bc

Istri Tersakiti yang Dicintai CEO

book_age18+
1.0K
IKUTI
6.5K
BACA
HE
arrogant
boss
heir/heiress
bxg
kicking
secrets
like
intro-logo
Uraian

Memiliki paras yang cantik, serta mempunyai pekerjaan yang mapan, kehidupan Eca sudah mendekati kata sempurna. Kesempurnaan hidupnya semakin bertambah ketika dia menikah dengan sosok laki-laki yang bernama Aditya Rolland. "Kamu satu-satunya wanita yang ada di hatiku, Ca. Aku harap hanya kematian yang bisa memisahkan kita."Ucapan manis serta perlakuan lembut sang suami selalu membuat Eca bahagia, karena kehidupannya sangat sempurna. Namun, siapa sangka dibalik kesempurnaan sang suami, tenyata menyimpan sebuah rahasia yang sangat menyakiti Eca. Yaitu, seorang madu yang disembunyikan Adit. Semuanya semakin meledak ketika Eca tahu jika madunya adalah seseorang yang berada di sekitarnya selama ini. Sayangnya Eca tidak bisa lepas begitu saja dari Adit, karena kehamilannya. Ia bertekad ingin membalas perbuatan sang suami dengan cara segera menikah dengan laki-laki lain setelah resmi bercerai. Dia ingin tunjukkan jika dia bisa bahagia tanpa Adit di sisinya. Lalu, siapakah madu yang dirahasiakan suaminya? Dan bisakah Eca hidup berbahagia setelah menikah kembali dengan pria yang tidak dicintainya?

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Hal Mencurigakan
“Sejak kapan kamu punya pelembab bibir, Dit?” Seorang wanita bernama Alesha Danera menanyakan itu pada Adit–suaminya. Wanita berkulit terang yang biasa dipanggil Eca itu tampak mengangkat tinggi pelembab bibir berwarna pink yang seukuran jari. Benda tersebut ia dapatkan dari koper suaminya yang baru saja pulang dari perjalanan dinas kemarin malam. Ya, Eca baru memeriksa isi koper itu pagi ini karena kemarin malam ia sendiri merasa lelah. Awalnya Eca hanya berniat mengeluarkan pakain kotor Adit dari dalam koper sebelum ditinggalnya bekerja. Namun, atensinya langsung teralihkan saat menemukan benda yang jelas tidak asing bagi kaum hawa sepertinya. “Pelembab bibir?” Adit sendiri juga terkejut dengan pertanyaan Eca. “Oh … itu?” Adit yang tadinya masih bermain gadget di ranjang, buru-buru menghampiri Eca dan memeluk tubuh istrinya dari belakang. “Kapan hari aku nemenin pak Tristan buat beliin istrinya lipstik terus mbak-mbak yang jual juga nawarin aku dan karena gak enak mau nolak. Jadi, aku beli deh itu pelembab bibir." Biasanya Eca akan menanggapi hal semacam itu dengan santai karena sadar jika jabatan sang suami sangat memungkinkan banyak wanita di luaran sana yang mengincarnya. Eca percaya karena Adit selama ini tidak menunjukkan gerak-gerik mencurigakan. Ya, tidak ada yang berubah darinya semenjak menikah sampai sekarang. Perhatian dan sifat romantisnya sudah membuat Eca percaya pada Adit. Namun, entah kenapa kali ini berbeda. Eca merasa ada sesuatu yang disembunyikan Adit, meskipun tidak sepenuhnya dia yakin. Mengabaikan penjelasan Adit sebelumnya, Eca langsung membuka penutup pelembab bibir itu, karena penasaran. Alisnya langsung mengernyit saat kembali bertanya, "Kok tinggal setengah gini?" "Iya ... aku gak sengaja patahin kemarin, Ca." "Beneran?" tanya Eca lagi tak percaya. Ia segera menoleh ke belakang dan mencari kejujuran dari tatapan sang suami. "Kamu gak bohongin aku, kan?" Adit langsung terkekeh mendapati raut penuh selidik dari Eca. Ia menghujani wajah istrinya itu dengan ciuman bertubi-tubi sebelum Eca bertanya lebih jauh. "Gak percayaan banget sih, istriku ini? Mau aku teleponin atasanku?" Belum bisa percaya dengan penjelasan Adit, Eca mendorong pelan tubuh Adit dan langsung memupuskan keromantisan yang hampir tercipta. "Kenapa sih, Sayang, kamu enggak percaya?" Adit menarik kembali tubuh Eca, mengunci pergerakan Eca dengan memegangi kedua pipinya agar tatapan mereka bertemu. "Beneran, mau aku teleponin Pak Tristan?" Eca bergeming, mencari kejujuran dari kedalaman netra sang suami dan berharap apa yang diucapkan Adit memang benar. Namun, Adit sendiri malah terkesan mengalihkan pembicaraan. "Ah, udahlah, Sayang. Gak perlu kita bahas hal-hal yang enggak penting seperti itu. Aku mandi dulu, ya, Sayang." "Ya Tuhan, kenapa perasaanku jadi nggak enak begini? Kenapa aku merasa Adit seperti menyembunyikan sesuatu dari aku?" batin Eca mulai melangkah mendekati ranjang saat Adit tak lagi ada dalam pandangannya. Wanita itu kini mulai meraih ponsel Adit yang masih tergeletak di kasur dan segera memeriksa semua aktifitas pada ponsel Adit. Mulai dari history panggilan, pesan masuk, serta surel yang ada di sana. Namun, tidak satu pun ia menemukan hal mencurigakan di sana. Bahkan semua pesan yang masuk ke dalam ponsel Adit, hanya membahas tentang pekerjaan. Di saat Eca masih fokus mencari bukti yang mungkin akan ia temukan pada ponsel Adit, tiba-tiba panggilan Adit dari dalam kamar mandi langsung mengejutkannya. "Sayang?!" Eca spontan meletakkan kembali ponsel Adit, dan langsung berdiri untuk menghilangkan jejak jika dia telah menggeledah ponsel sang suami. Eca berusaha menetralkan raut tegangnya. "Kamu hamil, Sayang?" tanya Adit sambil berjalan mendekati Eca dengan menunjukkan alat tes kehamilan yang ia temukan di dalam kamar mandi. Eca mengangguk saat menjawab, "Iya." Anggukan Eca membuat senyum Adit seketika mengembang. Ia bahkan spontan menggendong tubuh Eca karena saking senangnya, meskipun terus mendapatkan perlawanan. "Dit, lepasin!" pinta Eca karena tidak nyaman dengan perlakuan Adit. Jika biasanya Eca sangat menyukai cara Adit dalam memperlakukannya, kali ini semua terasa berbeda. "Sejak kapan kamu tahu, Sayang?" tanya Adit setelah turunkan Eca dari gendongannya. Ia kembali memegangi kedua pipi Eca hingga tak ada kesempatan bagi Eca untuk berpaling. Bahkan usapan lembut tangan Adit ketika menyusuri setiap helai rambutnya, nyaris membuat Eca kembali luluh. "Kenapa kamu enggak kasih kabar lebih awal ke aku?" Tak dapat dipungkiri, Eca menyukai cara Adit memperlakukannya selama ini. Kelembutan yang ditawarkan Adit seolah memberinya kehangatan dan menumbuhkan rasa nyaman. Akhirnya, walau hanya sedikit, rasa kecurigaan Eca mampu teralihkan. "Baru kemarin pagi. Aku coba cek aja, karena aku udah telat satu minggu dan ternyata hasilnya positif." "Makasih, Sayang." Adit memeluk Eca dan mengusap lembut setiap helai rambut Eca yang tergerai tanpa penolakan. Eca memang sempat terbuai. Namun, sadar jika semua penjelasan Adit terasa janggal, ia lebih dulu melonggarkan pelukan dan mengalihkan pembicaraan. "Aku berangkat dulu ya, Dit. Kamu sarapan di luar enggak apa-apa, kan? Aku ada rapat penting pagi ini sama pak Brama." Adit spontan mengangguk ketika menjawab, "Iya, enggak apa-apa, Sayang. Kamu hati-hati. Enggak usah ngebut! Atau mau aku anterin?" Eca menggelengkan kepala. Ia mengambil ponsel miliknya. Teringat sesuatu, Eca segera bertanya, "Kamu enggak ngantor?" "Sepertinya aku ambil cuti hari ini, Sayang. Badan aku capek banget." Eca mengangguk menanggapi Adit. Ia hampir beranjak pergi. Namun, panggilan Adit menghentikannya. "Bentar, Ca, tunggu," cegah Adit yang langsung membuat langkah Eca terhenti. Adit mengambil jaket miliknya yang masih tergantung di sudut kamar dan memaksa Eca untuk memakainya. “Bumil gak boleh sakit. Cuaca di luar sangat dingin. Jadi, kamu harus pakai jaket yang tebal biar enggak kena angin, oke!" Terus mendapat perlakuan manis dari sang suami, ternyata hati Eca teralihkan. Sejenak ia lupa dengan semua kecurigaan yang sempat memenuhi pikirannya. Eca pun sudah bisa tersenyum meski samar dan menerima perlakuan Adit tanpa penolakan. "Satu lagi, mending kamu pakai mobilku aja, Sayang, biar lebih nyaman. Lagian mobil kamu waktunya service rutin, kan? Atau mau aku anterin?" tawar Adit lagi. Eca lagi-lagi menolak. Ia berusaha tersenyum meski terpaksa. "Enggak usah, Dit. Aku berangkat sendiri saja." Perlakuan lembut dan manis Adit, adalah hal yang dirindukan sekaligus didambakan oleh Eca. Hanya saja, penemuan pelembab bibir dari koper Adit, benar-benar memupuskan semuanya. Akhirnya Eca menuruti permintaan Adit yang terus memaksanya untuk berangkat menggunakan mobilnya. Eca mencoba berpikir positis di sepanjang perjalanannya menuju kantor. "Benar! Adit enggak mungkin selingkuh dariku. Mungkin memang benar semua yang dikatakannya tadi." Itulah pernyataan yang berusaha diyakini Eca, apalagi saat melihat perhatian Adit, kecurigaannya sedikit demi sedikit terpatahkan. Ia pun memilih untuk mengabaikan kecurigaannya sejenak, meski ia masih menyimpan itu dalam pikirannya. Mobil yang dikendarai Eca akhirnya tiba di area parkir gedung yang menjadi tempat bekerjanya selama ini. Eca mengecek ulang riasan wajahnya dan merapikan pakaiannya sebelum mematikan mesin kendaraan. Namun, atensinya langsung teralihkan karena kedua mata Eca tidak sengaja melihat penunjuk jarak tempuh pada mobil Adit yang menurutnya tidak wajar. Tidak mungkin mobil yang terbilang masih baru sudah menempuh jarak lebih dari seribu kilometer, sedangkan setahu Eca, mobil Adit berada di penitipan area bandara selama menjalankan tugas dinasnya enam hari lalu. "Seribu kilometer?" Eca mencoba mengingat kembali tanggal pembelian mobil Adit dan tetap merasa janggal dengan semuanya. Hatinya seketika kembali goyah setelah hampir kembali percaya. Dengan detak jantung yang kian bertambah cepat, Eca keluar dari mobil. Membawa berbagai pikiran buruk yang mulai memenuhi otaknya. "Jangan-jangan benar, Mas Adit …." Langkah Eca tertatih, tubuhnya terasa gemetar membayangkan jika semua kecurigaannya terbukti benar. Membayangkan suaminya selingkuh, sungguh hal yang sangat menyakitkan. Jujur, Eca tidak sanggup. Tidak sanggup menghadapi semua itu jika sampai menjadi kenyataan. Berbagai sapaan dari juniornya ketika ia melintas, diabaikan Eca dengan mudah. Lalu, saat ia baru saja masuk ke dalam ruangannya dan hendak melepas jaket pemberian Adit, secara tidak sengaja tangannya terasa meraba sesuatu dari dalam saku jaket milik Adit. Dipenuhi rasa penasaran, Eca segera mengeluarkan benda tersebut dari saku jaket milik Adit. "Astaga! Anting siapa ini?" Tubuh Eca seketika lemah. Ia seperti kehilangan tenaga saat tahu benda itu adalah sebuah anting dengan permata merah di tengahnya. Jelas itu bukan miliknya dan anting itu pasti juga bukan hadiah untuknya karena hanya ada satu dengan kondisi yang tidak baru. “Sebenarnya kamu pergi ke mana selama enam hari ini, Dit? Apa yang kamu sembunyikan? Apa benar kamu telah selingkuh di belakang aku?”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
283.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
205.5K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.3K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
148.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
149.0K
bc

TERNODA

read
191.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
221.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook