Bab 4 Jadi Ayah

1078 Kata
Noctis tak pernah merasa sekhawatir ini sebelumnya dalam menangani pasiennya, namun kali ini pasiennya sangat jauh berbeda, dia adalah Stella, Stella yang tengah terbaring tak berdaya dengan demam yang cukup tinggi, apalagi dengan kondisi tubuhnya yang tengah berbadan dua. Ya Tuhan... Sebentar lagi Noctis akan menjadi seorang ayah, hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya selama tiga puluh lima tahun hidupnya. Mempunyai rencana untuk berkeluarga saja tidak ada sama sekali dalam kamus hidupnya, apalagi sekarang ia akan menyandang status sebagai seorang ayah. Ia yang selama ini selalu menolong orang lain untuk melahirkan bayi-bayi mereka, setelah ini ia akan menolong Stella untuk melahirkan bayinya, darah dagingnya sendiri. Kenapa Noctis bisa seyakin ini? Karena selama ini ia menyewa seorang Intel untuk terus menyelidiki Stella, apalagi ia ingat betul, jika dirinyalah yang pertama kali merenggut keperawanan wanita itu. Kini Noctis tak akan tinggal diam, mau tidak mau, ia harus tetap mempertanggung jawabkan perbuatannya, ia akan menikahi Stella, demi bayi mereka, bayi yang tidak pernah berdosa. Tadi, ia begitu terkejut saat melihat ternyata Stella lah yang menjadi pasien terakhirnya, apalagi ketika melihat Stella tiba-tiba pingsan dengan wajah yang sangat pucat, iapun langsung memeriksa kondisi Stella, karena penasaran akan kedatangan Stella kemari, Noctis juga turut melakukan USG, dan hasilnya benar-benar sesuai prediksinya, ternyata Stella tengah mengandung darah dagingnya. "Enghhh... Mom..." Rintih Stella disela-sela tidurnya. Dahi wanita itu sudah dibanjiri oleh keringat dingin, Stella tampak pucat dan tak berdaya, perempuan jutek itu berubah menjadi lemah dengan seketika. "It's hurt mom... I am feeling so bad." Imbuhnya dengan logat Inggris. Ketika sakit, yang selalu Stella cari adalah ibunya, tapi ia lupa jika sekarang ia sedang berada di Indonesia tanpa keluarganya. "Dokter! Dokter bisa pulang, biar saya yang menjaga pasien ini disini bila keluarganya masih belum bisa dihubungi." Ujar salah satu suster pada Noctis. Noctis pun terdiam sejenak, melihat kondisi Stella seperti ini mana tega ia membiarkan wanita itu sendirian di rumah sakit dengan kondisi hamil, apalagi Stella mengalami anemia, tekanan darahnya sangat rendah, demam, bahkan tadi sempat muntah beberapa kali walau matanya tengah terpejam. Mereka memang baru mengenal, tapi hati Noctis seolah sudah terikat dengan keberadaan janin itu, ia tak bisa lebih jauh lagi dari Stella. Noctis ingin menjaga dan melindunginya. "Saya yang akan menjaganya, kamu bisa istirahat!" Titah Noctis. Suster itupun sempat terkejut dan menatap heran kearah dokter yang terkenal sangat cool itu, tak biasanya Noctis mempunyai sikap seperti ini terhadap orang asing, apa jangan-jangan... Mereka berdua ada hubungan? "Jangan berpikir macam-macam! Kamu cukup menuruti perintah saya tanpa harus ikut campur dengan masalah saya." Skakmat, suster tersebut langsung menunduk malu, kenapa Noctis bisa begitu mudah membaca pikirannya? "Maaf dok, kalau begitu saya permisi." Pamit suster tersebut. "Jika nanti saya mendengar ada gosip yang tidak benar tentang saya, siap-siap saja kamu angkat kaki dari rumah sakit ini." Ancam pria tampan itu. "I-iya dok, sa-saya akan pastikan tak ada gosip apapun tentang dokter. Saya permisi dulu!" Suster itupun buru-buru pergi meninggalkan ruangan VVIP yang Stella tempati, setelah ia pergi, Noctis pun dengan segera mengunci pintu supaya tak ada seorangpun yang masuk dengan seenaknya. Noctis melepas jas putih yang ia kenakan, melonggarkan dasinya, menggulung kemejanya, lalu melepaskan sepatunya, dan setelah itu mengenakan sandal yang disediakan oleh rumah sakit. Ketika ingin masuk ke dalam toilet, pria itu kembali mendengar rintihan Stella, dan iapun segera menghampiri wanita itu yang ternyata sudah membuka kedua matanya. "Ssshhh..." Bibir Stella bergetar, ia merasa begitu kedinginan, padahal Noctis sudah menaikan suhu AC, namun tubuhnya masih tetap menggigil. "Ba-pak... Kenapa di-disini? Sa-saya dimana?" Tanya Stella dengan terbata, Noctis menghembuskan nafas beberapa kali merasa tak tega. Seberat ini ternyata awal kehamilan yang harus Stella jalani, Noctis menyebutnya wajar, namun kewajaran yang jarang sekali terjadi. Karena mengalami Hipotensi, itu sebabnya Stella sampai menggigil seperti ini, wanita itu tak tahu jika dirinya tengah mengandung, maka dari itu ia membiarkan tubuhnya yang sakit begitu saja tanpa mau mengobatinya dari awal. Noctis pun mengambil kompres didahi Stella, lalu mengecek suhu wanita itu dengan termometer. "Ck, belum turun juga." Decahnya ketika melihat termometer yang masih menunjukkan angka 39°. Noctis pun kembali cemas, pasalnya ibu hamil tak boleh sampai mengalami demam yang terlalu tinggi, apalagi dengan durasi yang cukup lama, ia khawatir Stella terserang typus atau bahkan sampai demam berdarah. "Besok jika demam kamu masih tinggi terpaksa harus cek darah, saya takut kamu DBD." ujarnya. Pria tampan itupun lantas meminta Stella untuk membuka mulutnya, tenggorokan Stella yang tampak memerah membuat dokter itu kembali menghela nafas. "Hhh... Faringitis." Ungkapnya, lalu Noctis pun segera menelepon suster untuk menyiapkan beberapa obat untuk Stella. Ketika Noctis menelepon, sejak tadi Stella terus memperhatikannya, walau tubuhnya tengah menggigil kedinginan, namun Stella bisa merasakan jika Noctis begitu sangat mencemaskannya. Wanita itupun sempat terkejut ketika mendapati kenyataan jika bosnya adalah seorang dokter, yang lebih mengejutkannya lagi adalah dokter kandungan. Awalnya Stella ingin menghindari pria itu, jika memang dirinya dinyatakan hamil, Stella tak akan pernah memberitahukan Noctis, tapi kenyataannya sekarang, takdir malah berkata lain, tanpa sengaja ia malah masuk ke kehidupan pria oriental itu. Jika sudah begini lantas ia harus apa? Apa yang harus ia lakukan? Wanita itu hanya bisa menangis dalam diam, ia teringat akan janin yang ia kandung dan juga keluarganya di Amerika. "Apa sangat dingin? Ada yang sakit?" Noctis juga tak paham mengapa tiba-tiba ia jadi sepeduli ini pada Stella, setahunya ia hanya panik dan cemas, namun hal itu sangat jarang ia rasakan. Tak ada jawaban yang diberikan oleh Stella, wanita itu malah semakin menangis dan mengangguk. "Jangan takut, saya tidak akan pernah lari, kamu dan dia tanggung jawab saya sekarang." Ungkap dokter kandungan itu dengan sungguh-sungguh, hati Stella menghangat, berbunga-bunga, rasa lega langsung melingkupi perasaannya. Apalagi ketika Noctis tiba-tiba berbaring disampingnya dan merengkuh tubuhnya, membawa Stella ke dalam dekapan hangat pria tampan itu. "Jangan menangis." Gumam Noctis sembari mengusap punggung ringkih Stella sampai tubuh wanita itu berhenti bergetar. "Terus gimana sama calon istri bapak?" Tanya Stella dengan suara yang amat pelan, Noctis bahkan sampai tak bisa mendengarnya. "Hm?" "Enggak. Saya mau makan pasta." Ujarnya asal. "Ya, nanti saya carikan. Nunggu kamu disuntik antibiotik dulu." Jawab Noctis. Stella pun hanya mengangguk paham, berada dalam pelukan pria bertubuh jangkung satu ini nyatanya membuat Stella benar-benar merasa terbuai, harum parfum Noctis begitu memabukkan, tubuhnya yang hangat membuat Stella merasa nyaman dan aman. Biarlah kali ini ia egois, toh Noctis juga adalah calon ayah dari janin yang ia kandung, Stella mulai merapatkan tubuhnya, memeluk dan menyerukan kepalanya di d**a bidang Noctis untuk mencari kehangatan, wanita hamil itu meringkuk seperti bayi, bayi yang sangat rapuh dan butuh sekali perlindungan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN