedangkan mami sedang menata bunga yang baru saja di ambilnya di halaman belakang. "Ya tante. Kok sepi ... om kemana?" "Oh ... om lagi ke Bandung berangkat tadi pagi, nanti malam pulang." "Tante nggak ikut?" "Nggak, nenek Dea datang dari Jambi nanti sore, tante mau jemput." "Owh .." "Mau kemana Rez?" "Paling ke mal tante, makan dan nonton kayaknya .... terserah Dea aja," jawab Rezi. "Jangan terlalu malam ya, om pulang jam sembilan katanya ... kalau bisa kalian pulang lebih cepat. Apalagi nanti ada nenek juga disini." "Ya tan .... paling habis maghrib udah pulang." "Ya itu lebih bagus." Dea turun dari lantai atas dan terlihat sudah rapi. "Lho mas Rezi udah datang ya, kok nggak ada yang bilangin?" tanya Dea. "Baru kok De, belum ada sepuluh menit " jawab Rezi santai. "Ooh." "Udah jam sebelas, sebaiknya kalian pergi sekarang biar puas jalan - jalannya jadi nggak kesoren pulangnya," saran mami Ayu. "Iya deh, kami pergi dulu ya Mam..." "Ok sayang, jangan lupa pesan Mami tadi ya." "Ya...ya...aku ingat. Eh tapi nggak apa - apa nih Mami jemput nenek sama supir aja?" "Nggak apa - apa, nanti Mami mau ajak Nenek sekalian makan diluar aja deh. Abisnya nggak ada orang di rumah." "Ajak Dio aja Mi." "Mana orangnya?" "Lho, bukannya Dio ada di studio tadi?" "Udah pergi De... pulang malam katanya." "Oalaaah...ya udah deh, kami pergi ya Mi." "Ok bye... " Bye Mam.." Dea dan Rezi dalam perjalanan menuju Grand Indonesia. Tempat ini menjadi tempat favorit untuk mereka berjalan-jalan menghabiskan waktu di weekend ini. Rencananya mereka akan makan siang dulu lalu dilanjutkan dengan nonton jam dua siang nanti setelah itu Dea mau mencari beberapa keperluan pribadinya untuk melengkapi persiapannya yang sudah hampir delapan puluh persen. "Mau cari apa lagi De?" "Beberapa kaos kaki, sama longjohn deh." "Bawa baju - baju hangat ya?" "Baju biasa, tapi bawa satu atau dua Jaket. Kalo kurang beli aja disana dari pada bawa banyak beratin koper aja." "Iya bener juga," jawab Rezi yang sedang mengemudikan mobilnya. "Ehmm... Kalo aku nyusul kamu tahun baru boleh?" "Mas Rezi udah bisa cuti?" "Kalo Desember nanti udah bisa." "Beneran?" "Iya beneran...," jawab Rezi sambil tersenyum. "Asal jangan barengan sama daddy aja ya," sahut Dea lalu tertawa. "Ya kamu kasih kode dulu lah sebelum aku beli tiket." "Aku nanti tanya - tanya sama mami deh, daddy kan suka beride sebelum dilarang." Rezi hanya tertawa mendengarnya, daddy Dea memang sulit di ramal tindakannya. Rezi tidak tahu saja kalo BMKG mungkin juga tidak sanggup memprediksi apa yang akan dilakukan Daddy Kecun. Mobil yang dikendarai Rezi berhenti di lampu merah. "De... nanti kamu nggak akan lirik - lirik cowok lain kan di sana?" tanya Rezi sambil menggenggam telapak tangan Dea. Dea terkikik kecil. "Emang aku begitu?" "Nggak sih, tapi aku khawatir." "Jangan Nethink... emangnya aku mau lirik siapa di sana? Aku kesana buat belajar ilmu baru, membangun link sama tahu kehidupan di sana kayak apa, asal jangan mas Rezi yang lirak lirik nantinya." "Nggak lah, aku nungguin kamu pulang kok." "Mungkin pisah sebentar juga bagus buat suatu hubungan, biar rindunya berlipat - lipat ya." "Sebentar harusnya cuma sebulan, kalo empat bulan termasuk lama juga De." "Kalo mas Rezi nanti nyusul jadi diskon dong empat bulannya. Emang mau cuti berapa lama mas?" "Pol - pol an aja deh, bisa sampe tiga minggu." "Wooow... Lama ya." "Makanya aku mau nyusul." "Aku tunggu di sana," jawab Dea. Mereka tiba di grand Indonesia dan langsung makan siang dulu sambil menunggu jadwal nonton jam dua siang nanti yang tiketnya sudah dibeli Dea secara online. "Urusan kampus udah beres?" "Udah, sekalian udah nanya buat urusan kkn sama Internship. Mana pas banget lagi aku pulang kamis, dua minggu depannya sudah kkn." "Dapat di mana De?" "Belum tahu, paling di area Depok sana." "Intern mau dimana?" "Mentok paling di Royal." "Bagus tuh." "Tapi masih mau nyobain di tempat lain dulu." "Abis itu kamu skripsi ya?" "Iya.." "Akhir tahun selesai dong?" "Iya." "Makin cepat dong " "Cepat apaan?" "Nggaaaak..." elak Rezi. * Nonton film action memang seru, sampai - sampai Dea menahan pipisnya karena tidak rela meninggalkan tontonannya tadi. Jadi begitu keluar dari ruang Theater, Dea langsung menuju toilet. Rezi juga menuju toilet dan mereka berjanji akan bertemu di depan tidak jauh dari pintu masuk bioskop. Setelah selesai dari toilet, Dea langsung menunu tempat bertemu Rezi. Suasana agak ramai sore ini, maklumlah weekend... banyak pasangan muda yang nonton seperti Dea dan Rezi. Ternyata Rezi sudah menunggu Dea, memang toilet ceqek tadi mengantri makanya Dea lebih lama dari pada Rezi. "Sorry lama, antri di dalam," ucap Dea sebelum ditanya Rezi. "Nggak apa - apa, yuk kita jalan." ajak Rezi. Mereka akan membeli keperluan Dea. Ketika mereka akan keluar bioskop, Rezi memanggil satu nama dan itu membuat Dea juga menoleh dan kaget," Azki!" Yang dipanggil pun tak kalah kaget karena ada yang mengenalinya. "Nonton juga bro?" tanya Rezi. "Iya." "Wah sama siapa, pacar?" Azki tidak menjawab pertanyaan Rezi tapi malah mengenalkan wanita disebelahnya. "Lan, kenalin ini dokter Rezi, senior." "Wulan Dok," ucap Wulan sambil mengulurkan tangannya. "Rezi," jawab Rezi lalu memperkenalkan Dea sebagai pacarnya. Dea pun mengulurkan tangannya sambil tersenyun manis. "Kami duluan ya, kebetulan kami tadi nonton yang jam dua," ucap Rezi sekaligus berpamitan. "O iya," Wulan yang menjawab. Saat mereka hendak meninggalkan pasangan itu, sempat - sempatnya Dea mendekat pada Azki dan membisikkan sesuatu," Santai aja mukanya...it' s okay...I know you so well mas, makanya aku nggak mau jadi pacar mas Azki," ucap Dea lembut apalagi di campur dengan senyumnya dan itu cukup membuat Azki jadi patung, Terdiam! "Mas kenal dengan pacar dokter Rezi?" Azki melihat wajah Wulan yang baru dipacarinya tiga hari," Banget," jawab Azki dengan muka datar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN