"Paman Risman memang istimewa, Abba." Wira tertawa. "Saking istimewanya, Zia sampai tidak bisa berpaling darinya. Sangat cinta Zia sama paman Risman." El terkekeh mengingat sikap Zia yang sangat dekat dengan Risman. "Sudah hampir Maghrib. Sebaiknya kita mandi. Nanti jalan-jalan. Kamu bangunkan Zia." El berdiri dari duduknya, karena ingin kembali ke kamarnya. Azan maghrib hampir tiba. "Iya, Abba. Aku akan bangunkan Zia." Wira berjanji melakukan apa yang dikatakan Abba nya untuk membangunkan Zia salat magrib. "Abba ke kamar ya." El berpamitan pada putranya. "Iya." Wira menganggukkan kepala dan tersenyum kepada Abba nys "Assalamualaikum." "Wa'alaikum Salam." Abba nya pergi, Wira bangkit dari duduknya. Tujuannya ke kamar Zia, untuk membangunkan gadis itu. Agar bangun, mandi, salat, la