Sarah memandang jijik pada tamu tak diundangnya. Pria itu kini tengah merentangkan kedua tangannya, menggapai sandaran sofa, kepalanya menengadah ke belakang, matanya terpejam. "Aku membayangkan kau pindah ke Queen Manor secara resmi. Rumah suram itu menunggumu mengadakan pesta penyambutan yang meriah." "Aku belum pernah membayangkannya," sahut Sarah jujur. "Yeah, tentu saja!" sindir Robby. Bibirnya melengkung membentuk senyum mengejek. "Jadi kau pikir kau sungguh mengenalku, ya?" Robby mengangkat kepalanya, menatap Sarah, lalu menjentikkan jari menunjuk gadis itu. "Oh, tentu saja aku sangat mengenalmu. Karaktermu begitu terbuka dan mudah terbaca." Lelaki itu mengusap dagu yang dipenuhi jenggot pendek dan kasar. "Kau seorang oportunis yang selalu mencari celah, mengambil kesempatan mel