"Maaf, aku kelepasan!" gumam Kalix. Meskipun mulutnya mengatakan maaf, namun sorot matanya yang dingin begitu terlihat jelas kalau pria itu marah. "Aku takut," batin Airin yang baru pertama kali melihat Kalix memasang wajah mengerikan itu. Ia sendiri menyadari kalau ia memang sudah keterlaluan karena terus membantah Kalix, apalagi saat ini mereka hanya berdua di Apartemen. Walaupun Airin sudah mengenal Kalix sejak ia lahir tetap saja ia perlu mewaspadai pria itu saat marah. "Kalau mau mu itu akan aku lakukan," ujar Airin yang merasa harga dirinya sedikit terluka karena tuduhan Kalix. Airin menekan tombol hijau. "Loud Speakers!" ucap Kalix tenang layaknya pria bangsawan yang sedang marah namun masih berusaha mengontrol diri. Airin menekan tombol loud speaker. "Ha-lo," "Halo