Bab 16

1461 Kata
"Juragan, sekali lagi saya minta maaf, dengan tegas saya menolak keinginan Anda. Saya sudah punya calon. Silahkan Juragan cari wanita yang lebih cantik dan menarik dibandingkan saya. Juragan memiliki segalanya dan saya yakin tak sulit untuk menemukan wanita yang sesuai selera Juragan." Tri kembali menegaskan. Ia teringat kata-kata Adam agar melawan kemungkaran. Ia berhak bahagia dengan tidak tunduk patuh pada pria tua yang kemungkinan mengidap gangguan jiwa. "Apa calonmu itu pria kaya, lebih segalanya dari saya? Ha...ha...coba tunjukkan!" Juragan Kardi menatap tajam Tri. Dari sinar matanya terpancar rasa benci dan amarah yang menggebu. Ia merasa terhina dan Tri adalah orang yang membuat emosinya hampir meledak. "Maaf, Juragan itu bukan urusan Anda. Mau seperti apa calon saya yang jelas kami saling mencintai. " Tri balik menatap tajam pria tua di hadapannya. Ia sama sekali tak merasa takut dengan pria jangkung itu. Semua perkataaan Adam seolah menjadi cambuk untuk dirinya untuk menyadarkan Juragan Kardi. "Kamu sombong sekali ya, Tri. Kita lihat saja nanti siapa yang akan berhasil menikahi kamu. Saya pastikan saya lah orang itu." Juragan Kardi tersinggung. Baru kali ini ada orang yang berani menghinanya. Apalagi hinaan itu dilontarkan oleh gadis yang sedang menjadi incarannya. Meskipun ia marah namun ia tak akan melepaskannya. Mak Asih dan Bapak Ujang mendekat ke arah Tri dan Juragan Kardi begitu mendengar keributan. "Ini ada apa?" Ma Asih tampak ketakutan. Ia menatap Tri memberi peringatan agar tak macam-macam dengan tamunya. "Asih, Ujang tolong ajari putrimu itu sopan santun. Berani sekali dia menghinaku." Juragan Kardi tampak marah karena Tri dianggap tak sopan. Ia yang gila hormat tak suka ada merendahkan dirinya. "Maaf, juragan. Tolong maafkan sikap anak saya." Ma Asih merasa tak enak hati. Ia bicara dengan nada bergetar saking ketakutan. Setelah kejadian ini ia yakin keluarganya tak akan hidup tenang. Ia berjanji akan membuat Tri mau menerima clon tambang uangnya "Pokoknya pastikan ia menerima lamranku. Mau tidak mau dia harus menikah dengan saya." Ucapnya dengan tegas disertai sorot mata tajam ke arah Tri. "Dalam waktu dekat, saya akan kembali." Ia memberikan informasi. Juragan Kardi menahan amarahnya. Tanpa pamit ia pergi meninggalkan kediaman orang tua Tri diikuti dua pengwal pribadinya. Tri bersyukur bandot tua tak berhati itu telah pulang. Sementara ini ia terbebas darinya. *** Tri bersiap untuk pulang ke rumah neneknya, baru dua langkah menuju pintu. Mak Asih menarik tangannya dengan kasar. "Mau kemana kamu?" Mak Asih menahan gerakan Tri yang hendak melarikan diri pulang ke rumah Nini Icih. Ia akan membuat perhitungan dengan putrinya yang sudah berani mempermalukan dirinya sebagai tuan rumah. Apalagi Mak Asih yangvterkenal pelit telas mengeluarkan modal untuk jamuan makan. Sayangnya semuanya sia-sia karena calon menantu idamannya itu telah pulang lebih awal. "Duduk!" Giliran bapaknya yang bersiap menumpahkan emosinya. Tri menurut dengan menahan perasan kesal yang meluap. "Dasar anak tidak tahu diuntung. Seharusnya kamu menjaga sikap di hadapan Juragan Kardi. Lihat, betapa marahnya tadi kepada kita." Mak Asih lannsung mencaci maki putri bungsunya. Membuat marah Juragan Kardi sama dengan memulai api permusuhan. Orang tua Tri bisa kehilangan pekerjaan dan kwhidupannya makin sengsara kibat lilitan utang. "Kamu sudah berbuat tidak sopan kepada Juragan Kardi, Besok kamu harus menemuinya dan minta maaf!" Bapak Ujang memberikan perintah. Pernikahan Tri harus terlaksana agar bisa mengubah kehidupan mereka. Tri menunduk menahan sesak di d**a. Betapa kejam orang tuanya itu. Jika memang alasannya karena memiliki banyak hutang mengapa tak minta bantuan Tama dan Dwi, kakaknya yang selalu dibanggakan oleh mereka. Mengapa menjadikan Tri sebagai tumbal? Tri kecewa. "Mak, Pak kenapa kalian memaksakan kehendak kepada Tri? Sudah jelas Tri mrnolak mengapa kalian tetap menjodohkan Tri dengannya. Kalian tega sekali mau menjadikan istri ketiga dari seorang pria tua. Tolong Emak dan Bapak pikirkan kebahagiaan Tri. Selama ini Tri sudah diperlakukan tidak adil dan betusaha mengalah. Mengapa kalian seolah menganaktirikan Tri, memperlakukan Tri tak adil." Tri menangis terisak mengeluarkan semua isi hatinya. "Ini semua demi kebaikan kamu, kalau kamu menikah dengan Juragan Kardi hutang kita akan segera lunas. Kita bisa kaya raya dengan meminta apapun yang kita inginkan." Emak Asih sudah gelap mata. Ia tak peduli dengan ketidaksetujuan Tri. "Jika masalahnya hutang, ada A Tama dan Teh Dwi yang bisa membantu. Seharusnya mereka yang bertanggung jawab terhadap Emak dan Bapak. Mereka yang sudah menghabiskan harta kalian. Kalian terlilit utang juga bekas mereka." Tri semakin berani mengeluarkan unek-uneknya yang tersimpan selama ini. Kedua orang tuanya terdiam. "Pulang sama kamu, pokoknya besok kita temui Juragan Kardi untuk minta maaf, kalau kamu sayang sama orang tua." Mak Asih berdiri meningglkn Tri. Bapak Ujang masih duduk di hadapan Tri dengan sorot tajam. Satu menit kemudian, ia pun mengikuti sang istri. Tri kembali menangis terisak. *** Tri berurai air mata saat memasuki rumah neneknya, beruntung Nini Icih sudah tidur jadi tak akan diintrogasi. Hanya ada Aki Somad yang tengah menonton berita. "Kamu kenapa?" Pria bersarung itu menatap Tri karena cucunya terlihat habis menangis. "Aki." Tri memeluk kakeknya dengan rasa sedih yang teramat sangat. Ia butuh perlindungan. "Apa emak sama bapakmu sudah menyakiti kamu?" Aki somad memberikan tebakannya. "Tri baru saja bertemu dengan Juragan Kardi. Tenyata Emak dan Bapak sengaja mempertemukan kami." Tri mengadu. Aki Somad mengusap punggung cucunya yang malang itu. "Aki akan bicarakan masalah ini besok dengan kedua orang tuamu." Aki Somad akan berusaha melindungi Tri sebisa mungkin meski ia tak memiliki apapun. "Ki,Tri mau balik ke Jakarta." Tri menyampaikan niatnya. "Kapan?" Aki Somad tampak kaget. "Subuh." Tri memberikan jawabannya. Tak ada pilihan lain selain segera kembali ke.ajakarta. "Ini demi kebaikan Tri" Ia yakin seratus persen jika Juragan Kardi akan terus mengejarnya. Bukan hal mustahil melakukan aksi oenjulikan kepadanya sepertindi cerita-cerita. Pria itu terobsesi pada dirinya. "Baiklah, Aki juga tidak kalau samoai terjadi sesuatu sama kamu. Kamu memang harua bwrsembunyi dari mereka." Akhirnya Aki Somad memberikan izin. Ia sendiri tak.bisa memberikan perlindungan. Tri tak memikiki kekuatan. Untuk menghadapi Juragan Lardi Kertarajasa butuh baala bantuan. "Sekarang kamu istirahan dulu, nanti Aki akan bicara kepada Nini." "Baik, Ki." Usai mengunci pintu rumah dan memastikan semua jendela tertutup rapat, Tri segera masuk.ke dalam kamar pribadinya. **** Tri membaringkan tubuhnya di atas ranjang besi tua yang dilapisi kasur busa yang mulai menipis karena dimakan usia. Gadis itu sengaja menghubungi Adam untuk berkeluh kesah megenai masalah yang tengah dihadapin olehnya "Hallo," Terdengar suara Adam di seberang sana. "Kamu lagi sibuk?" Tri memastikan aktifitas Adam, khawatir memgganggunya. "lagi mengerjakan tugas. Eh kaya yang habis nangis." Adam langsung menyadari keanehan suara Tri. "Dam, kamu mau nolong saya?" Tanpa basa basi Tri langsung meminta bantuan sahabatnya. "Kamu kenapa?" tanya Adam. Tri menghela nafas panjang, langsung menceritakan pertemuannya dengan Juragan Kardidan apanyang terjadi di rumah kedua orang tuanya. "Astaghfirullah. Sebaiknya kamu segera kembali ke Jakarta." Adam memberikan usulan. "Iya rencana subuh nanti. Saya teh takut." Tentu saja Tri tak akan tinggal lebih lama. Diam artinya bersiap dengan bahaya. Tri tak ingin kalah ia harus membela diri dari kekejaman orang-orang yang ada di sekitarnya. "Aku jemput ya." Adam menawarkan diri. "Pake apa?" Tri tentu mau hanya saja kalau pakai motor ia malas. "Aku bakalan pinjam mobil teman." Adam langsung menyanggupi. Demi Tri ia rela berkorban. "Terima kasih banyak ya, Dam. Kamu sahabat terbaik aku." Tri merasa beruntung ada seseorang yang bisa meringankan masalahnya. "Saran aku, kamu bawa Nini dan Aki juga!" Adam memberikan usulan. Tri terdiam memikirkan ucapan cucu Engkong Udin itu. "Mereka ga akan mau" Tri tak mungkin membawa mereka lagi pula Nini sedang sakit, kondisinya tak memungkinkan. "Pria tua itu pasti akan menjadikan nenek dan kakek kamu sebagai sandra atau apa, coba pikirkan kemungkinan buruk yang terjadi. Bisa saka oa melukai mereka." Adam mengungkpkan pemikirannya. Tri terdiam sejenak memikirkan kata-kata Adam. Benar juga bukan hal yang mustahi Juragan Kardi bermain curang, Emak dan Bapak? Pasti ada di pihaknya. Tri seolah tengah berada dalam sebuah cerita sinetron sebagai tokoh yang teraniaya. Tri khawatir jika perkiraan Adam menjadi kenyataan. "Kamu siap-siap ya, sekarang istirahat dulu. Jangan banyak pikiran, aku pasti nolongin kamu." Asam berusaha menenangkan. "Makasih banyak ya, Dam." Ucapan Adam benar. Ia harus tenang. "Sampai ketemu besok subuh ya, sekarang aku mau hubungi dulu temanku.setelah itu langsung meluncur ke bandung, biar nanti ada waktu istirahat." Adam memberikan pesan terakhirnya. "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Usai menyimpan gawainya, Tri langsung mengambil ransel dan membereskan semua pakaiannya. Ia harus bergerak cepat sebelum niatnya tercium oleh anak buah Juragan Kardi. Setelah itu ia segera menemui Aki Somad yang masih anteng di depan televisi menunggu kantuk menyerangnya. "Kenapa kamu balik lagi?" Aki menatap Tri heran. "Ki, besok subuh Tri berangkat ke Jakarta dijemput teman, Aki sama Nini mendingbikut saja. Tri takut kalau Juragan Kardi akan berbuat sesuatu yang berbahaya seperti memanfaatkan Aki dan Nini agar Tri mau menyerah." Tri memberikan penjelasannya. "Baiklah, aki akan ikut. Nini pasti setuju." Aki Somad ternyata mau mendengar kata-kata Tri. Gadis itu bernafas lega. Mereka akan tinggal di Jakarta untuk sementara waktu. *** Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN