Bab 03 — Menikah

1600 Kata
Kembali masuk ke dalam mobil, pikiran Ashvin masih tak lepas dari wanita tadi. "Lily," ujarnya lirih menyebut nama wanita cantik itu. Hebat sekali. Dalam pertemuan pertama kali, Ashvin langsung jatuh hati. Iya, Ashvin mengakuinya. Sebelum ini, tidak pernah ia tertarik dengan wanita manapun. Meski wanita itu telanjang di hadapannya, Ashvin tidak akan tertarik. Tapi kali ini, hanya dengan menatap bibir Lily yang penuh itu, membuat bagian lain dari diri Ashvin bangkit. Gairahnya bangkit begitu saja, semudah itu hanya karena melihat senyuman dari wajah Lily. "Putar arah, kita ke taman tadi." Ashvin menepuk pundak supirnya memberi perintah. Sedikit kaget, akan tetapi sang supir mengikuti kemauan Ashvin. Mobil mereka kembali ke arah persimpangan tadi. Sampai di sana, Ashvin mencari keberadaan Lily. Ia yakin jika wanita itu belum jauh. Karena perpisahan mereka belum terlalu lama. Dan persimpangan itu berada di jalan yang mudah untuk di jelajahi. "Tuan, mencari wanita tadi?" tanya supirnya. Terus melihat di luar jendela, Ashvin pun mengangguk. "Iya. Coba cari ke sebelah sana. Aku yakin dia masih di sekitar sini." Mobil mereka terus melaju hingga ke area taman kota. Tepat di sana, Ashvin menemukan Lily. Wanita itu masih berjalan sendirian. "Ikuti dia." Mereka mengikuti langkah Lily yang sepertinya hendak menemui seseorang di taman tersebut. Dan benar saja. Terlihat dari tempat Ashvin sekarang, Lily berpapasan dengan seorang pria yang cukup berumur. Sebuah kantung besar di berikan kepada Lily. Kemudian pria itu pergi meninggalkannya sendirian. Kening Ashvin mengerut saat melihat apa yang di lakukan oleh Lily. Wanita itu berjalan ke sudut taman, seperti space yang membuatnya tertutup. "Dia ...." Ashvin terus memasati pergerakan Lily dari kejauhan. Ternyata, wanita cantik itu hendak memulai profesinya. Sebagai, badut kostum. Kostum beruang berwarna coklat, yang membuat tubuh mungilnya tertutup menjadi sedikit lebih besar karena pakaian tebal itu. Ashvin bisa membayangkan betapa berat dan panasnya baju itu. Hati kecil Ashvin menjerit. Ternyata wanita itu bukan dari keluarga yang mampu. Terlihat dari sekarang, pekerjaan yang tidak biasa di lakukannya. Lily berjalan ke arah tengah taman, mendekat ke arah anak-anak yang sedang bermain. Sontak saja semua pengunjung taman mendekat ke arahnya, dan Lily berjoget-joget menghibur mereka semua. Ashvin mengambil ponsel pintarnya di saku jas. Tanpa berlama-lama ia menghubungi sang asisten untuk mengerjakan tugas penting. "Ke taman kota yang ada di perempatan jalan. Cari semua data dan informasi dari badut yang menggunakan kostum beruang coklat. Dia seorang wanita namanya Lily. Aku mau hasil laporannya kurang dari satu jam," cerocos Ashvin tanpa memberi ruang sang asisten menjawab. "Dari sekarang." Ashvin memutuskan panggilannya. Ia kembali menatap Lily yang masih berjoget lucu di tengah taman. Flashback off. *** "Kamu apakan dia?" Seorang wanita berprofesi dokter itu menatap tak percaya pada Ashvin. Waktu masih subuh, tepat jam 4 Ashvin menghubunginya mendesak untuk datang saat itu juga. "Aku membayar kamu untuk memeriksa dan menyembuhkan dia. Bukan untuk ikut campur dengan urusanku." Ashvin membalas dengan sangat tegas dan nada dinginnya. "Dia pingsan dehidrasi, Kekurangan cairan. Banyak lebam di tubuhnya. Kamu apakan gadis itu?" tanya Melani dokter kepercayaan Ashvin untuk menangani Lily. Melihat Ashvin yang tak menjawab, Melani sudah mendapatkan jawabannya sendiri. "Kamu perkosa dia?!" Ashvin tetap bungkam. Ia memilih untuk ke arah Lily, yang terkulai lemah di atas ranjang. Tubuh polosnya tertutup selimut tebal. Seusai permainan gila yang di lakukan Ashvin, ia kira Lily tidur. Sehingga ia memutuskan untuk ikut serta tidur dan memeluk wanita itu dengan erat. Jam berlalu, Ashvin merasa jika Lily sama sekali tidak bergerak. Ia menatap wajah wanita itu semakin pucat, juga tubuhnya panas. Panik. Ashvin langsung menghubungi Melani. Tidak perduli jam berapa saat ini, ia memaksa wanita itu untuk datang. "Gila kamu, Ash. Gadis muda seperti dia kamu jadikan bahan pelampiasan nafsu kamu?!" Melani merasa tak percaya dengan apa yang di lakukan Ashvin. "Diamlah! Kamu tidak usah ikut campur. Sekarang beri apapun agar dia cepat sembuh dan sadar. Hari ini aku akan menikah dengannya." Melani terkejut. Perkataan Ashvin semakin membuatnya tak percaya. Menikah? *** Lily merasa jika wajahnya tengah di usap-usap dengan benda lembut. Ia mengerutkan kening, berusaha menerka apa yang terjadi padanya. Sampai ia membuka mata, ia sedikit terkejut melihat ada beberapa orang di hadapannya. Dalam kondisi terlentang di atas kasur, Lily melihat empat wanita berkemeja puih sedang sibuk pada tubuhnya. "Kalian ... siapa?" ujarnya lirih, serasa tenggorokannya kering. "Selamat pagi, Nyonya. Maaf mengganggu istirahat anda." Lily tidak mengerti. Tapi lagi-lagi, sapuan bulu lembut terjadi di wajahnya. "Selesai. Nyonya sudah selesai kami rias," ucap salah satu dari mereka lagi. Semakin tak paham, Lily berusaha bangun. Ia merasa tubuhnya sudah sangat bersih dan wangi. Saat ia melihat tubuhnya, Lily sadar jika saat ini tengah menggunakan kimono satin berwarna putih. Ia melihat kuku-kuku kakinya sudah sangat cantik, di hiasi warna kutek soft pink. Begitu juga dengan jemari tangannya. Sibuk dengan pemikirannya, seorang wanita lain lagi datang membawakan troli. "Ini sarapan anda, Nyonya. Mau saya suapi, atau makan sendiri?" tanya wanita itu padanya. Lily semakin bengong layaknya orang linglung. Ia berpikir laguli apakah ia masih bermimpi? "Saya suapi saja ya, Nyonya. Baru setelah itu kita pakai gaun pengantinnya." DEG! Gaun? Pengantin? Lily berpikir keras. Menggeleng, Lily langsung mengingatnya. "Tidak." Ia bergegas turun, menjauh dari segerombol wanita itu. "Nyonya," panggil mereka. "Jangan mendekat! Aku tidak mau menikah! Dan tidak akan pernah menikah dengan pria gila itu!" pekiknya dengan menggebu-gebu. Ia meras jika kakinya masih lemas, kepalanya juga terasa pusing. Tapi Lily berusaha untuk tetap berdiri mencari jalan untuk kabur. "Kami mohon, Nyonya. Percepat ini semua, jika tidak ...." "Jika tidak, apa?!" jerit Lily membuat mereka tertunduk takut. "Kami yang di habisi oleh, Tuan. Maafkan kami, Nyonya ...." Lily melihat raut ketakutan mereka semua. Pandangannya kemudian beralih ke arah cermin lebar di dalam kamar. Ia menatap pantulannya yang sudah sangat cantik. Wajahnya sudah di rias sedemikian rupa. Lily pergi ke arah jendela, melihat dimana keberadaannya sekarang. "Dimana ini?!" ujarnya melihat halaman yang begitu luas di bawah sana. Ia seperti berada di dalam kastil megah dan tinggi. "Dia sudah bangun?" Suara pria mengalihkan interupsi Lily. Ia membalik tubuhnya melihat kedatangan sosok Ashvin. Mencengkram pinggiran jendela, Lily kembali khawatir dan takut karena pria itu mendekat ke arahnya. Tanpa perintah, semua pelayan itu keluar dari sana. Meninggalkan Ashvin dan Lily berdua di dalam kamar. "Bagaiamana keadaan, kamu?" tanya Ashvi dengan lembut. Lily tidak menjawab, ia berusaha untuk menyingkir jika Ashvin di hadapannya. "Aku mau pulang." Bukannya menjawab, Ashvin lagi-lagi tersenyum manis. "Hari ini hari pernikahan kita, Lily. Sebentar lagi kita akan pergi ke greja." Menggeleng tegas. "Aku tidak mau! Siapa yang mau menikah denganmu! Aku tidak sudi!" Menari napas panjang, Ashvin semakin mendekat, dan mengusap wajah cantik Lily yang sudah di rias. "Cantik. Kamu cantik sekali," ujar Ashvin mengabaikan hardikan Lily. Di tepis secara kasar tangan Ashvin. "Apa salahku?! Kenapa kamu membuatku seperti ini?!" Ashvin tetap menampilkan senyum manisnya menatap Lily dengan memuja. "Apa karena mobilmu lecet? Aku akan ganti rugi! Tolong biarkan aku pergi." Kali ini Ashvin terkekeh geli. "Tidak, Baby. Kamu tidak perlu ganti rugi hal apapun." Tidak di duga, Lily bersimpuh pada kedua kaki Ashvin. "Aku mohon! Lepaskan aku ... maafkan aku jika aku punya salah. Aku ingin pulang ...." Lily berkata dengan tangisan pilunya, memohon ampun pada Ashvin. "Ck! Jangan menangis, Ly. Aku tidak suka melihat kamu sedih." Ashvin berjongkok agar sejajar dengan wanita itu. "Please .... Aku mau pulang ...." Ashvin mengusap air mata Lily dengan ibu jarinya. "Tidak bisa ... kamu akan menjadi istriku. Kita akan selamanya bersama." Menggigit bibir bawahnya, Lily tidak menyangka harus di pertemukan dengan iblis berwujud manusia seperti Ashvin. *** Greja, tempat yang akan terjadinya pengucapan janji suci antara Ashvin dan Lily. Jika Ashvin sudah bersiap untuk segera berikrar di hadapan tuhan, lain dengan Lily. Wanita itu sibuk mencari cara bagaimana agar dia kabur dari tempat itu. Matanya menelisik setiap sudut. Banyak sekali pria berbadan tegap mengawasi mereka. Berusaha tenang, Lily meminta pertolongan Tuhan agar ia bisa melancarkan aksi kaburnya. "Boleh aku ke toilet dulu?" ujar Lily ketika hendak naik ke atas altar. Ashvin menatap Lily dengan lamat. "Kamu berencana untuk kabur?" tanya Ashvin. Lily hanya diam saja. Menimpalinya justru akan membuat Ashvin semakin menaruh curiga. "Jangan main-main, Lily. Kali ini kalau kamu melakukan hal nekat, liat apa yang bisa aku lakukan. Kamu pasti akan menyesal." Ancam Ashvin, akan tetapi dengan wajah tampannya yang di hiasi senyum manis. Ashvin memanggil keempat anak buahnya. Dua pria berbadan besar, juga dua wanita yang memiliki kemampuan sama seperti pengawal pria lainnya. Lily di kawal mereka, sedangkan Ashvin lebih dulu ke altar menemui pendeta. Sampai di toilet, Lily dengan tekat yang kuat sudah menemukan jalan untuk kabur. Kumohon, Tuhan. Bantu aku untuk pergi! Lily melihat bilik toilet yang cukup sempit. Di luar sana ada empat pengawal yang menunggunya. Otaknya berpikir keras. Ia melihat ventilasi di atas tembok toilet berupa jendela. Ah, iya! Lily mengejan agar keluar suara buang anginnya. Tanpa malu, ia harus melakukan itu sekarang juga. PRET! "M-maaf! Aku sakit perut. Sepertinya ... ini akan memakan waktu." Lily berkata seakan-akan sedang menahan rasa ingin buang air besar. "Lanjutkan saja, Nona." Mendengar jawaban pengawal itu, Lily segera bergegas. Waktunya tidak banyak. Ia membuka sepatu haknya secara perlahan, jangan sampai mengeluarkan bunyi. Naik ke atas toilet, Lily hanya bermodal kedua tangan pendeknya meraih jendela tersebut. Nasib baik berpihak padanya. Denngan sekali jinjitan, Lily meraih jendela tersebut yang memang terbuka. Tubuh entengnya dengan mudah menahan, dan naik ke atas sana. "Nona!" Salah satu pengawal sadar akan tindakan Lily. BRUKK! Mereka semua lekas mengirim sinyal untuk semua pengawal menangkap Lily yang berhasil lompat secara nekat. Lily menahan rasa sakit pada seluruh tubuhnya. Ia jatuh dalam keadaan terlungkup di tanah yang kasar. Sangat menyakitkan. Gaun pengantin yang tidak ribet mempermudahnya untuk melangkah. Lily segera bangkit untuk mencari persembunyian. Karena segerombol pengawal sudah mengejarnya saat ini. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN