Saat Tamara selesai memaparkan proposalnya, semua orang bertepuk tangan kecuali aku dan Rania, Rania terlihat sangat marah, wajahnya memerah, sepertinya dia sedang menahan air mata untuk lolos dari mata indahnya. Aku menggenggam tangan Rania, aku tahu dia sangat marah sepertiku, tapi kita harus tenang menghadapi situasi seperti ini. “Proposalmu sangat luar biasa” puji seorang direksi. “Ayah bangga padamu” ucap Hirawan. “Benar benar membuktikan bahwa darah seorang CEO mengalir di darahmu” komentar seorang direksi. “Zea, silahkan paparkan proposalmu” pinta Hirawan. “Sepertinya ada beberapa hal yang harus aku sempurnakan” ucapku. “Proposal Nona Tamara sudah sempurna, sepertinya kau tidak perlu lagi memperbaiki proposalmu itu” cibir Astri, sekertaris Tamara. Aku hanya tersenyum mendeng