Unexcpected Attack

2348 Kata
Waktu sekolah bukanlah waktu yang menyenangkan bagi Alexander, David dan Edward. Apalagi menghadapi guru yang bisa dibilang gila seperti Ryuzaki. Bayangkan saja saat latihan pertahanan sihir, mereka harus belajar pertahanan diri dengan pedang yang dibuat 10 kali lebih berat dari pedang siswa lainnya. Mereka tahu Ryuzaki mengerjai mereka, tapi karena ini masih di sekolah mereka tidak bisa membalas Ryuzaki seperti biasanya. Yang membuat mereka lebih kesal adalah karena si pelaku malah dengan santainya memberikan instruksi tanpa merasa bersalah sama sekali. Jika saja mereka memakai seluruh kekuatan mereka, pedang ini mungkin bukan masalah akan tetapi mereka menekan kekuatan mereka jadi otomatis kekuatan mereka juga berkurang. Sebenarnya bukan mereka saja yang kesal, murid lain juga kesal karena mereka harus mengulang pelajaran yang seharusnya ada di pertahanan sihir tingkat satu. Yang membuat mereka lebih kesal lagi adalah berat pedang yang mereka gunakan lebih berat dan lagi itu bukan pedang sihir. Dan lagi mereka sudah mempelajari teknik dasar pedang, jadi kenapa mereka harus mempelajarinya lagi pikir mereka. Tapi meskipun kesal mereka tidak berani protes, mereka cukup kapok terlempar ke hutan kegelapan dan babak belur di sana. "Ya ampun! Kalian ini baru juga belajar teknik dasar pedang tapi kenapa kalian sudah lemas begitu!" omel Ryuzaki yang melihat anak didiknya lemas tak bertenaga padahal ini baru 15 menit pelajarannya dimulai. Dia mulai mengomel bagaimana dulu dia berlatih dengan keras tanpa kenal lelah. Alexander atau Andrew yang tahu bagaimana dulu Ryuzaki berlatih memutar bola matanya kesal. Yang dia tahu, Ryuzaki itu sedikit-sedikit mengeluh, walau dia akui Ryuzaki tidak pernah menunjukan rasa lelahnya dan tidak mudah menyerah saat mereka berlatih dulu. Tapi bukan berarti dia harus memamerkannya pada siswanya. "Ini pelajaran tingkat satu! Kenapa kami harus mempelajarinya lagi!" David nampaknya sudah tidak bisa membendung kekesalannya pada Ryuzaki akhirnya angkat bicara. Tangannya sudah pegal memegang pedang yang lebih berat 10 kali lipat dari berat pedang yang seharusnya. "Itu karena kalian masih salah saat memegang pedang! Dan lagi, aku heran kenapa sekarang anak tingkat satu langsung memakai pedang sihir! Seharusnya kalian belajar dari pedang biasa dulu baru ke pedang sihir!" jelas Ryuzaki, dia memang ingin murid-muridnya itu tidak terlalu bergantung pada pedang sihir. "Aku tidak tahan lagi!" ujar Clyvon sambil membanting pedangnya. "Apa gunanya bisa pedang biasa seperti ini, lagipula semua penjaga di dunia sihir menggunakan pedang sihir! Ini sama sekali tidak berguna! Akan aku laporkan pada pamanku, meskipun kau seorang panglima tapi pangkat pamanku lebih tinggi darimu!" lanjutnya dengan nada kesal, dia menatap Ryuzaki dengan tatapan tajamnya. Ryuzaki menyeringai, Alexander, David dan Edward merasakan firasat buruk melihat itu. Sinyal bahaya di dalam kepala mereka seolah memerintahkan mereka untuk segera pergi dari sana, tapi mau bagaimana lagi ini masih jam belajar dan artinya mereka tidak bisa lari dari rencana gila yang sedang disusun oleh Ryuzaki. "Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan! Jika kalian bisa mengalahkan mereka bertiga dengan pedang sihir yang kalian banggakan itu, aku akan berhenti mengajar kalian dengan pedang biasa ini!" ujar Ryuzaki mempropokasi mereka. sementara Edward, David dan Alexander yang menjadi korban keisengan Ryuzaki hanya bisa menatap "guru"-nya tersebut dengan tatapan tajam. Mereka hanya bertiga sementara lawan mereka 22 siswa yang masih belum mereka ketahui kekuatannya. "Apa hubungannya dengan mereka bertiga? Lagipula akan sangat mudah mengalahkan mereka bertiga dengan pedang sihir kami!" kata seorang siswi yang bernama Glory, siswi yang merendahkan mereka pada saat di kelas Sir Gill. "Benarkah?" tanya Ryuzaki dengan nada ragu yang dibuat-buat. "Kalian pikir kenapa para raja merekomendasikan mereka tanpa pikir panjang?" provokasi Ryuzaki dengan nada semenarik mungkin, hal yang membuat tiga orang yang dibicarakannya ingin mengubur Ryuzaki hidup-hidup. "Aku yakin para raja itu melihat potensi mereka! Jadi apa kalian menerima tantanganku?" tanya Ryuzaki pada para muridnya. "Apa-apaan ini! Kami belum tentu menyetujui penawaran anda SIR RYUZAKI!" Kata Alexander sambil menekan kata Sir Ryuzaki dengan nada kesal yang sangat kentara. Mengangkat pedang saja dia sudah kepayahan karena efek segel yang ditanamkan oleh Nicole, apalagi harus melawan para siswa dengan kondisinya yang seperti ini. Dia sudah pasti kalah, terlebih yang bisa dia lakukan hanyalah bertahan karena sihir pertahanannya saja yang tidak di segel oleh Nicole. "Ah! Aku kira kalian akan setuju, bukankah kalian juga bosan dengan latihan mengangkat pedang berat itu!" ucap Ryuzaki tanpa rasa bersalah sama sekali, hal itu membuat mereka bertiga sangat kesal bukan main. "Baiklah kami setuju! Tapi ingat Sir kau akan mendapatkan karma karena melibatkan kami dengan kekacauan yang kau buat!" ancam David. Diotaknya dia merenacanakan balas dendam yang menyakitkan untuk Ryuzaki. "Aku akan memikirkan itu nanti!" kata Ryuzaki sambil tertawa miris, hal itu langsung membuat siswa lain tidak mengerti kenapa gurunya tersebut menertawakan perkataan David. Di sisi lain Ryuzaki juga mulai mencari jalan untuk keluar dari balas dendam ketiga siswanya tersebut. Sepertinya guru kita ini juga ketakutan dengan apa yang akan menimpanya nanti. "Jadi apa kalian menerima tantanganku?" tanya Ryuzaki lagi. Urusan balas dendam itu urusan nanti pikirnya, siapa tahu dia bisa mencari sekutu yang bisa membelanya dari ketiga monster yang mengintainya. Para siswa yang memang sudah terprovokasi oleh perkataan Ryuzaki langsung setuju tanpa pikir panjang. Sementara tiga siswa lainnya menghela napas berat, mereka harus memikirkan strategi untuk sebisa mungkin menghindar dari para siswa yang sedang panas itu. Di tambah lagi dengan keadaan Alexander yang sekarang itu membuatnya jadi beban untuk yang lainnya. Tapi bukan berartu mereka tidak bisa menyiasati hal tersebut, hanya saja terlalu banyak pertimbangan yang harus mereka pikirkan. Tapi sebelum itu, mereka baru ingat kalau mereka sama sekali tidak membawa pedang sihir mereka. "Tunggu dulu Sir!" sela Edward "Kami tidak membawa pedang sihir kami!" lanjutnya Ryuzaki tersenyum seolah dia menantikan mereka mengatakan hal itu. Edward semakin merasa ada yang tidak beres dengan Ryuzaki. Dia merasa kalau semua ini memang di rencanakan oleh Ryuzaki. "Tenang saja aku membawa pedang sihir miliku! Kalian tinggal memilihnya sesuai dengan jenis sihir kalian!" jawabnya sambil mengeluarkan kantung yang berisikan empat batu permata berbeda warna. Mereka bertiga memandang ragu pada permata tersebut, mereka tahu jelas itu adalah permata yang biasa digunakan oleh Ryuzaki. Dan mereka tahu kalau pedang-pedang Ryuzaki itu sangat berat, walaupun tidak bisa dibandingkan dengan pedang Ricky yang memiliki pedang-pedang terberat diantara yang lainnya. Mereka tak habis pikir apa yang dipikirkan oleh Ryuzaki memberikan pedang-pedang itu pada murid yang diajarnya. Tapi apa boleh buat, mereka tidak punya pilihan lain selain memakai pedang milik "guru"-nya itu. "Sir, permata coklat itu untuk penyihir jenis apa?" tanya seorang murid yang memakai kacamata bulat, kalau tidak salah dia bernama Giodon. Pertanyaan paling umum yang sering diajukan oleh penyihir generasi sekarang, karena langkanya penyihir tanah mereka hampir tidak tahu jika ada penyihir dengan elemen tanah. "Itu untuk penyihir dengan elemen tanah!" jawab Ryuzaki sambil mengambil permata coklat itu. "Jangan bercanda! Penyihir tanah itu sudah punah!" ejek Clyvon yang sama sekali tidak percaya dengan perkataan Ryuzaki. "Orang yang tidak pernah keluar sepertimu tidak berhak berkata seperti itu! Penyihir tanah itu masih ada, dan aku salah satunya!" jawab Alexander sambil merebut permata coklat yang berada ditangan Ryuzaki. Ryuzaki menaikan sebelah alisnya sambil menyeringai, dia terkesan dengan keputusan yang diambil oleh Alexander. Edward dan David tidak terlalu memperdulikan hal itu, mereka langsung mengambil permata yang akan mereka gunakan. David mengambil permata biru, sedangkan Edward mengambil permata berwarna hijau. Mereka bertiga sengaja tidak menggunakan kekuatan mereka yang sebenarnya untuk mengelabui musuh mereka. "Sepertinya semua sudah siap!" ujar Ryuzaki sambil melihat para siswanya yang sedang bersiap. "Kalian bisa memulainya sekarang!" lanjut Ryuzaki sambil beranjak naik, dia berniat mengawasi latihan mereka dari udara. Sebenarnya dia hanya mencari aman saja sehingga dia mengawasi mereka dari udara. "Kalian berdua bisa bebas menyerang mereka! Aku akan bertahan sebisaku!" kata Alexander pada Edward dan David melalui telepati. Edward dan David meregangkan otot-otot mereka sebelum mengaktifkan pedang mereka. ketika mendengar Alexander mengatakan hal itu, mereka sudah tidak ragu-ragu lagi. Toh mereka berdua yakin dengan kekuatan pertahanan Alexander. Sesaat setelah mereka bertiga mengaktifkan pedang sihir mereka, mereka tidak bisa berhenti mengumpati Ryuzaki dalam hati mereka. Mereka yakin pedang yang diberikan oleh Ryuzaki adalah pedang terberat yang dia punya dalam keempat jenis sihir yang dia miliki. Edward dan David sedikit kewalahan saat menggunakan pedang itu, sedangkan Alexander justru sangat kewalahan dengan berat pedang tersebut. "Erinaceinae!" ujar Alexander sambil menancapkan pedangnya ke tanah, sesaat kemudian munculah bongkahan-bongkahan tanah yang melindungi Alexander. Bongkahan itu membentuk sebuah kubah dengan bentuk dua bulatan yang saling melekat. Ryuzaki yang melihat hal itu tidak bisa menahan tawanya, dia tahu mantra itu seharunya berbentuk seperti landak yang tengah menggulung. Tapi yang terjadi adalah dua bongkahan bulat imajiner yang tidak diketahui bentuknya. Sementara itu, Edward dan David mulai melapisi tubuh mereka dengan energi sihir mereka. Baik Edward maupun David melindungi mereka dengan sihir, Edward dengan sihir anginnya sehingga tubuhnya diselubungi oleh selubung berwarna hijau. Sementara David melindungi dirinya dengan selubung air berwarna biru. Mereka berdua telah bersiap untuk menyerang kapan saja. Di pihak lain, para siswa juga mulai mengaktifkan pedang sihir mereka. Para siswa itu awalnya kaget saat melihat David dan Edward menyelubungi tubuh mereka dengan sihir. Mereka memang pernah mempelajari hal itu pada tingkat dua akan tetapi mereka merasa menggunakan selubung sihir pada tubuh mereka membuat serangan sihir mereka menjadi lebih lemah sehingga mereka berpikir kalau menggunakan selubung sihir itu kurang efisien karena lebih bertumpu pada pertahanan saja. Pertarungan yang dilihat dari segi manapun berat sebelah itu akhirnya di mulai. Para siswa itu mulai berpencar untuk memilih lawan mereka masing-masing. Kebanyakan siswa sepertinya lebih tertarik melawan Alexander yang menurut mereka terlemah diantara ketiga lawan mereka. Sementara itu para siswa yang punya ego sangat tinggi memilih melawan David atau Edward yang lebih menantang bagi mereka. Edward dan David masing-masing mendapatkan tiga lawan. David mendapatkan lawan Clyvon, Dean dan Jasmine. Sementara Edward melawan Glory, Castela, dan Bean. Edward dan David memang khawatir dengan tingkat kekuatan mereka sekarang, tapi mereka juga merasa senang karena mendapatkan lawan yang cukup kuat. Semangat bertarung mereka mulai naik saat mereka melihat lawan mereka. David bahkan tidak bisa menyembunyikan seringaiannya saat dia melihat Clyvon memilihnya menjadi lawan. "Kita lihat seberapa kuat keponakan kesayangan raja kerajaan ini!" ujar David kemudian mulai menyerang mereka dengan pedang milik Ryuzaki. Mereka bertiga langsung menghindari serangan David dengan mudah. David mendecih saat melihat mereka bertiga menghindar dari serangannya. Setelah itu, ketiga siswa itu mulai menyerang David dengan membabi buta. Mereka tidak tahu saja, serangan seperti itu tidak akan mempan kepada David. Meski David, Edward dan Alexander menahan kekuatan mereka ditahan, bukan berarti mereka bertiga lemah mereka bertiga menyesuaikan kekuatan mereka sama seperti dulu saat mereka sekolah. Selebihnya masalah teknik bertarung itu kelebihan sendiri bagi mereka mengingat teknik bertarung para siswa itu sepertinya masih di bawah standar seharusnya. Entah itu karena para siswanya yang malas atau kesalahan guru, mereka harus mencari tahu dimana letak kesalahan itu. Tapi untuk sekarang, dia lebih memilih menikmati pertarungannya. Tidak ada perubahan yang berarti dari pertarungan David maupun Edward, para siswa itu masih menyerang secara membabi buta. Lama-lama mereka berdua jengah dengan pertarungan ini, mereka pikir para siswa itu mempunyai sesuatu yang bisa menghibur mereka. Tapi para siswa itu sangat mengecewakan, bahkan Clyvon pun tidak punya teknik yang bagus dalam menyerang. "Aku kira kalian bisa lebih bagus dari ini! Sepertinya kalian terlalu lama berada di dalam ruangan mendapatkan teori-teori saja tanpa praktek langsung! Sungguh mengecewakan!" ujar David memprovokasi mereka, awalnya dia khawatir tidak bisa melawan mereka tapi apa ini mereka sama sekali tidak bisa bertarung. "Jangan remehkan aku! Aku pasti bisa mengalahkanmu!" Clyvon tidak terima dia dihina seperti itu. "Kalau begitu serang aku seperti kalian ingin membunuhku!" kata David lengkap dengan seringaian menyebalkan diwajahnya. Clyvon menyerang David dari depan tapi dengan mudah David menangkis serangan Clyvon dengan pedangnya. Dean dan Jasmine menyerang David dari sisi kanan dan kirinya, namun Clyvon menangkis serangan Dean dengan pedang dan selubung sihirnya menahan serangan dari Jasmine. Giliran David yang menyerang, dia mengayunkan pedangnya pada Clyvon dan munculah air yang memanjang seperti pedang menuju Clyvon dengan kecepatan tinggi, Clyvon yang kaget tidak bisa menghindar dan mencoba menangkisnya dengan pedang api miliknya. Tapi tetap saja pedang itu berhasil melukai kedua bahunya. Sementara itu, David sendiri sedang menyerang Dean dengan kecepatan tinggi. Dean sebisa mungkin menangkis serangan David, akan tetapi tetap saja serangan David membuat seragamnya compang-camping dengan luka sayatan hampir memenuhi bagian atas tubuhnya. Selesai dengan Dean, David segera menuju Jasmine dia berpikir apa yang harus dia lakukan dengan satu-satunya siswi yang bertarung dengannya. "Maafkan aku!" Jasmine yang kaget tidak bisa menjawab perkataan David, dan tidak lama kemudian pandangannya menggelap. David memukul tengkuk Jasmine dan membuat siswi itu pingsan. Itu lebih baik daripada harus bertarung dengannya pikir David. Sementara itu Clyvon masih belum sadar dari keterkejutannya akan serangan David. Karena tidak tahan dengan ekspresi yang dikeluarkan Clyvon dia akhirnya membuat Clyvon pingsan. Di lain pihak, berbeda dengan David, Edward lebih sering menghindar serangan dibandingkan menyerang. Dia memanfaatkan kecepatannya untuk menghindari serangan para siswa itu. Mau bagaimana lagi, dia melawan dua siswi dan satu siswa. Dia merasa serba salah jika harus melukai para siswi itu, itu melukai harga dirinya. Dia tidak ingin melawan wanita jika tidak terdesak seperti ini. Tapi mengalah bukan hal yang bagus juga. "Berhenti bermain-main! Buat saja mereka pingsan!" perintah David karena kesal melihat Edward terus menghindari serangan mereka. "Ura uka!" ujar Edward sambil mengayunkan pedangnya dan munculah kabut berwarna hijau menuju Glory, Castela dan Bean dan tak lama setelah itu ketiga siswa itu pingsan karena menghirup kabut Edward. Kini mereka hanya harus menunggu pertandingan Alexander, sebenarnya pertarungan Alexander juga hampir selesai. Para siswa itu sudah kelelahan melawan gundukan batu yang kadang mengeluarkan pedang itu. Mereka hampir tidak bisa melukai gundukan batu itu, sekalipun tergores, goresan itu akan kembali menutup. Pada akhirnya mereka kehabisan energi sihir dan hanya berkerumun di depan gundukan batu itu. "Sepertinya pertandingannya sudah berakhir...." sebelum Ryuzaki menyelesaikan perkataannya tiba-tiba sebuah cahaya hitam melesat menuju Ryuzaki. Ryuzaki terpaku oleh serangan mendadak itu, dia sama sekali tidak merasakan seseorang melepaskan sihir. Tapi dia merasakan sebuah sihir yang menuju kearahnya, lalu darimana sihir itu. TBC Sebelumnya saya minta maaf karena telat update dari yang seharusnya, karena laptop saya bootloop dan harus di service. Dan setelah laptopnya di service ternyata saya sibuk karena keluarga besar saya sedang berkumpul, jadi mau tidak mau saya juga harus ikut. Jadi setelah semua itu saya baru bisa update sekarang, jadi mohon maaf sebesar-besarnya buat readers yang menunggu saya update.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN