05. Terbuai

1043 Kata
Amel tersentak ketika merasakan tangan yang memeluknya dari belakang. Sepulang dari bekerja. Amel dibawa oleh Hansel ke salah satu butik ternama. Kini Amel di ruang ganti mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sudah dipilih oleh Hansel untuknya, Mata Amel menatap pada mata Hansel yang berada di depannya. Menatap Amel dengan tatapan tajam. “Kau sungguh indah sekali memakai gaun merah ini, baby,” bisik Hansel sensual, menjilat cuping Amel. Amel memejamkan mata menahan desahannya yang akan keluar. Apa yang dilakukan oleh Hansel padanya. “Kau memang indah. Tubuhmu yang seksi ini, seolah menghimbau diriku untuk menyentuh dan memberikan kenikmatan padamu sayang.” Hansel, mengusap lengan putih mulus nan menggoda Amel. Amel memejamkan matanya, kini Hansel mengendus lehernya. Kecupan-kecupan diberikan oleh Hansel di leher Amel. Amel memejamkan matanya apa yang dilakukan oleh atasannya padanya sekarang. Amel menerima pelecehan secara tak langsung dilakukan oleh atasannya. Tangan Hansel perlahan menyingkap gaun Amel. Tangannya perlahan mengusap paha Amel lalu merayap menuju ke atas. Hansel melihat wajah Amel melalui kaca di depannya. Hansel tersenyum melihat wanita itu yang menikmati sentuhan yang diberikan olehnya pada Amel sekarang. “Jangan ditahan sayang,” bisik Hansel. Amel mendengar apa yang dikatakan oleh Hansel mengeluarkan satu desahannya. Hansel bermain di bagian bawah tubuh Amel. Amel tersentak setelahnya, lalu mengeluarkan tangan Hansel dari bawah sana. Amel menatap ekspresinya di cermin. Lalu menggeleng, tidak bisa melakukannya. Amel menatap mata tajam Hansel dengan takut. Amel menunduk tidak berani menatap mata tajam pria itu yang seolah akan menelanjangi dirinya sekarang. “Kenapa? Kau ingin menjadi gadis suci? Sekarang ataupun nanti. Sama saja. Saya tetap akan menyentuh tubuhmu Amel. Tapi kalau kau tidak mau melakukannya sekarang, baiklah. Saya tidak akan memaksa dirimu!” ucap Hansel. “Cepat keluar. Setelah ini kita akan ke rumah orang tuaku,” ucap Hansel keluar lebih dulu keluar dari ruang ganti meninggalkan Amel sendirian di dalam ruang ganti. Amel menarik napasnya perlahan dan melepaskannya secara perlahan. Amel tidak menyangka apa yang dilakukan olehnya barusan. Amel terbuai akan sentuhan Hansel padanya. Amel menggeleng, mengusap wajah kasar. Untung saja Amel segera sadar apa yang dilakukan olehnya salah. Pesona Hansel memang sangat sulit sekali untuk ditolak oleh dirinya. Amel perlahan menatap pantulannya di cermin. Lalu memperbaiki penampilannya. Amel berjalan keluar dari ruang ganti lalu menatap pada Hansel yang duduk dengan tenang sambil memainkan ponsel. “P-pak Hansel.” Sialan! Kenapa Amel menjadi gerogi sekarang. Wajah Amel memerah mengingat apa yang dilakukan olehnya barusan di dalam sana. Amel menggeleng pelan, jangan dibayangkan lagi. Amel tidak mau membayangkannya lagi. Hansel mendongak menatap pada Amel sudah berdiri di depannya sekarang. Hansel menilai penampilan Amel yang tampak sempurna. Mereka ke salon lebih dulu tadi mendadani Amel sebaik mungkin. “Kita pergi sekarang.” Hansel berjalan lebih dulu, meninggalkan Amel yang berada di belakangnya. Amel tersadar segera menyusul Hansel. Masuk ke dalam mobil duduk di samping Hansel. Hansel masih menatap pada ponselnya. Amel tidak berani mengatakan apapun pada atasannya, mengeluarkan suara saja Amel tidak berani. “Kau jangan terlalu gugup Amel. Orang tuaku tidak akan menggigitmu. Asalkan kau bersikap baik dan tidak membuat ulah sayang,” Hansel menatap Amel tajam. Di dalam tatapannya yang tajam. Sebuah aura d******i tak luput. Ingin menjadi dominan yang akan mengatur Amel dalam genggamannya jangan sekali-kali Amel akan memberontak padanya. Atau Hansle tidak akan segan-segan memberikan sebuah pelajaran pada Amel. Amel mendengar apa yang dikatakan oleh Hansel mengangguk. Amel tidak pernah mengenal Jefian dan Teresa dengan baik. Dua orang itu memang sering main ke kantor, menemui Hansel. Amel hanya sebatas menyapa orang tua atasannya itu dengan sopan. “Pak, apakah saya boleh meminta sesuatu?” tanya Amel, menahan napasnya mengatakan ini penuh dengan keberanian. Amel sudah membayangkan dirinya akan dikuliti hidu-hidup oleh Hansel. “Apa?” pertanyaan singkat dan dingin itu mampu membuat Amel menelan salivanya kasar. Apakah dia sanggup meminta ini. Tapi bagaimanapun Amel menikah juga secara nyata. Walau dirinya menjadi istri bayaran di sini. Amel ingin dilamar ke rumah orang tuanya dengan cara yang baik dan meminta pada orang tuanya. Walau pernikahan yang akan dijalani oleh Amel hanya sampai satu tahun. “Apakah anda bisa datang ke rumah orang tua saya dan melamar saya?” tanya Amel sekali ucap. Jantung Amel berdegup begitu kencang. Menunggu jawaban dari Hansel yang mau atau tidak untuk datang ke rumah orang tuanya melamar dirinya pada orang tuanya. Hansel menatap pada Amel. “Kau ingin saya datang ke rumah orang tuamu?” tanya Hansel diangguki oleh Amel. “I-ya. Saya mau menikah dengan cara yang semestinya. Walau pernikahan ini hanya satu tahun. Tapi bukankah kita saling mengikat janji di depan Tuhan. Pernikahan ini sah secara agama,” jawab Amel. Hansel mengangguk. “Baiklah. Saya akan menemui orang tuamu memintamu pada orang tuamu.” Ucapan Hansel membuat senyuman Amel mengembang mendengarnya. Amel merasa senang karena Hansel mau mendengar apa yang diminta olehnya pada pria itu. Padahal Amel sudah membayangkan Hansel yang menolak apa yang diminta olehnya. Melihat Hansel yang sangat— ehmm… begitu dominan dan tentunya tidak akan mau untuk datang ke rumah kumuh milik keluarganya. Namun siapa sangka Hansel mau melakukan itu. “Tidak usah terlalu tersenyum lebar seperti itu. Kau sungguh menakutkan!” Amel langsung membungkam mulutnya. Tidak berani untuk tersenyum lagi. Amel menatap pada jalanan menuju ke rumah orang tua Hansel. Selama dua tahun bekerja dengan Hansel. Amel tidak pernah datang ke rumah orang tua Hansel. Yang Amel tahu, dan mendengar dari karyawan yang lain, rumah orang tua Hansel sangat besar. Bak mansion. Atau memang mansion? “Kau bisa bersikap baik bukan? Saya tidak mau mengeluarkan tenaga hanya untuk mengatur dirimu malam ini Amel! Bersikaplah layaknya memang kau menjadi orang yang dibayar untuk melakukan semua yang saya inginkan. Termasuk kau jangan menentang bila ibuku meminta kau mengginap nantinya.” Amel mengangguk mendengar apa yang dikatakan oleh Hansel. Layaknya bayaran. Apa kau harapkan Amel? Kata bayaran akan sering di dengar olehmu. Karena kau di sini memang menjadi istri bayaran dari CEO Tamopan memiliki segalanya. Terkenal dengan petualangan ranjangnya yang begitu luar biasa. “Jawab Amel! Kau tuli?” “Saya mengerti Pak. Saya akan menurut!” jawab Amel, akan sering dirinya kena bentak oleh Hansle. Bukan hanya di kantor saja. Di luar kanto Amel akan sering dibentak oleh pria itu. Sebentar lagi mereka akan tinggal satu atap tanpa adanya rasa cinta namun saling menyentuh satu sama lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN