“Hai, Zanna,” sapa Aksa saat melihat kemesraan yang dipertontonkan oleh Zanna di depan mereka.
“Hai, Aksa. Apa kabar, lama tidak berjumpa,” ucap Zanna dengan senyuman manisnya.
“Oh iya, kenalin Zan, ini Zeline sekretaris pribadi aku, yang sebentar lagi akan menjadi calon istri aku tentunya,” ucap Aksa sambil menggenggam tangan Zeline yang terasa sangat dingin oleh Aksa.
“Benarkah?” ucap Zanna dengan mata melebar, karena dia tidak menyangka sama sekali jika Zeline telah merebut hati seorang Aksa.
Tentu saja Zanna sangat iri dengan Zeline. Dahulunya hati Farrel yang dikuasai Zeline, sekarang malah hati Aksa yang memang masih sendiri dan joker alias jomblo keren yang berhasil Zeline rebut.
Aksa meremas tangan Zeline dengan lembut, seakan memberikan kode kepada Zeline agar menuruti semua perkataannya.
“Salam kenal, Zanna,” ucap Zeline sambil tersenyum manis.
“Ayo sayang, kita masuk dan makan terlebih dahulu. Aku sudah lapar,” ucap Farrel sambil menggemgam tangan Zanna.
“Sejak kapan menjadi sekretaris pribadi Aksa, Zel?” tanya Zanna dengan kekepoannya.
“Sudah dari setahun yang lalu, Zan,” jawab Aksa cepat karena takut Zeline akan menjawab yang sebenarnya.
“Benarkan?” tanya Zanna dengan mata melebar karena terkejut. Berarti sudah setahun Farrel berhubungan kembali dengan Zeline tanpa sepengetahuannya.
Zanna melihat ke arah Farrel seakan meminta penjelasan.
“Jangan menaruh prasangka yang bukan bukan, sayang. Aku dan Zeline sudah tidak ada hubungan apa apalagi. Bukankah begitu, Zeline? ucap Farrel.
“Iya. Lagian semua itu cuma masa lalu yang sudah tidak ada artinya lagi,” ucap Zeline dengan tersenyum manis.
“Jangan menggangu Zeline nantinya, Zan. Karena Zeline adalah calon istri aku, jadi kedepannya siapa pun yang berani menyentuh Zeline maka akan berhadapan dengan aku,” ucap Aksa tajam karena sudah bisa membayangkan hal apa yang akan terjadi kedepannya. Mengingat sikap Zanna yang over cemburu kepada Zeline.
Zanna melongo dengan mata terbuka lebar mendengar ucapan Aksa barusan.
Aksa meremas jemari tangan Zeline di bawah meja.
“Terima kasih sayang,” ucap Zeline sambil mengecup pipi Aksa pelan.
Aksa yang mendapatkan serangan mendadak dari Zeline seakan hanyut dalam lamunannya merasakan kenyalnya bibir seksi milik Zeline yang menyentuh pipinya. Sedangkan Farrel yang tidak menyangka sama sekali dengan tindakan Zeline merasakan dadanya nyeri melihat hal itu, meskipun Farrel tau semua itu hanya acting untuk mengelabui Zanna.
“Ayo kita makan dahulu, sayang,” ucap Zeline sambil mengambilkan nasi untuk Aksa.
“Terima kasih, sayang,” bisik Aksa tepat di telinga Zeline. Zeline merasakan bulu kuduknya meremang mendengar perkataan Aksa.
Zanna yang tadinya sangat cemburu dengan Zeline malah berubah seketika. Dengan senyuman lebarnya menambahkan “Sepertinya Aksa akan mendahului kita menuju pelaminan, sayang.”
Farrel yang sedang minum menjadi terbatuk mendengar ucapan Zanna barusan. Karena hanya mereka bertiga yang mengetahui apa yang tengah terjadi di antara mereka saat ini.
“Doain saja, Zan. Semoga semuanya dilancarkan,” ucap Aksa yang melihat Zeline bengong karena semua ini tidak ada scenario dari tadi. Dia lumayan pusing mengikuti permainan yang ditunjukkan oleh Aksa dan Farrel.
Mereka melanjutkan makan siang dengan tenang tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang sesekali beradu di atas piring.
Selesai makan siang, mereka pun berpisah. Farrel sudah pergi dengan mobil Zanna. Sekarang tinggal Aksa dan Zeline berdua di atas mobil.
“Maaf, Pak. Karena hal tadi,” ucap Zelin.
“Tidak apa apa kok, Zel. Aku juga bahagia mendapatkan bonus dari kamu,” ucap Aksa dengan tersenyum lebar.
“Aku hanya mengikuti permainan yang Bapak dan Farrel ciptakan,” jelas Zelin.
“Tidak masalah, Zel. Panggil Aksa saja kalau kita diluar kantor,” ucap Aksa sambil menjalankan mobilnya membelah keramaian kota.
“Kita mau ke mana lagi, Pak?” tanya Zeline saat mobil yang dikemudikan oleh Aksa sudah melewati gedung perusahaan.
“Kita meninjau pembangunan proyek di luar kota,” ucap Aksa pelan.
“Zel,” ucap Aksa memecah kesunyian di antara mereka.
“Ada apa,Pak?” jawab Zeline.
“Mulai besok, kamu pindah tinggalnya ke apartemen sebelah unit aku,” ucap Aksa yang membuat Zeline terkejut.
“Tidak usah, Pak,” jawab Zeline gugup karena tidak manyangka dengan apa yang didengarnya barusan.
“Jangan panggil Bapak lagi. Panggil Aksa saja. Paham!” sergah Aksa yang diangguki oleh Zeline.
“Nanti akan saya pindahkan barang barang kamu,” ucap Aksa pelan tak terbantahkan.
“Tetapi, Pak. Eh Aksa maksud aku. Aku enggak ada uang untuk membayar tinggal di apartemen semewah ini,” ucap Zeline.
“Semua itu fasilitas dari perusahaan. Lagian, sebagai sekretaris aku, kamu tidak bisa berjauhan dariku,” jelas Aksa.
“Benarkah?” tanya Zeline dengan kening berkerut dan alis tebalnya bertaut meminta penjelasan lebih lanjut.
“Iya. Apartemen itu nantinya akan menjadi milik kamu. Karena perusahaan mengambil atas nama kamu semua surat suratnya. Kamu tinggal cicil melalui pemotongan gaji setiap bulannya,” jelas Aksa lagi.
“Rugi kalau kamu tidak mau menempatinya, karena kamu tetap membayar cicilannya setiap bulannya.”
“Baiklah kalau begitu,” ucap Zeline.
“Bagus. Nanti malam kamu packing semua barang barangnya. Besok pulang dari kantor, aku bantuin,” ucap Aksa yang dijawab Zeline dengan anggukan kepalanya.
“Cobalah untuk melupakan Farrel,” lirih Aksa menatap lurus kedepan.
“Sangat sulit untuk melupakan semuanya, Sa. Meskipun yang tersisa rasa pahit akan tetapi tidak dipungkiri jika perasaanku masih bergetar hebat jika berhadapan dengan Farrel,” ucap Zeline dengan jujur tanpa ada yang ditutupinya dari Aksa.
“Lupakanlah Farrel untuk selamanya, karena dia telah memiliki calon istri yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahannya, Zel. Mengingat semua itu hanya akan membuatmu makin terluka,” nasihat Aksa dengan bijaknya.
“Aku akan mencobanya, Sa,” lirih Zeline dengan senyuman manisnya yang mampu membuat perasaan Aksa bergetar hebat.
Mereka meninjau pembangunan proyek di luar kota.
“Kamu tunggu di sana saja, Zel,” ucap Aksa kepada Zeline sambil menunjuk ke arah tempat duduk yang ada di bawah pohon sekitar proyek.
“Aku ikut saja, Sa. Sekalian bisa belajar juga,” ucap Zeline yang merasa tidak enak jika hanya duduk saja.
“Jangan membantah, Zel. Cuacanya sangat panas ini, ntar kamu sakit karena panas panas,” jelas Aksa.