Pacar Istri

1815 Kata
Pekerjaan Ares di hari pertama tidak terlalu banyak. Ia hanya melanjutkan apa yang di tinggalkan oleh Firman orang sebelum dirinya. Bagi Ares, pekerjaan baru nya cukup menyenangkan. Itu karena rekan kerja nya yang bisa di bilang asik. Ares bahkan langsung bisa nyambung mengobrol dengan rekan se divisi nya. Bahkan mereka juga makan siang bersama di warung tenda yang ada di belakang gedung perkantoran. Nasi pecel di warung Bu Nani, begitu rekan - rekan baru memanggil sang penjual. Dan Ares langsung jatuh cinta dengan nasi pecel Bu Nani. Ia bahkan langsung nambah dua kali. Kini ia sedang bersantai di bilik nya sambil memain kan Game di komputer kantornya. Karena ia duduk di bilik belakang maka memudahkan nya untuk berbuat apa saja dan tidak akan ada yang tau. Kecuali Dimas yang di bagian kanan nya dan Tiara si gadis cantik dan manis yang ada di bagian sebelah kirinya. Ia hanya melempar senyum pada Tiara saat gadis itu melirik pada apa yang di lakukan nya saat ini. "Kerjaan gue udah kelar kok " ujar Ares pada Tiara. Gadis itu hanya mengangguk, kemudian kembali fokus pada kerjaan nya. "Ares !" Suara tegas penuh wibawa itu langsung membuat Ares menganggkat kepala nya seraya tangan nya langsung reflek meng klik log out permaianan nya. "Iya Bang. !" Jawabnya Reflek. " eh, Pak !" Ralat Ares saat melihat tatapan para rekan nya yang cukup kaget. Narendra hanya menggeleng kan kepala nya. "Kamu sedang apa ?" Tanya Narendra padanya. "Kerja " jawab nya santai. "Kerja apa nge game ?" "Kerja kok, kalau gak percaya liat aja " jawab Ares dengan enteng. Narendra mengangguk saja walau ia tau kalau Ares berbohong. "Yaudah, lanjutkan. Dan pulang nanti kamu keruangan saya " ujar Narendra padanya. Ares mengangguk, kemudian matanya mengikuti langkah Narendra yang menuju ruangan Sheira. "Kok loe tadi manggil Pak Rendra Bang sih ,?" Tanya Dimas kepo. "Hah.. oo.. itu apa.. beberapa waktu yang lalu sempat nolongi gue gitu. Karena dia lebih tua dari gue ya.. gue panggil Bang. Kayak loe kan gue manggil Bang Dimas. Tadi gue lupa kalau sekarang dia Bos gue " ujar Ares beralasan. Dan ya, alasan Ares cukup masuk akal sehingga Dimas mengangguk percaya. "Btw, menurut loe Pak Rendra ganteng gak ?" Tanya Dimas, yang Membuat Ares langsung menoleh cepat padanya. Kemudian ia buru - buru memberi jarak dan menatap syok. "Loe kenapa ngeliatin gue gitu, ? Trus malah jauh gitu lagi " tanya Dimas heran dengan reaksi Ares. "Lah, loe bang ngapain nanya gitu ke gue ?" "Heh, pentolan korek. Gue itu cuma nanyak abis loe gak liat tuh muka - muka mupeng cewek - cewek di sini ngeliatin pak Rendra gak kedip gitu !" Ujar Dimas frustasi sendiri dengan Ares. "Hehehe.. loe bang, gue kirain loe belok dah. Hahah.. gue canda kali ah.. " ujar Ares kembali duduk seperti semula. "Karena gue cowok, menurut gue sih biasa aja " jawab Ares dengan santai. "Tuh kan, berarti nih tu cewek - cewek aja yang lebay " "Bisa jadi " jawab Ares menimpali. Dimas kembali mengerjakan pekerjaan nya saat suara pintu ruangan Sheira terbuka. Ia melihat Sheira keluar dari dalam ruangan nya dengan muka merah menahan marah. Di susul Rendra di belakang yang memasang muka bersalah. Keduanya keluar dari ruangan itu. Ares menautkan alis nya sendiri. Menatap heran dengan kepergian Keduanya. *** "Sheira bisa gak sih kamu dengerin aku dulu " ujar Rendra saat ia masuk ke pantry. "Apa lagi sih Ren, apa yang harus aku denger lagi ?" Tanya Sheira menatap marah. "Shei, aku minta maaf. Oke, aku salah gak nempatin janji. Tapi, itu cuma dinner lho, kamu marah kayak aku selingkuh aja " "Cuma dinner ? Cuma kamu bilang ?" "Iya kan, kita bahkan bisa dinner lain kali. " "Gak akan ada lain kali Ren ?!" Ujar Sheira dengan nada datar. "Sheira, plis.. jangan gini, aku sayang sama kamu. Waktu itu Mama minta di temenin ketemu teman nya. Aku gak mungkin nolak " "Lalu mama kamu ngenalin kamu sama anak temen nya ? Hm ?" "Sheira.. " Ujar Rendra dengan nada lelah. "Aku gak perduli sama siapa pun yang mama kenalin ke aku. Aku udah punya kamu " "Ren, kamu sadar gak sih. Kita selalu meributkan hal yang sama. Yaitu Mama kamu. Sampai kapan pun Mama kamu gak akan suka sama aku " "Shei, Mama belum tau siapa kamu. Maka nya Mama be... " Cklek Ucapan Narendra terhenti saat pintu Pantry terbuka dari luar. Sheira langsung mengusap air matanya. Dan menoleh ke samping hingga tertutup dengan tubuh Narendra. "Maaf, saya fikir gak ada orang " mendengar suara yang familiar itu membuat Sheira kembali melihat ke arah pintu. Dan Narendra sedikit berbalik. "Saya mau bikin teh, tenggorokan tiba - tiba gak enak " lanjut Ares sopan. Narendra mengerutkan dahi nya saat melihat mie cup di tangan Ares. Dan matanya beralih pada Ares. "Itu punya kamu ?" Tanya Narendra pada Ares. "Hah ? Oh.. bukan, ini punya Tiara dia minta tolong untuk di kasih air panas " jawab Ares ketika tau pandangan Narendra mengarah pada tangan nya. Sheira masih diam, keduanya berdiri dalam posisi cukup dekat. Dan itu membuat Ares semakin curiga dengan keduanya. Sengaja ia berlama - lama membuat teh nya. Sesekali ia mengintip pada keduanya yang diam saja. Sampai akhirnya Narendra memilih pamit lebih dulu karena ada pertemuan penting. "Kita masih harus bicara Shei, nanti malam kita ketemu. See you " pamit Narendra tanpa menunggu jawaban Sheira yang masih diam. Ares menoleh pada kepergian Narendra. Lalu melirik pada Sheira tampak termenung. "Nih " ucap Ares menyodorkan segelas teh hangat yang di bikinya tadi. Sheira menoleh pada gelas tersebut, lalu beralih pada Ares. Ia menepis halus. Ares tidak memaksa. Ia malah meminum untuk dirinya sendiri. "Jadi.... " ucap Ares menggantung membuat Sheira menoleh padanya lalu mendengus pelan. "Kamu ingin sesuatu ?" Tanya Ares memilih mengganti topik. "Enggak " Ares mengangguk. Matanya melirik pada perut Sheira yang masih rata. "Pak Narendra siapa ? Pacar? Atau mantan ?.. tapi berhubung kamu istri orang, jadi sekarang mantan. Iya kan ?" Ujar Ares bertanya dan juga menyimpulkan sendiri jawaban nya. Sheira hanya melirik, ia tidak menjawab pertanyaan Ares. Malah memilih pergi meninggalkan Ares sendiri di Pantry. "Njir.. gue di cuekin.. ckckck " dumel Ares sendiri. Kembali ia meneguk teh hangatnya. " celaka dua belas nih, Sheira sama bang Rendra aa hubungan.aduhhh.. gimana nih... " gumam nya lagi kini sambil mengacak rambut nya sendiri. Kemudian ikut keluar sambil membawa mie cup yang sudah ia beri air panas. *** "Mau kemana, Res ?" Tanya Dimas yang melihat Ares beranjak dari kursinya. "Mau nyerahin ini ke Bu Sheira, loe gak bisa banget hilang gue bentaran doang bang " ujar Ares yang langsung mendapat cibiran dari Dimas. "k*****t lu, gue cuma nanya " sewot Dimas. Ares hanya terkekeh, ia melangkah menuju ruangan Sheira. Mengetuknya tiga kali, dan membukanya ketika mendengar sautan dari dalam. "Kamu kenapa ?" Tanya Ares melihat Sheira yang berubah pucat. Ia langsung menghampiri Sheira dan memapahnya duduk di sofa. "Kamu ngapain ?" Tanya Sheira menghindari tangan Ares. "Ini minta tanda tangan kamu, " jawab Ares memperlihatkan map merah yang di pegangnya. "Kamu kenapa ? Ada yang sakit? Kita ke dokter atau..." "Aku cuma mual aja, udah taruh aja di meja, nanti aku tanda tanganin " jawab Sheira masih saja jutek. Ares menghela napas nya. Ia meletakkan map itu di atas meja kerja Sheira kemudian ia duduk di samping Sheira. Tanpa bertanya ia langsung memijit kening Sheira membuat Gadis itu kaget. "Loe ngapain ?!" Tanya Sheira galak. "Mijit " "Gak perlu, sana balik ke pekerjaan loe " jawab Sheira masih dengan nada yang sama. Ares menghela napas, ia pun beranjak keluar ruangan Sheira. Ares berjalan keluar ruangan dengan tergesa menuju meja nya. Ia membuka tas kerjanya. Dan mengambil minyak angin yang selalu di sediakan sang Mami sejak sekolah dulu. Dimas heran melihat Ares, kemudian belum sempat ia bertanya Ares sudah kembali melangkah ke ruangan Sheira. "Ngapain lagi ?" Tanya Sheira mulai dengan nada lemah. Tangannya memijit keningnya. Ares kembali duduk di samping Sheira tidak memperdulikan penolakkan Sheira ia langsung menaruh minyak angin di telapak tangan kanannya. "Buka " ucap Ares. "Apaan sih ?" "Buka, Sheira " ujar Ares masih sabar. "Enggak !" Tolak Sheira. Ares memicing matanya pada Sheira. Kemudian ia meletakkan botol minyak angin di meja kaca. Dan langsung akan menyikap dress Sheira, namun Sheira dengan cepat menepis. "Kamu apa - apaan sih, ini kantor. Dan kamu mau ngulang kejadian di amrik lagi ?" "Ya Ampun, aku cuma mau ngoles minyak angin di perut kamu. Dan juga..." "Jangan lebay.. aku mual wajar. Aku lagi hamil Res, bukan masuk angin " ujar Sheira membuat Ares sadar. Ia lupa kalau Sheira sedang hamil, padahal baru tadi saat di pantry ia melirik perut Sheira. Dan sekarang Ares tersenyum bodoh, salah tingkah. "Maaf, aku lupa " jawab Ares dengan muka polos nya. Membuat Sheira menatap tajam. "Cowok kan emang gitu, buat nya aja yang inget. Giliran jadi lupa " "Duhh.. lisan nya ya Allah. Minta di gigit tuh lidah " ujar Ares. "Aku tuh gak gitu. Tadi cuma panik aja liat kamu pucat, sama lemas gitu. " ujar Ares. Ia mengambil tisu di atas meja dan mengelap tangan nya sendiri. "Yaudah ngapain lagi, sana keluar " usir Sheira langsung. Ares mendelik padanya. "Kerjaan aku udah kelar semua, dan bosen di sana terus. Mau main game juga udah bosen. Jadi aku di sini aja nemenin kamu gimana ,?" Sheira melirik pada Ares dan masih mencoba menyabarkan diri dengan sikap kekanakkan Ares. Ia masih ingat kata Mami mertuanya. Kalau Ares masih tipe cowok manja dan kekanakkan. Hanya saja, ia juga menjadi gemas sendiri melihat sikap Ares sekarang. "Res, kamu gak lupa sama apa yang kita bicarain tadi pagi kan ?" "Hah , ? Tentang apa ?" Tanya Ares bingung. Sheira menghela napas, ia menyibak rambut panjang nya ke belakang. Lalu menoleh pada Ares dengan sabar. "Kamu tidak boleh seperti ini, ini kantor. Dan mereka bisa curiga kalau kamu bersikap seperti ini " "Oo.. rahasia kalau kita suami istri ? " ujar Ares kini dengan nada tidak suka. "Kamu takut bawahan kamu tau, atau takut pak Rendra tau ?" Sheira memicing matanya mendengar nada tanya Ares yang seperti tidak suka. "Dua - dua nya " jawab Sheira penuh tekanan. "Kok kamu gitu sih? Aku suami kamu lho, masa kamu masih berhubungan sama mantan kamu. Gak bisa gitu dong. Hargain perasaan aku. Kita udah nikah. Coba kalau aku berhubungan sama cewek lain? Kamu gimana ?" "Aku gapapa kok " jawab Sheira santai membuat Ares bungkam. Ia menatap tidak percaya akan jawaban Sheira. "Kita menikah karena kecelakaan Res, kamu boleh berhubungan sama siapa pun, itu bukan urusan ku. Karena pernikahan ini hanya sementara. Setelah anak ini lahir, kita akan cerai " ujar Sheira lagi membuat Ares terdiam. Tanpa mengatakan apapun lagi Ares bangun dan memilih keluar dari ruangan Sheira. Membuat Gadis itu heran dengan tatapan Ares padanya. Namun ia memilih tidak perduli dan kembali berjalan menuju meja nya melanjutkan pekerjaan nya. *** TBC...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN