Semua masih teringat jelas di pikiranku, apalagi saat aku menutup mata begini, kejadian malam itu begitu nyata walaupun aku sedikit mabuk, nyatanya aku sendiri yang masih dalam keadaan sadar total.
Meskipun aku berusaha untuk memojokkan Airin dan mengatakan kalau ini adalah kesalahannya, nyatanya aku adalah manusia munafik yang tidak tahu diri dan merasa bersalah pada gadis muda yang terlihat linglung itu.
Untuk menyelamatkan harga diriku, aku mengatakan kalau Airin lah yang sudah menarik diriku dalam dekapan hangat tubuhnya, padahal malam panas itu akulah yang lebih dulu memulainya karena begitu terpesona dengan tubuh molek adik Sahabatku yang sudah ku anggap seperti adikku sendiri karena aku tidak memiliki saudara kandung.
Buk... buk... buk...
"Sial! sial! sial!" teriakku sambil memukul-mukul setir kemudi mobil.
Airin Natasha, gadis yang masih berusia 19 tahun, wanita yang sudah aku kenal bahkan sejak ia bayi. Bagaimana bisa ia memiliki tubuh seputih dan semulus porselen, apalagi bagian dadanya begitu besar dan padat, wajah cantiknya yang mengerang di bawahku memanggil namaku dan sesekali memanggil nama David, seseorang pria yang ku kira adalah b******n yang sudah merusak jiwa murni seorang Airin, gadis yang begitu di sayang dan di jaga oleh Rendy sahabatku.
Airin bahkan jauh lebih mempesona dan menarik di banding Tunanganku Angeline, apa karena usia Airin yang belum mencapai 20 tahun, sedangkan Angeline seumuran denganku yang hampir menginjak usia 30 tahun. Wajar saja bila Airin kini terlihat jauh lebih cantik di banding Angeline, ia gadis muda bagaikan sekuntum bunga yang sedang mekar-mekarnya.
"Aku memang b******n gila, bagaimana bisa aku membandingkan Angelineku dengan Adik sahabatku," umpatku.
Ingin sekali rasanya ku keluarkan otak kotor ku ini dari kepala sialan ini.
Namun Airin yang ku anggap gadis polos dan naif, ternyata menyembunyikan pisau di balik tangannya yang mungil, gadis murni yang ketagihan membaca n****+ dan mengimajinasikan diriku sebagai Tokoh utama pria n****+ yang sedang ia baca.
Malam itu entah berapa kali aku menusukkan milikku ke dalam tubuh gadis itu dan menanam benihku dalam rahimnya, aku bahkan membuka paksa seluruh pakaiannya, setelah ciuman panas itu diriku seakan-akan kehilangan kendali, aku bahkan melakukannya dengan sangat kasar karena tidak tahu kalau itu adalah pengalaman pertama gadis itu.
"Argh... sial! rasanya aku mau gila," teriakku yang masih berada didalam mobil.
Aku teringat pada Rendy, bagaimana kalau Airin mengadu, itu sebabnya saat bangun sampai aku keluar dari Apartemen, aku berpura-pura cuek dan bersikap santai di depan Airin, padahal rasanya jantungku mau copot saat menatap sorot matanya.
"Aku harus kembali ke Apartemen ku, lupakan saja semuanya karena Airin juga pasti melupakan kejadian malam itu, Airin cukup dewasa untuk menjerumuskan dirinya sendiri kedalam lubang neraka, ia tak mungkin mengadu pada Kakaknya, sejak dulu Rendy cukup keras pada Airin apalagi tentang hubungan asmara Airin, ia begitu posesif pada Adiknya apalagi setelah kehilangan kedua orang tua mereka," ucapku menenangkan diri.
Aku mengetahui jelas hal itu karena dulu saat Airin masih duduk di bangku menengah atas, Rendy pernah memukul seorang Pemuda hanya karena Pemuda itu sering mengganggu Airin, itu sebabnya aku sangat tahu kalau Rendy mungkin akan membunuhku atau mengajakku berduel bila ia tahu kalau aku sudah mengambil perawan adiknya.
Dan Airin tahu betul apa akibatnya kalau ia mengadukan hal ini pada Rendy, karena Aku juga tahu kalau Airin juga sangat mencintai kakaknya itu, ia tak mungkin tega membuat masa depan kakaknya hancur hanya karena membunuhku.
Aku yang masih terlihat gelisah terpaksa bergegas kembali ke Apartemen karena harus bersiap-siap ke Rumah sakit, siang ini Aku yang merupakan Direktur Rumah sakit setahun terakhir menggantikan Papaku yang memilih pensiun dini, memiliki rapat siang ini karena Rumah sakit milikku ingin melakukan kerja sama dengan salah satu Rumah sakit ternama yang ada di Malaysia.
Di perjalanan Aku terus saja mengingat kejadian malam itu, bagaimana Aku menghajar habis-habisan seorang gadis muda yang tidak seharusnya ku sentuh. Meskipun berusaha untuk melupakan kejadian itu, nyatanya tetap saja bayangan wajah Airin yang terlihat mengerang dan suara desahan yang sexy mengganggu pikiranku.
Ciitttt...
Karena tidak fokus hampir saja aku menabrak seorang Pengemudi motor.
"Ma-afkan saya Pak," ujarku terbata-bata.
"Fokus dong kalau bawah mobil," bentak pria paruh baya yang hampir saja ku serempet dengan mobilku.
Aku menundukkan kepala memohon maaf karena memang aku yang salah.
Syukurnya pria paruh baya itu pergi begitu saja setelah mendapat permohonan maaf dariku.
Mengatur nafasku berkali-kali, agar aku bisa kembali fokus dan belajar untuk melupakan kejadian semalam.
~~~
Airin sedang duduk di halte Bus yang ada di seberang Apartemen mereka.
Ia masih merasa nyeri di antara kedua pahanya, ia juga terpaksa menggunakan pakaian tertutup padahal matahari pagi sedang memancarkan sinarnya dengan kekuatan penuh, ia mau tak mau menggunakan pakaian yang menutupi hampir seluruh lehernya untuk menutupi bekas kepemilikan Kalix yang tak dapat di hitung Airin sangking banyaknya. Bibirnya juga sangat bengkak membuat Airin tak nyaman.
Kalau saja hari ini tidak daftar ulang, Airin pasti akan tiduran seharian di kasur.
Airin yang tengah menunggu Bus yang menuju ke arah Kampusnya, hanya bisa meremas rok jeans semata kaki yang ia pakai, jujur ia juga masih kepikiran dengan apa yang terjadi tadi malam.
"Melihat apa yang terjadi pada tubuhku, sepertinya Kalix cukup beringas dalam berhubungan badan," gumamku tanpa sadar.
Syukurnya halte kosong saat ia sadar baru saja mengucapkan kalimat vulgar, bagaimana bila ada orang yang mendengar ucapannya tadi, pasti orang-orang akan berpikir kalau Airin adalah wanita nakal.
Pikiran over thinking rasanya tak mau pergi dari kepalanya semenjak kejadian tadi malam.
Sembari menunggu Bus, Airin merogo tasnya lalu mengambil ponsel yang ia selipkan di dalam kantong kecil yang ada di tasnya, semenjak ia pernah kehilangan ponsel saat berada di dalam Bus, Airin memang jauh lebih berhati-hati saat menyimpan ponsel miliknya.
Airin membuka aplikasi kesayangannya tempat ia membaca n****+ onlinenya, matanya berbinar-binar saat melihat n****+ yang Tokoh utamanya adalah David telah update.
"Argh... makasih Author udah update hari ini," celotehnya tak sabar segera membaca n****+ online kesayangannya itu. Sejenak ia melupakan kejadian dan pikiran negatif yang sudah menguasai pikirannya sejak pagi.
Tak peduli kalau pun n****+ itu harus menguras kantongnya dan menyisihkan uang jajannya untuk membeli koin agar bisa membaca setiap bab cerita.
Mata Airin membola saat melihat tanda 21+ pada bab terbaru, Airin tahu kalau bab ini pasti mengandung unsur dewasa. Biasanya ia akan penuh semangat saat melihat tanda itu, tapi kali ini ia merasa bersalah pada dirinya sendiri karena membaca n****+ yang tidak sesuai dengan umurnya.
"Karena n****+ ini aku hampir mendapat masalah besar seperti ini, karena tergila-gila dengan sosok David yang begitu lihai membuat Tokoh utama wanita selalu di mabuk kepayang dengan penampilan dan sikapnya, aku jadi gila seperti ini," lirihnya memasukkan kembali ponsel itu ke dalam tasnya.
Kali ini, aku berjanji tidak akan lagi membaca n****+ rating 21+.