Ia sampai lupa bagaimana caranya bernapas, kala merasa pasokan udaranya kian menipis, barulah ia sedikit mendorong tubuh Ashvin.
"Ummhh ...." Ciuman terlepas, Ashvin justru beralih bermain pada kulit leher Lily. Pria itu mengecup basah juga menyesapnya layaknya drakula kehausan darah segar.
Lily meremas rambut Ashvin bersama tubuhnya yang semakin gelisah.
Tangan Ashvin satunya mulai bergerilya ke arah pahatan besar milik Lily. Pria itu meremas dengan lembut, seakan memainkan squisy yang terbaik ia miliki.
Berpindah haluan ke leher sebelahnya, Ashvin sangat menikmati aroma dan kelezatan setiap jengkal tubuh istrinya.
Perlahan namun pasti, Ashvin menurunkan bagian lengan gaun satin Lily dari pundaknya. Wanita itu masih belum memberontak sejak pertama sentuhan.
Ashvin menjadi tahu, jika sebetulnya ia di haruskan lembut. Agar Lily menurut padanya.
Tubuh atas Lily sudah terbebas dari kain tersebut. Bahkan bra putihnya sudah Ashvin lepaskan begitu saja.
Untuk menangkup kedua d**a Lily, bahkan tidak muat ia genggam dengan kedua tangannya. Ashvin di buat tak percaya. Sungguh kemenangan tersendiri memiliki wanita cantik juga seksi seperti istrinya.
"Ahh!" Lily memekik rendah kala Ashvin memainkan ujung kecil miliknya, sedikit di tarik gemas.
"Aku sangat berharap sentuhanku ini di sukai oleh kamu, Ly." Ashvin berbisik tepat di hadapan wajah Lily.
Wanita itu menatapnya dengan sayu, wajahnya sudah memerah menahan gairah yang ingin segera di tuntaskan.
Akan tetapi, tiba-tiba Lily menggelengkan kepalanya. "Menyingkir." Ia berkata berharap Ashvin mengabulkannya.
Justru pria itu tersenyum. Lidahnya menjulur ke arah p****g Lily, kemudian menjilatnya dengan mata masih saling bertatapan.
"Ummhhhh!" Lily meremas pundak Ashvin.
Di ulang lagi oleh Ashvin, membuat sang empu semakin tak karuan. Ia bagai anak bayi yang bermain di benda kenyal sang ibu.
"Mmhh ...." Lily mendesah tak tertahankan.
Lagi-lagi pergerakan Ashvin sangat tidak terduga bagi Lily. Pria itu menegakkan tubuhnya sebentar, membuka kaos yang ia kenakan pada saat ini.
Mata Lily kini menyaksikan betapa kekar dan indahnya tubuh pria itu. Terdapat bulu di bagian d**a yang menjalar sampai ke bagian bawah pusarnya.
Tatapan Lily terpaku di sana. Baru ia sadari jika Ashvin hanya mengenakan boxer ketat. Sebuah benda yang menyembul di dalam itu terlihat begitu keras.
Tak berkedip, saat Ashvin menurunkan boxernya, dan melepaskannya dari lutut tertekuk.
Lily sampai meneguk ludah kasar melihat milik pria itu mengacung tegak. Ujungnya yang seperti jamur, di sertai urat-urat menonjol.
Tubuh Ashvin begitu putih, bersih. Hanya bagian pria itu saja yang berwarna merah kebiruan.
"Kamu suka dengan milikku?"
Pertanyaan yang di lontarkan oleh Ashvin sontak menyadarkan Lily lagi. Ia bangun untuk duduk seraya menutup dadanya.
"Sudahi ini semua. Aku tidak mau." Lily berusaha menekan dirinya agar tidak terbuai lagi. Ia harus menolak, jangan mau terpedaya akan kharisma Ashvin.
"Kamu istriku, Ly. Wajib melayani suami." Ashvin mendekatkan wajahnya, mengintai wajah Lily secara seksama.
Di lihat dengan sangat dekat, Lily mendadak gugup lagi. Iris mata Ashvin sangat berbahaya. Pria itu seakan memiliki magic.
"Aku janji, kali ini akan memberimu kepuasan yang sesungguhnya."
Kepuasan?
Aku ingin kebebasan!
Sayangnya Lily hanya bisa menjerit di dalam hati. Tubuhnya berkata lain, kala Ashvin mengusap lengan polosnya.
Di dorong perlahan tubuh Lily kembali ke kasur, di lanjut Ashvin meruntuhkan kain yang tersisa di tubuh Lily.
Mereka berdua sudah sama-sama polos.
Ashvin memainkan kepandaiannya dalam membelit bibir Lily. Lidahnya mengobrak-abrik permukaan mulut Lily, hingga sang empu meleguh panjang.
"Enghh ...."
Kedua tangan Lily di tekan di atas kepala, dengan kelembutan. Ashvin sudah menyiapkan tubuhnya berada di antara kedua kaki Lily, membukanya untuk mengangkang lebar.
"Ungh ...." Lily merasakan gesekan benda tumpul lagi pada area sensitifnya.
Ashvin sengaja menggesekkan milik mereka terlebih dahulu, membiarkan Lily lebih dulu basah.
Menit berlalu, Lily belum menunjukkan lagi ketidak inginannya dalam kegiatan ini. Wanita itu pasrah di bawah Ashvin, membiarkan tubuhnya di eksplor.
Lily menganga saat miliknya di tembus oleh benda panjang tak bertulang milik Ashvin. Rasa sesak juga geli itu menjadi satu.
"Shhh! You are so tight baby ...." Ashvin mencium daun telinga Lily berulang kali.
"Ahh ...." Lily mendesah kala Ashvin mulai memaju mundurkan pinggulnya, memberikan gerakan yang lembut berbeda dari sebelumnya.
Gerakan lambat Ashvin justru membuat Lily tak sabar. Kakinya terangkat mengapit pinggang pria itu.
Ashvin menggenggam kedua tangan Lily, melihat bagaimana sang istri mendesah di bawah kukungannya.
"Kamu suka?" tanya Ashvin dengan wajah merahnya akan gairah.
Lily hanya meleguh, setiap Ashvin menghentakkan miliknya.
"Jawab, Lily." Ashvin menghentakkan miliknya lebih keras.
"Ahh! Ahh ...." Lily semakin mengeraskan suara desahannya kala Ashvin bertindak lebih cepat, tubuhnya menyukai tindakan Ashvin tersebut.
"Sepertinya kamu lebih suka aku bergerak kasar," ucap Ashvin tersenyum tipis menatap mata Lily di bawahnya.
Lagi-lagi Lily tak bersuara.
Ashvin menghentikan pergerakkannya. Hal tersebut membuat wajah Lily tercengang beberapa saat.
"Eyes don't lie." Ashvin tak memutuskan pandangan matanya kepada Lily. "Kedua matamu berkata jujur apa yang tubuhmu inginkan. Tanpa mengeluarkan suara."
Detik berikutnya, Ashvin mulai menggerakkan lagi pinggulnya. Dan kali ini sesuai keinginan Lily, yang ia tahu jika istrinya ingin dirinya bergerak lebih cepat.
"A-ahh ... ahh .... A-aaa ...." Lily mulai kalut dalam gempuran Ashvin.
Mereka melakukan penyatuan tanpa memutusman pandangan matanya. Genggaman tangan yang di lakukan Ashvin semakin di tekan, bersama hentakkan di bawah sana.
"Ash ... ahh ... ahh ...."
"Yeah ... say my name ...."
"Ahh .... Ahh .... Ohh!"
Lily menengang saat itu. Ia menahan pinggang Ashvin dengan kepitan kakinya agar berhenti sejenak, untuk menikmati klimaksnya.
Ashvin mengikuti kemauan Lily, yang meski sang istri tidak mengatakannya lagi.
Ashvin tersenyum. Ia mengecup bibir Lily, kemudian membalik posisi mereka dalam sekali gerakan.
"Ah!" Lily terkejut, karrna ia saat ini berada di atas tubuh Ashvin, juga milik mereka yang masih menyatu.
"Aku ingin kamu di atas." Ashvin membenarkan rambut Lily, membiarkan uraian rambut itu di belakang tubuh wanita itu.
Lily menggeleng. "Aku tidak mau. Ini sudah cukup."
Ashvin menahan pinggang Lily agar tidak bangun dari tempatnya. "Aku belum keluar, Baby. Kamu tidak kasiban denganku? Setidaknya balas o*****e mu yang tadi."
Lily menggigit bibir bawahnya. Ucapan Ashvin sangat lembut, tapi begitu menohok!
Secara tidak langsung dia mengungkit klimaks pertamanya tadi barusan.
"Cukup gerakkan pinggulmu," ujar Ashvin seraya menangkup kedua d**a Lily yang menggantung di hadapannya.
Lily berkedip beberapa kali. Sungguh ia gugup akan hal ini.
"Shhh! Kamu menjepit-jepit milikku, Baby ...."
Lily memang terkadang mengedutkan miliknya, tapi ia juga merasa gatal karena keberadaan milik Ashvin.
Mau tidak mau, Lily bergerak sesuai nalurinya.
"Ogh!" Ashvin memejamkan matanya saat Lily bergerak.
"Mmhhh ...." Lily ikut meleguh, ia merasa menikmati pergerakkannya sendiri di atas tubuh Ashvin.
Tangan Ashvin semakin gencar meremas buah d**a Lily, memainkan putingnya dengan gemas. "Agh ... damn!"
Lily memaju mundurkan pinggulnya, menekan milik Ashvin yang semakin menamcap di dalam sana.
Secara reflek, Lily membelakangkan satu tangannya menekan bagian paha Ashvin.
Ashvin tak kuasa melihat erotisnya Lily saat ini.
Bersama bongkahan d**a yang terus bergerak lembut akibat goyangannya, juga wajah Lily yang terpejam dan terbuka berulang kali.
"Ohhff! Yes, Baby ... teruskan." Ashvin tak akan melupakan momen percintaan panas mereka kali ini.
Lily semakin membuatnya gila. Ashvin semakin jatuh cinta dan jatuh ke dalam gelora gairah.
"Ahh ... Ash ... sepertinya ... aku ...."
Ashvin tersenyum lagi. Akhirnya Lily terus menyebut namanya, juga mengatakan apa kehendaknya.
"Tidak apa, kita bisa bersama-sama ...." Ashvin menarik satu bantal untuk kepalanya agar lebih tinggi.
"Ohh, ohh! Mhhh ...." Lily terpejam semakin mempercepat goyangannya, karena Ashvin sudah melahap payudaranya.
Semakin Ashvin menyedot putingnya, semakin Lily menekan pinggulnya membuat milik Ashvin mentok di dalam sana.
"Ash! Aku keluar lagi .... Aaahhh!"
"Mmpphh!" Ashvin meleguh saat masih menghisap p****g Lily.
"Ahhh!" Baru ia merasakan orgasmenya, ternyata saat itu juga Ashvin ikut menyemburkan lahar panasnya.
Mereka saling menatap satu sama lain di saat mengeluarkan cairan nikmat itu.
Tubuh Lily mengkilat karena keringat. Begitu juga Ashvin.
Lemas, Lily menjatuhkan tubuhnya di d**a bidang Ashvin. Ia bisa merasakan degub jantung pria itu yang sangat cepat, bersama basah keringat yang beraroma harum parfume mahalnya.
Mereka terdiam menormalkan napas masing-masing.
Hingga Ashvin berbicara lebih dulu memecahkan keheningan mereka.
"You're the best, baby."