“Kau menikmatinya?” “Di mana lubang? Aku harap bisa masuk ke sana dan sembunyi! Oh... aku sangat malu!” Winny mengalihkan pandangan dari tatapan Aska. Dia tidak fokus untuk berakting sebagai Winny karena rasa malunya lebih mendominasi pikiran. Melepaskan rangkulan pada leher suaminya, lantas dia ingin pergi, tapi baru sadar kalau pinggangnya masih ditahan oleh pihak lain. “Lepas...” cicit Winny, nyaris tak terdengar. Aska malah menarik sang istri untuk lebih dekat dengannya, kemudian bertanya tepat di telinganya, “Apa? Aku tidak mendengarmu. Katakan dengan lebih keras.” “Aku bilang, lepas.” “Jawab dulu pertanyaanku.” “Pertanyaan apa?” “Apa kau menikmatinya?” Winny ingin mengalihkan pandangan, tapi Aska merengkuh wajahnya dengan tangan kanan sementara tangan yang lain masih melilit