Bab 7

1068 Kata
Perjalanan ke arah matahari terbenam dimulai. Aku berjalan bersisian dengan Clove di barisan paling belakang. Cinnamon terbang rendah tidak jauh dari kami. Seperti biasa Chili dan Pepper tidak pernah terpisahkan, berada di depanku. Sementara Ginger dan Salt nampak berjalan bersisian di barisan terdepan.  Mereka tampak akrab. “Kau pernah mempunyai hubungan khusus dengan Ginger?” tanya Clove mengejutkanku. “Tentu saja tidak!” seruku terbelalak, menoleh pada Clove. Clove terkekeh. “O, ya? Lalu, kenapa matamu terlihat sedih saat mencuri pandang pada pasangan terdepan.” Yang dimaksud tentu saja Ginger dan Salt. Pipiku terasa panas. “Tidak juga,” sahutku berusaha tak acuh. Dalam hati merutuki diri sendiri yang terlalu ceroboh. Aku harus menjaga mataku. “Dengar! Berhenti menertawakanku,” desisku condong ke samping—ke arah Clove, ketika dia masih saja tertawa. Clove mengedipkan sebelah matanya, tapi dia berhenti tertawa. Aku mengacungkan kedua ibu jari. “Apa isi ranselmu?” tanyaku ingin tahu, melirik ransel besar yang ada di punggungnya. “Kau tidak tahu? Aku punya keahlian khusus meracik sesuatu.” Clove berbisik, kepalanya menempel kepalaku seolah itu adalah rahasia. “Kau profesor?” “Tidak tepat seperti itu, hanya begitu berada di tempat ini, aku memiliki keahlian ini.” Hmm….  Sepertinya, semua Pencari Mate mempunyai keahlian begitu mereka berada di tempat ini. Berarti kemungkinan, mereka sama sepertiku, terlempar ke dunia ini dari dimensi yang lain. Aku mencatatnya dalam otakku. “Lalu, apa keuntungan memiliki keahlian seperti punyamu?” “Akan kuperlihatkan nanti,” bisik Clove, melihat ke depan dan bergeser menjauh dariku. Aku mengikuti arah pandangnya, melihat Ginger yang berbalik menghampiri kami. Ginger menghentikan langkahku, aku memperhatikan Clove yang mempercepat langkah, mensejajari Pepper dan Chili. “Apa?” tanyaku tajam memperhatikan punggung teman-teman yang menjauh. “Jangan terlalu dekat dengan siapa pun di sini!” Aku seketika berpaling dan memicingkan mata menatap pria itu. “Maksudmu dekat, seperti kau dan Salt?” tanyaku mengejek. Rahang Ginger mengeras. “Aku hanya memperingatkan,” katanya berlalu. Aku melotot sebal melihat tingkahnya. “Urus dirimu sendiri!” teriakku kesal, melangkah tanpa memperhatikan jalan hingga tak meyadari saat menginjak tumpukan kerikil. Aku terpeleset dan jatuh terduduk, menghasilku bunyi gedebum yang memalukan. Ginger sama sekali tidak berbalik, berhenti berjalan pun tidak! Dia malah tertawa. Aku meringis kesakitan, kesal sekali mendengar tawa Ginger yang menyebalkan. Sial! Dia sama sekali tidak membantu. Lalu aku mencoba berdiri, kulihat Cinnamon bertengger di atas sebuah dahan pohon yang paling rendah, menelengkan kepala memperhatikanku. “Jangan menertawakanku!” tunjukku pada Cinnamon—seolah dia bisa tertawa saja. Ketika matahari mulai berada di atas kepala, kami berhenti. Memilih tepian sungai untuk beristirahat. Aku duduk meluruskan kaki, memijit-mijit pelan bagian tubuh yang terasa sakit akibat terjatuh tadi. “Ikuti aku.” Clove berbisik padaku, berjalan lebih dulu menjauh dari yang lain. Aku memperhatikan sekeliling, melihat yang lain sibuk dengan urusan masing-masing. Perlahan bangkit dan berjalan ke arah Clove pergi. Setelah kurang lebih tiga ratus meter berjalan, aku menemukan Clove yang sedang mengeluarkan sebagian barang-barangnya di atas sebuah batu. Botol-botol berisi cairan aneka warna dan beberapa alat yang tidak kukenal. “Ada beberapa tumbuhan di Mate Sphere yang mengandung racun.” Clove berbicara sambil menuang cairan berwarna merah ke sebuah gelas kimia. Aku teringat dengan buah yang hampir saja kumakan. “Ya…” gumamku. “Beberapa lagi mengandung zat aneh yang jika dicampur dengan bahan lain, bisa menghasilkan ledakan lebih kuat dari bom molotov. Perhatikan!” Clove memercikkan cairan yang tadi ia campur pada rumput di bawah kakinya. Seketika terdengar ledakan kecil diikuti nyala api kehijauan. Dia segera menginjak api itu dengan kakinya. “Api ini cepat menyebar, bahkan dalam obyek yang basah sekalipun,” beri tahunya. “Kau mau lihat yang lain?” Aku cepat-cepat menggeleng. “Tidak sekarang. Aku hanya ingin tahu, dari mana kau dapat benda-benda ini?” Clove mengangkat bahu seraya membereskan perlengkapannya, cekatan. “Aku terbangun dan berada di sebuah pondok yang penuh dengan botol dan gelas-gelas kaca. Hanya sebagian kecil yang kubawa,” jelasnya. Clove menutup ritsleting ranselnya, duduk di sampingku. “Berapa lama kau mengenal Ginger dan Salt?” tanyanya. “Baru beberapa hari,” jawabku memperhatikan sekeliling. Aku merasa ada yang aneh dengan tempat ini. “Jadi, kau belum lama berada di Mate Sphere?” Aku berdiri, melihat ke atas. “Kenapa pohonnya terlihat meninggi, ya?” tanyaku tak mempedulikan pertanyaan Clove. “Sugar!” Aku melihat Ginger berlari cepat ke arah kami. Saat itulah kami tersadar, tanah tempatku dan Clove berada bergerak turun, membentuk lubang. Ginger berdiri cemas di tepiannya, sementara aku dan Clove semakin terbawa jauh ke bawah. Sebelum mengetahui pasti apa yang terjadi, kulihat Ginger melompat turun, mendarat tepat di sampingku. Gerakan menurun pada tanah membuat keseimbangannya goyah dan hampir terjatuh. Aku mencekal lengan pria itu. “Apa yang terjadi?” tanyaku panik. Clove nampak mendekap ransel erat, terlihat cemas seraya berkali-kali membetulkan letak kacamatanya. “Aku tidak tahu,” jawab Ginger, mendongak ke atas. Gerakan tanah semakin cepat, tiba-tiba berhenti secara mendadak. Kami bertiga terdiam beberapa saat, menunggu apa yang terjadi selanjutnya. Tidak ada apa-apa. Gerakan pada tanah ini benar-benar sudah berhenti. “Terlalu tinggi untuk kembali ke atas,” gumam Ginger masih mendongak. Tepian bekas terjatuhnya tanah ini tadi, hampir tak terlihat. “Mungkin sekitar enam puluh meter,” kata Clove pelan, mengira-ngira jarak ketinggian lubang. “Kita harus memberi tahu yang lain,” desahku. “Kau benar, tapi bagaimana? Kita terjebak.” Ginger benar. Kami terjebak sekarang, dalam lubang dengan ketinggian enam puluh meter—atau mungkin lebih. Hening, semua tampak sibuk berpikir, tak terkecuali aku. “Sebenarnya, apa yang kalian lakukan tadi?” tanya Ginger memecah kesunyian. Dia sudah duduk dengan menekuk kedua lututnya, menatapku menyelidik. “Jangan menyudutkan kami! Yang jelas tidak seperti yang kau lakukan bersama Salt,” desisku sebal. Clove memicingkan mata. “Memangnya apa yang dia lakukan dengan Salt?” tanyanya padaku. “Tentu saja yang dilakukan dua orang dewasa ketika mereka hanya berdua saja selama berjam-jam,” sahutku menatap Ginger marah. Clove tergelak. “Kau terlihat seperti wanita yang cemburu, Sugar,” katanya mengejek. Aku melotot, pipiku memanas dengan sendirinya. Apalagi kemudian melihat Ginger yang menyeringai padaku. “See!” kata Ginger menaik turunkan kedua alisnya. Jantungku berdetak lebih keras, bukan apa-apa, hanya merasa marah karena tidak bisa mengendalikan diri. Menyebalkan! Aku membutuhkan kepribadian Mia saat ini. Mia yang tidak pernah memiliki keberanian mengemukakan pendapat, dengan begitu setidaknya aku bisa lebih menjaga mulut. Aku menyingkir dari kedua pria itu, duduk memeluk lutut di salah satu sisi—yang penting tidak berdekatan dengan mereka. Memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalah ini. “Clove,” panggilku antusias, teringat sesuatu. “Ya?” “Apa kau bisa membuat sebuah benda semacam kembang api?” Clove nampak berpikir sejenak. “Mungkin, kenapa?” tanyanya. “Bisakah kita memasanganya di panah Ginger dan membidikkan benda itu ke atas? Mungkin mereka bisa melihat percikan apinya dan mengetahui kita di sini,” kataku berdiri dan mendongak ke arah lubang. “Tapi, aku tidak yakin Ginger bisa membidik sejauh itu,” lanjutku lagi. “Hei, jaga bicaramu, Nona! Kau belum pernah melihat aku memanah,” kata Ginger tersinggung. Aku menyeringai, puas bisa membalasnya. “Sebenarnya, aku bisa saja menembak dengan pistolku, tapi peluru tidak menghasilkan api, dan aku tidak yakin mereka bisa mendengar suara tembakannya.” Mengingat bunyi pistolku hanya berupa “blup”. “Aku yang akan melakukan itu.” Ginger berdiri, mengukur jarak ke atas menggunakan instuisinya. “Buat benda itu, Clove.” Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN