Malam sebenarnya sudah terlalu pekat. Terasa dingin menusuk setiap sendi. Hembusan napas semakin kuat dan kerap. Kedua tangan bertaut menggigil, seolah sedang saling menguatkan. Kedua mata menatap nyalang angkasa gulita. Kedua netra tak bisa terpejam, meski kerap kali palung membunuh rasa gelisah. "Lo enggak tidur?" Raya berkata. Pasalnya sahabatnya itu hanya duduk dengan menatap ke arah jendela yang tidak tertutup. Rindu menoleh. "Lo sendiri kenapa enggak tidur?" ia balik bertanya. Raya yang sedari tadi sudah membungkus diri dengan selimut. Ia memilih bangun dan duduk seperti yang dilakukan Rindu. "Gue cuma enggak pernah nyangka, kalau Dilan bakal kaya gitu sama lo. Ok, gue tahu, kalau dia emang pernah bahkan sering nyakitin lo. Tapi mendengar cerita lo, kalau dia hampir aja gituin lo,