Marta kesal luar biasa. Bayang di mana Rindu menuruni anak tangga sudah macam mimpi buruk. Ditambah pria yang susah payah ia bujuk untuk duduk di sisinya, makan malam bersamanya, tak peduli kalau ada sedikit nada jengah dari sang pria untuknya, malah beranjak pergi begitu saja menyongsong Rindu! Astaga, Tuhan! Rasanya ia ingin sekali maju, menyeret Rindu naik kembali ke atas, atau menyebarkan banyak kata-kata menjijikkan untuk membuat Rindu jatuh terjegal. Tapi dirinya menyadari posisi. Apa yang akan ia dapat andai semuanya diteruskan? Meski keinginannya terlampau besar namun Marta masih sayang dengan nama yang ia besarnya sejak lama. Hanya karena cinta ia bisa berbuat serendah itu? Meski … sudah ia lakukan walau sekelumit. Ia memijat pelipisnya pelan. Kepalanya berdenyut kembali. peru