Bab 13

1036 Kata
Setelah memberikan obat dan menidurkan Nada di kamar. Pitha memutuskan untuk mengemas rumahnya karena banyak piring kotor selesai Pitha masak hari ini dan kemarin yang belum sempat di cuci. "Baiklah aku akan memulainya dari dapur terlebih dahulu." Gumamnya. Pitha mulai mencuci semua piring kotor dan peralatan masaknya tadi. Lalu dia membersihkan semua sudut dapur. "Sudah selesai, waktunya aku menyapu dan mengepel seisi rumah ini." Gumamnya lagi. Pitha tipe orang yang sangat suka membersihkan rumahnya sendiri. Bukannya tidak mampu membayar pembantu, hanya saja Pitha tidak suka kehadiran orang asing di kediamannya. Selesai menyapu dan mengepel, Pitha menaruh beberapa pakaian kotor kedalam mesin cuci dan meninggalkannya. Lalu dia menuju taman belakang dan memotong beberapa rumput yang sudah panjang. Dan juga memotong benalu yang akan merusak pohon strauberry miliknya. Setelah memotong rumput Pitha menyapu taman dan membawa sampahnya ke halaman depan yang memang langsung terhubung dengan taman belakang. "Akhirnya selesai juga, hufft...." Setelah selesai dengan taman Pitha memutuskan kembali ke kamar untuk mandi terlebih dahulu. Lalu mengerikan baju yang sudah di cuci tadi. Selesai menjemur pakaian di halaman belakang, dia lalu menyetrika baju yang sudah kering. Dua jam sudah Pitha bergelut dengan pekerjaan rumah. "Untunglah Nada masih terlelap." Katanya saat melihat Nada yang masih terlelap. Pitha turun ke bawah menuju ruang keluarga dan menyalakan televisi. Saat ada saluran berita yang membicarakan tentang perkembangan virus yang mulai menurun. Pitha sangat senang dengan kabar baik itu. Selesai melihat berita Pitha pergi ke meja makan. Dia belum mengisi perutnya sejak pagi tadi. Selesai makan Pitha kembali ke kamar lalu merebahkan tubuhnya di samping Nada. # # # Jam sudah menunjukan pukul 15.00. Tapi Pitha yang tertidur dari jam 12.00 belum terbangun. Mungkin karena kelelahan, Pitha tidurnya sampai lelap seperti itu. "Nada, di mana dia?" Gumamnya saat merabah kasur di sampinya. Tapi sang putri sudah tidak berada di samping nya lagi. Phita buru- buru turun kebawah. Nafasnya legah saat melihat Ayahnya sedang bermain bersama Nada. "Sudah bangun Nak?" Tanya pak Rahman. Mendengar tangisan cucu kesayangannya Pak Rahman langsung mengambilnya dari kamar anaknya. Melihat anaknya yang tidak terusik dengan tangisan putri kecilnya. Pak Rahman jadi tidak tega membangunkan anaknya. Makanya Pak Rahman memilih membawa putrinya bermain di bawah. "Apa Nada sudah makan siang yah?" Tanya Pitha sambil menguncir rambutnya. "Belum Nak, tapi Ayah sudah memberikan s**u dan buah. Oh iya Nak, peserdiaan kulkas kita kosong. Ayah tidak menemukan cemilan dan biskuit Nada . Jadi Ayah memberikan buah pisang dan Apel." "Tidak masalah Ayah buah juga bagus untuk Nada. Pitha akan belanja keperluan kita. Tadi di televisi ada berita jika hari ini hari terakhir kita berbelanja. Besok semua toko akan tutup karena semua pihak rumah sakit akan memberikan suntikan untuk mencegah tertularnya virus Singapur." Jelas Pitha pada sang ayah. "Iya Nak, jangan lupa memakai masker dan ingat jangan terlalu lama di luar." Pak Rahman sangat cemas dengan keadaan di luar rumah. "Apakah Ayah lupa jika putri Ayah ini seorang dokter ternama di kota ini." Sombongnya pada sang Ayah. Pitha yang tau jika saat ini Ayahnya sedang mengkhawatirkan dirinya. Pitha kembali ke kamar untuk bersiap. Tak berapa lama dia sudah turun dan berpamit pada Ayahnya. "Ayah Pitha berangkat dari pintu belakang." Pamitnya. Pitha tidak ingin putrinya menangis jika melihat dirinya pergi. "Iya Nak, hati- hati di jalan dan jangan lupa pesan Ayah. Jangan terlalu lama di luar sana." Pak Rahman mengingatkan. "Siap, laksanakan Ayahku sayang." Balas Pitha sambil berlalu. Pitha melanjukan mobilnya dengan sangat santai. Sudah beberapa supermarket yang dia lewati. Pitha melewatinya karena supermarket itu terlalu ramai dan akan sangat lama jika berbelanja di situ. Sudah 20 menit Pitha menyusuri kota dan dia menemukan minimarket yang tidak terlalu ramai. Dia memutuskan belanja di minimarket itu. "Aku akan belanja di sini saja, tapi kayaknya minimarket ini tidak terlalu lengkap." Gumam Pitha, tapi dia tetap masuk ke dalam mini market tersebut. Dan benar saja dugaan Pitha di minimarket ini tidak menjual daging dan sayur- sayuran. Jadi Pitha hanya membeli s**u, biskuit dan beberapa cemilan sehat untuk Nada. Dan Pitha membeli beberapa jenis sosis dan nuget untuk sang ayah dan Nada juga. Setelah keluar dari minimarket tersebut Pitha memutuskan untuk kepasar untuk membeli daging, ikan, sayuran dan buah- buahan. # # # Kurang lebih dua jam Pitha habiskan untuk belanja. Sesampainya di rumah dia membawa semua belanjaannya lewat pintu belakang. Diaa mengeluarkan belanjaannya dan menatanya di kulkas. "Akhirnya kulkasnya penuh lagi." Pitha selalu menyetok semua jenis makanan untuk Ayahnya dan Nada. "Ayah dimana Nada?" Pitha bertanya pada Pak Rahman yang sedang mengisi botol air minum di dapur. "Nada sedang menonton kartun Nak, ada apa?" Tanya balik Pak Rahman. "Tidak Yah, Pitha mau mengajaknya mandi soalnya sudah sore." Jawabnya. Pitha dan Pak Rahman berjalan beriringan menuju ruang keluarga. Tiba di ruang keluarga mereka melihat Nada yang sedang berjoget riang. "Sayang sudah cukup bermain dan nonton televisinya ya. Sekarang waktunya mandi dulu, setelah mandi Nada bantu Bunda menyiapkan makan malam." Tanpa drama Pitha membawa Nada ke kamar. Seperti biasa mereka mandi berdua dan menghabiskan waktu bersama. "Tunggu di sini dulu, Bunda mau ambil baju tidurmu." Pitha memakaikan minyak telon dan lation ke tubuh Nada serta pempers dan memakaikan baju tidur berlengan pendek dan celana pendek berwarna putih dengan gambar hellokityy. Setelah selesai Pitha pun melaksanakan sholat magrib terlebih dahulu. Dan turun kebawa untuk menyiapakan makan malam. "Ayah sedang apa di dapur?" Tanya Pitha pada Pak Rahman. Sebenarnya Pitha tau kalau sang Ayah ingin menggoreng sosis karena itu adalah cemilan favorite Pak Rahman. "Ayah hanya ingin menggoreng sosis dan menyiapakan makan malam Nak." "Ayah duduk saja bersama Nada, Pitha yang akan menyiapkannya." Pitha meneruskan menggoreng sosis dan nuget dengan mentega lalu menatanya di tiga piring dan mengupas beberapa buah untuk penutup makan seperti biasanya. 10 menit sudah Pitha menyelesaikan masakannya dan mereka bertiga mulai makan dan Pitha nenghentikan makan malamnya saat menoleh ke arah Nada. "Ayah lihatlah putriku! Apa dia selelah itu sampai makan pun dia tertidur." Pak Rahman dan Pitha hanya bisa menggeleng dan terkekeh geli melihat tinggakah absurd Nada. Matanya terpejam tapi mulutnya masih menyantap sosis di tangannya. "Tunggu sebentar Ayah Pitha akan membersihkan dan menidurkannya." Setelah membersikannya Pitha pun menidurkan Nada dan menyelimutinya. Saat akan kembali kemeja makan Pitha melihat banyak panggilan masuk dari Galang. Karena ponsel Pitha dalam mode hening jadi dia tidak tau kalau Galang menelponnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN