Pernikahan Yang Aneh

2029 Kata
Azan subuh berkumandan dan Ares langsung terkejut dari tidur nya. Ia langsung mengerjab dan menatap sekeliling. Dan menghela napas lega nya, ia menyibak kan selimut yang menutupi badan nya. Lalu menoleh ke atas tempat tidur. Di mana Sheira tertidur pulas. Huft Lagi, ia menghela napas beratnya. Lalu beranjak bangun dari sofa tidurnya. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Tidak lama kemudian ia kembali keluar, dan mulai sedikit ragu untuk membangunkan Sheira untuk sholat atau tidak. Namun ia memutuskan untuk menghampiri nya. "Sheira " panggilnya pelan. Sheira tidak langsung merespon. Ares diam sejenak, ia menatap wajah tidur Sheira yang damai. Dan kemudian ia memutuskan untuk melangkah menjauhi tempat tidur. Ia mendekat pada pintu keluar, dan menekan saklar lampu. Klek Lampu menyala terang, yang langsung membuat tidur Sheira terganggu. Perempuan cantik itu menggeliat kesal. Dan menarik selimut untuk menutupi muka nya. Ares yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala dengan heran. Dan kembali melangkah mendekat. "Shei.. bangun.. sholat subuh dulu "ujar Ares dengan sabar. Sheira tidak merespon, masih enggan untuk bangun rupanya. "Duluan " terdengar sautan teredam dari bawah selimut ketika Ares akan kembali membangun kan Sheira. Dan Ares menghela napas berat nya, dan ia pun memutuskan untuk sholat lebih dulu. Tidak ingin lagi mengganggu tidur Sheira. Selesai Ares sholat, dan tengah membaca selawatnya. Sheira bangun dari tidurnya, ia sempat tertegun melihat Ares masih duduk menghadap kiblat yang dengan mata tertutup. Belum lagi lantunan selawat dengan suara merdu Ares. Namun ia dengan cepat menepis apapun yang berkelebat di kepalanya. Dan memilih turun dan ranjang, masuk ke dalam kamar mandi. Ares melipat sajadah nya, ia berjalan meletakkan peci di atas meja dekat tivi. Dan saat itu juga, Sheira keluar dengan muka basah karena wudhu. Ares bersyukur ternyata Sheira tidak berbohong padanya. Ares memutuskan keluar kamar membiarkan Sheira melaksana kewajibannya. *** Sheira baru saja keluar dari dapur saat melihat Shania menuruni tangga lengkap dengan pakaian rapi dan balzer putih yang tersemat di lengan kiri. Dan tangan kanan menenteng tas tangan nya. Shania terlihat anggun dengan dress putih, rambut panjang terurai bergelombang dan kacamata semakin membuatnya terlihat manis. Sheira dan Shania bukan type perempuan yang suka basa - basi. Atau apapun yang mengulur waktu dengan tidak penting. Dua - dua nya hampir memiliki sifat yang tenang dan juga pendiam. Namun demi kesopanan dan etika apalagi saat ini mereka telah menjadi keluarga. Mau tidak mau mereka saling menyapa dengan canggung. "Pagi " "Pagi " sapa mereka secara bersamaan. Dan keduanya juga sama - sama mengangguk. Dan Shania memilih pamit lebih dulu. Di lantai atas Gre dan Ares telah mengamati keduanya. Dan langsung tersenyum kecut, Gracia melirik pada Ares yang menatap nanar kepergian kakaknya itu. Membuat nya mengerutkan kening heran. "Heh !" Tegur Gre mendorong bahu Ares. "Ck.. apa sih kak ?" Decak Ares kesal. "Apa sih kak " cibir Gracia meniru Ares. " loe tuh, malah ngelamun. Loe tuh otak nya di mana sih ?" "Di sini lah " jawab Ares dengan tanpa dosa menunjuk kepalanya. "Terus kenapa bisa ceroboh banget sih? Jadi laki pinteran dikit kek, ini malah kebobolan " "Loe ngomong apa sih kak ?" "Noh, gue ngomongin kucing nya Kevin yang baru lahiran kemarin " ucap Gracia geram. Dan kemudian memilih pergi meninggalkan adik nya yang lemot itu. Ares hanya mendengus malas. Lalu beralih menuju kamarnya. Ia harus mulai mempersiapkan diri nya, dan nanti juga ia harus menemui abang sepupunya. "Eh " kaget Ares ketika tangan nya menyentuh tangan Sheira yang juga hendak membuka pintu kamar. Dan dengan cepat Ares kembali menarik kembali. Ia langsung salah tingkah dan menggaruk kepala yang tidak gatal. Sedangkan Sheira memilih langsung masuk tanpa memperdulikan Ares. Cuek banget sih . Batin Ares juga ikut melangkah masuk ke dalam. "Aku harus balik ke apartemen ku " ujar Sheira tanpa menoleh pada Ares. Ia sedang memainkan smartphone nya. "Eh, balik ? Maksud nya gimana ?" Tanya Ares berbalik pads Sheira. "Ada beberapa barang yang harus aku ambil " "Ohh.. oke. Mau aku antar ?" "Aku bisa naik taksi, sekalian ambil mobil juga " "Oh.. baik lah. Ka... aku belum punya kontak mu.. " ujar Ares kemudian. "Boleh aku minta ?" Tanya Ares dengan nada sopan. Sheira menoleh padanya kini, dengan tatapan datar dan juga malas. "Enggak !" "Lho ? Kenapa ?aku kan suami kamu, jadi kalau ada apa - apa aku harus hubungi kamu kemana ? Begitu juga kamu, " ujar Ares menatap Sheira dengan heran. "Kita tidak sedekat itu dan tidak akan pernah sedekat itu. Kamu urus dirimu sendiri dan aku urus diri ku sendiri " ujar Sheira dengan datar oada Ares. "Kamu gak lagi sawan kan ? Kita..." "Dengar!.. aku tidak pernah mengingin kan pernikahan ini. Ini semua karena kamu!. Kamu yang merusak semua nya.. !!" Ucap Sheira mulai bernada tinggi. "Kalau kamu tidak mau! Kenapa tidak bilang dari awal ? Kenapa menyuruh ku bertanggung jawab !!" "Karena itu memang tugas mu !!" "Kamu membuat ku pusing " "Kamu sendiri yang membuat ulah " "Salah mu juga yang mabuk - mabukkan " "Dan kamu memanfaat kan itu untuk memperkosa ku !!" Ucap Sheira geram dengan sikap Ares. "Itu karena kamu menggoda ku " cicit Ares membuat Sheira menatap tajam dan emosi padanya. "Sekarang kamu menyalah kan ku?!! Kamu..." "Ya ya ya . Aku yang salah. Aku minta maaf, aku tidak bisa mengontrol diri ku ketika melihat tubuh sintal mu yang menggoda itu. Salah kan mata ku yang mendadak jadi m***m, salah kan aku yang sudah menolong mu dari mata pria kerajang yang menatap menelanjangi mu di club itu.. ya ya. Aku minta maaf " ucap Ares dengan santai sambil memeriksa berkas - berkasa lamaran kerja nya. Sheira semakin mengeram marah, ia menatap Ares dengan mata memerah. Ares malah menatap Sheira dengan bingung akan tatapan Sheira padanya. "Kenapa ?" Tanya Ares polos. Sheira tidak menjawab, ia mengambil tas nya dan memilih pergi dari kamar itu. Brak!! Ares menatap kepergian Sheira dengan bingung. Namun kemudian menghela napas kasar. "Aneh.. tadi nyalahin gue, sekarang gue udah ngaku salah, eh dia malah makin marah.. huft.. wanita yang aneh, istri aneh, dan pernikahan yang aneh.. ya Allah, dunia makin aneh sekarang.. ckkc " gerutu Ares sendiri sambil menuju meja belajar nya dulu untuk mengechek kembali keperluan nya. *** "Kenapa ?" Tanya Seorang wanita rambut pendek. Ketika Sheira menghempaskan tubuhnya di sofa merah yang ada di sebuah caffe langganan nya. "Pusing !" Ucapnya datar. Wanita itu menatap heran, bahkan mengernyit heran dengan raut wajah yang biasanya tanpa ekspresi namun kini terlihat kesel,marah dan juga frustasi. "Habis liburan kok malah pusing ?" Ujarnya lagi sambil menyesap minumannya. Sheira mendelik kesal pada sahabatnya itu. Namun kemudian mendengus malas. "Gue hamil " Byurrrr Wanita di samping nya itu langsung menyemburkan minuman. Dan kemudian langsung menoleh cepat ke samping pada Sheira. "Loe, apa ?" Tanya nya memastikan. "Ck " Sheira hanya berdecak semakin membuat wanita di samping nya itu semakin mengerutkan kening nya. Sejak kapan sahabat kutub es itu berdecak seperti tadi ? "Bentar bentar.. loe hamil? Anak nya Ren..." "Bukan " "Terus?" Sheira diam sejenak, dan menghela napas panjang. Ia memandang Derin sahabat nya itu dengan tatapan sayu kini. Dan mulai lah mengalir cerita dari bibir tipis mungilnya. *** "Jadi, kenapa Om Keynal berubah fikiran dan nempatin loe jadi staff biasa ?" Tanya Narendra. Anak sulung Keenan, pria tampan yang penuh wibawa dan dewasa dengan stelan kantor rapi. Duduk di hadapan Ares yang kini tengah terlihat lemah dan juga sedih. "Panjang cerita nya " ujar Ares dengan malas. "Baik lah, sesuai permintaan Om Keynal. Besok kamu sudah boleh masuk. Dan temui Pak Ikram di HRD lebih dulu. " ujar Narendra meletakkan berkas - berkas milik Ares. "Kamu jauh - jauh kuliah di Amrik, malah di tempati di Staff biasa. Sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan ?" "Cerita nya panjang Bang,dan aku sedang dalam tidak mood untuk bercerita panjang. " jawab Ares dengan benar - benar malas. Membuat Narendra menggeleng heran melihat ekspresi adik sepupunya itu. "Abang ada meeting, kamu mau ikut ?" Tanya Narendra beranjak dari kursi kebesaran nya. Ares menggeleng malas. "Mau, keluar aja " "Hm " angguk Narendra. Kedua nya keluar dari dalam ruang kerja Narendra. Dan berpisah di lift. Ares melangkah keluar dari lift, berjalan dengan santai keluar dari gedung pencakar langit milik almarhum Opa nya yang di pimpin oleh Keenan kini. *** "20 tahun ?!!" Sentak Derin setelah Sheira selesai bercerita. Sheira mendelik, namun mengangguk malas. "Gila!.. semuda itu dia udah punya pemikiran sedewasa itu ?" Sheira mulai menangkap ke anehan pada sahabatnya itu. "Dewasa ?" "Iya, dia berani bertanggung jawab, padahal ia bisa saja menyuruh mu aborsi " "Gila " cibir Sheira membuang pandangnya ke lain arah. Dan ia menyipit matanya ke arah pintu masuk. Di mana Ares, suami brondongnya yang baru saja masuk ke dalam Caffe dan berjalan menuju salah satu meja paling sudut. "Loe kenal ?" "Hah ?" Kaget Sheira. Ke anehan lain nya yang ia dapat kan dari sahabat nya kini. "Loe aneh sejak balik dari Amrik " "Aneh gimana ?" "Ya ini.. loe tuh cewek tanpa eksprsi. Tapi sekarang ? Loe datang dengan nunjukin muka kesal loe, berdecak,dan sekarang kaget? " ujar Derin lagi menyebutkan kejanggalan yang sejak tadi di tangkapnya. "Wajar kan ?" "Enggak sama sekali, kalau orang itu loe " Sheira memilih memutar malas bola matanya. Derin mulai melantur kemana - mana menurutnya. "Loe patah hati, kabur ke Amrik, ngambil cuti tiba -tiba. Dan balik dengan berita luar biasa. Itu Wow banget Shei .." "Hm " Sheira hanya menanggapi dengan gumaman. Derin mendengus, walau ia sudah terbiasa dengan tanggapan seperti itu. "Jadi.. siapa tadi nama suami brondong loe ?" "Ares " "Nah.. Ares itu ganteng gak ? Imut ? Atau..." "Loe nilai aja sendiri " "Yaudah, kenalin gue sama dia " "Kenalan aja sendiri " "Lha ? Gue kenal aja kagak, tau orang nya aja enggak. Gima..." "Tuh, anak nya di sana " sela Sheira menunjukkan Ares yang duduk di sudut Caffe berjarak cukup jauh dari meja mereka. Derin menoleh ke arah tunjukkan Sheira. "Itu ?" Sheira mengangguk malas. "Gila!.. ganteng banget. Keren lagi. Ini sebanding sama Ren..." Derin bungkam melihat tatapan tajam Sheira. Sahabatnya itu sedang sensitif dengan nama mantan nya itu. "Eh... itu siapa ? Nah loh " ujar Derin saat kembali menoleh pada Ares yang kini di hampiri gadis cantik dan duduk di depan Ares. "Itu Shania " jawab Sheira. "Kok loe tau ?" "Dia kakaknya Ares, kakak pertamanya " jawab Sheira lagi. Derin mengerutkan dahi nya, ia mengamati Ares dan Shania yang sedang mengobrol serius. Bahkan mereka seperti terlihat seperti sedang berdebat. "Loe yakin mereka adik kakak ?" "Maksud loe ?" "Liat deh.. mereka berdua kayak... " "Kayak apa ?" Tanya Sheira dengan malas. Derin terus mengamati keduanya. "Kayak sepasang kekasih yang lagi ribut " "Ngaco loe! Mereka adik kakak ya. Udah deh, gue harus balik ke apartemen nih,ada beberapa barang yang harus gue ambil " ujar Sheira akan pamit. "Yaudah, gue bantuin " jawab Derin juga ikut beranjak dari kursinya. Di sudut lain nya, Ares dan Shania memang janjian bertemu makan siang berdua. Entah apa tujuan nya, mereka hanya bertemu. "Kakak mau makan apa ?" "Langsung aja Res, aku lagi gak mood basa basi sama kamu " tembak Shania langsung. "Gak kangen Sama Ares ?" "Setelah apa yang kamu lakukan ?" Tanya Shania menatap malas pada Ares. "Aku minta maaf, . Aku.. aku khilaf kak " "Khilaf ? Kamu yakin kamu khilaf ?" "Kak, plis jangan gini.? Mau sampai kapan ? Hm ? " ujar Ares putus asa. " kakak gak lupakan siapa yang nolak Ares. Saat Ares mau berjuang buat cinta kita. Buat hubungan kita. Siapa yang menyerah lebih dulu ? " Shania menatap Ares dengan lekat, tatapan Ares yang dapat ia lihat kalau saat ini Ares nya sedang dalam masalah. "Seperti nya percuma bicara sama kakak. Lagian kita juga hanya sebatas adik kakak kan. Jadi, gak wajar kakak bersikap seperti ini. Maaf Ares udah ganggu waktu kakak. Ares pulang aja " ujar Ares menahan emosi. Ia langsung memilih pergi. Mood nya benar - benar hancur sekarang. Tadinya dengan ia bertemu Shania fikiran nya bisa sedikit lega. Namun yang dia dapati bukan nya lega malah tambah sesak dan juga pusing. *** TBC..... Sorry, kalau feel nya belum dapat. Hehehe Semoga ke depan nya dapat ya.. heheh
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN