Empat orang dewasa dengan jubah berwarna navy berjalan dengan tergesa ditengah keramaian pasar Kokkino yang merupakan pasar terbesar di Kerajaan Luce. Tidak ada satupun dari orang-orang disana memperhatikan rombongan berjubah itu. Alasannya, orang-orang berjubah seperti mereka memang biasa berlalu lalang di area ini terutama menjelang malam seperti ini. Karena itu para penduduk dan pedagang di sana sudah tidak merasa aneh dengan hal tersebut.
Ke empat orang berjubah itu nampaknya sudah sangat mengenal, atau lebih tepatnya hanya satu orang yang tahu daerah itu karena tiga orang lainnya hanya mengikuti orang tersebut. Wajah mereka sama sekali tidak terlihat karena mereka menggunakan penutup muka, untuk menutupi wajah mereka. Dan setelah lama keempat orang itu berjalan, suasana pasar itu mulai berubah. Para orang berjubah mulai banyak berlalu lalang, dan itu artinya kawasan yang akan mereka masuki sudah sangat dekat. Dan jalan yang mereka lalui pun mulai menyempit menjadi g**g-g**g yang berkelok dan memiliki banyak persimpangan membingungkan. Orang yang tidak terbiasa dengan hal itu atau orang yang buta arah akan dipastikan tersesat di g**g-g**g tersebut.
Sang pemimpin jalan membimbing yang lainnya untuk melwati g**g-g**g yang memusingkan itu. Entah sudah berapa lama mereka melewati g**g tersebut, dan entah sudah berapa toko yang mereka lewati. Dari mulai toko yang terlihat biasa sampai toko yang terlihat luar biasa sudah mereka lewati. Tapi sepertinya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai toko yang mereka cari. Setelah lama berjalan, mereka akhirnya sampai di sebuah tempat yang bagian depan tokonya dipenuhi barang-barang rongsokan. Hal itu sungguh tidak mencerminkan barang yang akan mereka cari. Tapi, pada akhirnya mereka tetap masuk karena yang pemimpin jalan mengatakan ini adalah tempat yang mereka cari.
Saat mereka masuk, mereka menyadari bahwa situasi di luar dan di dalam sangat berbeda. Jika di luar dipenuhi oleh barang rongsokan, maka di dalam di penuhi rak-rak tinggi berisi berbagai buku yang berjajar rapi. Jika saja tidak ada aura-aura aneh, ini mungkin hanya akan seperti toko buku biasa. Hanya saja sejak mereka masuk mereka sudah merasakan aura-aura aneh entah darimana. Berbeda dengan toko buku yang biasanya ramai pembeli, toko ini sangat sepi. Tidak ada satu pun pembeli selain mereka, bahkan mereka juga tidak mendapatkan tanda-tanda dimana penjual toko tersebut. Meskipun begitu, mereka tetap berkeliling untuk mencari buku yang mereka inginkan. Masalah dengan penjual toko, mungkin dia akan muncul saat mereka membayar. Siapa tahu yang bukan?
Mereka berempat berpencar untuk mencari buku yang mereka cari. Tidak seperti toko buku pada umumnya, tidak ada kategori buku di toko ini. Buku-buku dalam satu rak bisa memuat berbagai kategori yang sama sekali tidak relevan. Sepertinya penjual di toko ini terlalu malas untuk menyusun buku sesuai kategorinya. Dan hal itu membuat mereka semakin bingung mencari buku mereka dimana. Masalah lainnya adalah, banyak buku dengan judul dan isi yang berbeda dengan sampulnya. Seperti yang dipegang oleh salah satu orang berjubah itu sekarang, judul bukunya adalah f*******n Monsters tapi isi buku itu adalah panduan membuat perangkap sihir. Dia sudah mencoba mantra pembatal sihir untuk memastikan jika buku tersebut di segel, tapi mantranya tidak berguna dan itu artinya isi buku itu memang seperti itu. Itu merupakan contoh yang biasa saja, di buku yang lain ketika mereka membuka kertas-kertas di buku itu berterbangan ke segala arah dan baru kembali ke buku ketika buku akan ditutup.
Satu jam mereka menghabiskan waktu di toko buku tersebut, akan tetapi mereka masih belum mendapatkan buku yang mereka cari. Dan kekesalan mereka sudah mencapai ubun-ubun, berhadapan dengan buku-buku aneh rupanya bukanlah hal yang mudah. Terdapat banyak kerjutan saat mereka membuka buku-buku itu, dari mulai hewan-hewan yang melompat dari buku yang mereka buka sampai bau busuk entah dari mana. Dan yang paling membuat mereka kesal dari buku-buku tersebut adalah kertas di buku tersebut biasanya kosong atau hanya memuat gambar hewan yang keluar dari buku tersebut.
Sungguh dalam hati mereka, mereka ingin sekali membakar buku-buku itu karena kesal. Beruntung pada akhirnya salah satu dari mereka menemukan buku yang mereka inginkan. Jika tidak, mungkin toko buku itu hanya tinggal abu karena di bakar oleh pembelinya yang kesal. Setelah mendapatkan buku yang diinginkan, mereka pun pergi ke meja kasir untuk membeli buku tersebut. Sesampainya di sana mereka kembali kesal karena tidak menemukan penjual dari toko tersebut. Mereka pada akhirnya hanya bisa berdiri diam menunggu si penjual toko datang. Untung saja si pemilik toko segera datang, jika tidak sepertinya sebagian dari mereka sudah bersiap menghancurkan toko tersebut saking kesalnya.
Selesai membayar buku, mereka segera pergi dari toko buku yang aneh itu. Setelah keluar dari toko tersebut, salah satu dari mereka berempat membuka portal dimensi. Mereka pun memasuki portal dimensi itu dan keluar di depan sebuah gubug di tengah hutan. Mereka memasuki gubug tersebut, kemudian duduk di kursi yang ada di dalam. Mereka membuka jubah yang menutupi mereka sejak tadi dan memunculkan empat orang yang sangat kita kenal yaitu Andrew, Edward, Ricky dan David. Mereka bereempat cukup yakin untuk tidak memakai penyamaran disana karena mereka sudah memasang pelindung di sekitar gubug tersebut. Pelindung yang sama yang Hogo gunakan saat mereka bertemu di sekolah, dan entah bagaimana caranya Edward bisa mempelajari hal itu dengan mudah. Biarkan itu menjadi misteri yang hanya diketahui oleh Edward.
"Toko buku yang benar-benar sangat menyebalkan!" keluh Edward yang nampaknya paling kesal terhadap toko buku yang mereka datangi daripada mereka bereempat.
"Sebenarnya itu adalah toko yang termasuk normal dibandingkan toko-toko di pasar gelap yang lainnya!" kata Ricky yang sama sekali tidak mengobati rasa kesal mereka. Wajar memang mereka kesal. Baik Andrew, Edward maupun David tidak familiar dengan keadaan di pasar gelap. David dan Andrew pernah beberapa kali ke pasar gelap untuk mencari beberapa ramuan yang cukup langka. Tapi mungkin karena mereka bersama Denish yang sudah tahu bagaimana disana mereka tidak mendapatkan pengalaman seperti yang mereka alami dengan Ricky. Sedangkan Edward, dia biasanya memerintahkan anak buahnya untuk mencarikan apa yang dia inginkan. Untuk apa punya bawahan jika tidak digunakan pikir Edward saat itu.
"Aku tidak pernah mengalami hal ini saat bersama Paman Denish!" kata Andrew, bukan bermaksud membandingkan. Hanya saja dia penasaran kenapa saat bersama Denish mereka sangat mudah menemukan yang mereka cari.
"Sepertinya Dad terlalu memanjakan kalian!" jawab Ricky sambil tertawa kecil, bukan untuk mengejek mereka. Akan tetapi perlakuan Denish padanya dan pada mereka sepertinya berbeda. Jika padanya Denish lebih suka membiarkannya mengetahui apapun sendiri, sepertinya ayahnya itu lebih suka dia mandiri. Tetapi pada Andrew, David dan yang lainnya sepertinya Denish lebih memilih jalur aman.
"Kau benar! Paman Denish selalu menganggap kami harus dilindungi, padahal kami bisa melindungi diri kami sendiri!" keluh David karena kesal.
"Lupakan itu, bagaimana dengan buku yang kita cari?" tanya Edward pada David karena David lah yang mendapatkan buku itu.
David segera mengeluarkan buku yang ditemukannya tadi, dia belajar dari pengalaman sebelumnya. Dia mengambil buku-buku dengan judul yang berbeda dari buku yang mereka cari. Dan akhirnya dia menemukannya, walaupun dia tidak yakin apa yang mereka inginkan ada di sana. Dia tidak membaca keseluruhan buku, dia hanya membaca beberapa untuk meyakinkan buku itu memang buku yang mereka maksud. Buku untuk memanggil monster dari dunianya. Mereka pun mulai membuka lembar demi lembar buku yang mereka dapatkan. Ada beberapa lembar yang berisikan cara memanggil monster dari tempatnya, tapi kebanyakan lembar buku tersebut kosong. Dan mereka belum menemukan cara memanggil gamaiun seperti yang mereka inginkan, kebanyakan yang tertulis disana adalah cara memanggil monster-monster lemah.
Namun, tiba-tiba saja Andrew mengambil teko air yang ada di gubug tersebut dan menyiram bagian yang kosong dengan air. Mereka memandang Andrew dengan tatapan heran dan agak kesal. Itu buku satu-satunya yang bisa mereka dapatkan dari toko buku aneh itu, dan bisa saja di dalam sana ada informasi yang mereka inginkan. Dan Andrew dengan santainya menyiram buku tersebut, bagaimana jika bukunya rusak pikir mereka.
"Aku pikir akan berhasil!" kata Andrew tanpa rasa bersalah sama sekali, dia kembali menyimpan teko airnya di atas meja.
"Bagaimana jika bukunya rusak!" kata David kesal, terlebih Andrew sama sekali tidak menunjukan rasa bersalahnya sama sekali. Tentu saja dia akan kesal.
"Buku seperti itu tidak akan rusak dengan mudah! Dan lagi itu adalah salah satu cara membaca pesan rahasia, jadi tidak ada salahnya mencoba!" Andrew membela diri, apa yang dikatakan Andrew memang ada benarnya. Tapi tidak ada salahnya jika dia bicara dulu pada mereka, tidak melakukannya mendadak seperti tadi.
"Tapi itu tidak berhasil." Kata Ricky, Andrew hanya mengangguk lalu menjentikkan jarinya dan buku yang tadinya basah sudah kembali kering dengan beberapa tanda terbakar di ujungnya. Hanya ujungnya saja tidak sampai ke bagian buku tersebut. Mereka memang bisa menggunakan sihir tanpa mantra, tapi hanya sihir-ihir remeh seperti tadi. Dan beberapa sihir serangan yang lemah, selebihnya mereka harus membaca mantra. Bukan hal mudah untuk mencapai titik ini, dan mereka tidak melakukannya secara cepat. Banyak latihan yang mereka lakukan sampai mencapai titik ini.
"Gunakan mantra pembatal!" kata Andrew kemudian dia menutup buku tersebut.
"Tidak perlu mantra pembatal, aku rasa aku bisa membatalkannya tanpa mantra!" jawab Edward sambil meletakan tangannya diatas buku tersebut. Tidak lama kemudian lapisan es tipis menyelimuti buku tersebut, yang lain tidak berkomentar hanya melihat saja. Mereka percaya Edward bisa melakukan hal itu.
Sementara Edward mencoba membatalkan mantra yang ada di buku tersebut, tiba-tiba saja mereka merasakan keberadaan penyihir lain selain mereka masuk ke dalam pelindung. Edward baru saja akan menghentikan sihir pembatalnya tapi David memintanya terus melakukan sihir pembatal pada buku tersebut. Mereka segera memakai jubah sihir mereka, dan karena Edward tidak bisa banyak bergerak, Andrew memakaikan jubah itu pada Edward. Mereka semua bersiaga Ricky dan David berada di barisan depan sementara Andrew berada tepat di belakang mereka. Mereka meminta Edward untuk tetap di dalam, sementara itu mereka keluar menghadapi orang yang datang itu.
Di luar sesosok penyihir dengan jubah hitam berdiri diam di depan gubug seolah menunggu mereka keluar. Mereka tidak dapat melihat wajah sang penyihir karena wajahnya tertutup oleh tudung jubah. Tapi entah kenapa Andrew dan David merasa mereka mengenali aura sang penyihir, yang lebih aneh mereka merasa orang itu tidak mereka temui di dunia sihir melainkan di dunia manusia. Tapi siapa dia, bagaimana bisa mereka mengenali aura orang itu dari dunia manusia.
"Lama tidak bertemu!" kata orang itu sambil membuka tudung jubahnya. Andrew dan David mematung saat mereka mengenali wajah orang itu, tidak salah lagi mereka mengenalnya bukan sebagai penyihir tapi sebagai manusia.
"Kau... Bagaimana bisa?" tanya Andrew tidak percaya, orang yang ada di depannya adalah Lion. Temannya saat dia sekolah di dunia manusia, dia menyangka jika Lion adalah manusia karena dia tidak merasakan energi sihir apapun saat mereka bertemu dulu. Lion menyeringai melihat Andrew dan David terlihat kaget.
"Kalian terlalu naif, sehingga menganggap semua orang di dekat kalian adalah orang baik!" ejek Lion, untuk sesaat mereka melihat mata Lion berubah menjadi merah saat dia bicara. Mereka tahu Lion yang berdiri di depan mereka sekarang berbeda dengan Lion yang mereka kenal dulu. Matanya penuh akan dendam, dan hasrat untuk membunuh. Mereka tidak tahu apa yang menyebabkannya bisa berubah seperti itu.
"Apa maksudmu?" tanya David tidak mengerti dengan maksud perkataan Lion.
"Kalian pikir mata-mata Ronald di sekolah kalian hanya Cyan saja? Banyak mata-mata lain, dan salah satunya adalah aku! Kalian terlalu polos hingga membiarkan masuk ke dalam pertemanan kalian!" jelas Lion sambil tersenyum mengejek mereka.
"Lalu apa yang kau inginkan sekarang?" tanya Andrew
"Kematian kalian! Terutama kau!" kata Lion sambil menunjuk David, "Kau sudah membunuh kekasihku!" geram Lion penuh kemarahan. Melihat Lion yang mulai marah mereka segera bersiaga, bersiap untuk menerima serangan kapan saja.
"Aku tidak pernah tahu pernah membunuh kekasihmu! Jika kejadiannya saat berada di Istana Duisternis dulu, aku tidak punya pilihan lain mereka semua menyerangku!" David membela diri, dia tidak pernah membunuh orang selain saat perang dulu. Dan dia melakukan itupun karena terpaksa, sangat sulit membuat mereka hanya pingsan sementara jumlah mereka sangat banyak. Cara satu-satunya adalah mengeluarkan sihir besar sekaligus.
Tapi sepertinya David salah bicara, karena Lion langsung menyerangnya setelah dia bicara seperti itu. Dia beruntung Ricky sangat sigap, sehingga membangun dinding pelindung sebelum sihir itu mengenai David. Lion jauh lebih marah dari sebelumnya, dia marah karena perkataan David. Mereka bertiga kembali bersiaga, melihat Lion sepertinya akan menyerang mereka lagi.
"Tuhingga o mua!" Kata Lion sambil mengambil posisi memanah, perlahan muncul sebuah bayangan hitam membentuk sebuah panah lenkap dengan anak panahnya. Dia menarik panah itu dan membidikannya pada David, Lion menyeringai sebelum akhirnya dia melepaskan anak panahnya. David yang melihat itu langsung membuat perisai pelindung di sekelilingnya, panah hitam itu melesat dengan cepat sebelum akhirnya menghilang tepat di depan perisai David.
Andrew mengumpat pelan saat melihat panah yang dilepaskan oleh Lion menghilang, dia mencemaskan Edward adiknya. Dia yakin sejak awal Lion tidak menargetkan David, setidaknya untuk saat ini. Seharusnya dia tahu jika hal ini akan terjadi, Lion menargetkan Edward entah dengan alasan apa. Dia masih tidak mengerti dengan jalan pikiran mantan temannya ini.
Di dalam Edward yang masih belum bisa membatalkan mantra dari buku yang mereka dapatkan kaget dengan kedatangan panah hitam yang tiba-tiba muncul di depannya. Karena hal itu terjadi tiba-tiba dia tidak dapat menghindar maupun menangkis panah itu. Saat panah itu hampir mengenainya, Edward sadar jika ada perisai yang melindunginya. Itu bukan perisai Andrew, David ataupun Ricky dia sangat tahu jika itu perisai dari Raina. Raina memberikannya sebuah kalung kristal berwarna putih, kalung itu akan melindunginya dengan perisai ketika dia dalam bahaya. Tapi dia hampir tidak pernah menggunakan perisai itu karena alasan yang baru dia ketahui dari kakeknya. Dan sekarang dia terpaksa menggunakannya karena dalam keadaan yang tidak bergerak, dan dia menyesali menggunakan perisai itu saat mendengar bunyi krak pelan. Saat dia melihat kalungnya, kalung itu retak, tidak sampai hancur tapi cukup parah.
Edward kaget, dia kira panah itu tidak akan sekuat itu hingga bisa meretakan kristal dari kalungnya. Cukup sudah, dia marah sekarang. Dia membuka portal di sebelah kanan tubuhnya dan mengambil pedangnya dari portal itu. Sesaat setelah dia mengambil pedangnya badannya tertutupi oleh armor berwarna biru pucat, tatapannya sangat dingin menandakan jika dia sangat marah.
Diluar, Andrew, David dan Ricky yang merasakan jika suhu di sekitar mereka menurun drastis merasa kaget. Kekagetan mereka bertambah dengan keluarnya Edward lengkap dengan pedang dan armor yang melapisi tubuhnya. Merasakan ada yang tidak beres, mereka memilih minggir dari pertempuran dan melihat di area yang cukup aman. Untuk saat ini biarkan saja Edward yang menghadapi Lion, karena jika dicegah pun Edward pasti akan marah kepada mereka. Karena itu untuk saat ini mereka membiarkan Edward melakukan apa yang dia mau. Dan cukup melihat dari belakang.
Di sisi lain, Lion juga kaget melihat Edward berdiri di depannya tanpa luka sedikit pun. Ini bukan bagian dari rencananya, dia bermaksud melukai Edward untuk memberikan luka batin pada Andrew dan David. Lebih tepatnya rasa bersalah, tapi bukan itu yang dia dapatkan. Yang dia dapatkan adalah Edward yang berdiri dengan raut wajah dingin di hadapannya. Lion sedikit bergidig karena suhu di sekitarnya yang mendadak turun drastis. Bahkan daun-daun yang berada di dalam pelindung perlahan membeku karena dinginnya suhu disana.
Edward mengunci musuhnya, dengan gerakan cepat dia berlari ke arah Lion sembari mengayunkan pedangnya. Suara gesekan besi terdengar cukup memekakan telinga. Lion yang melihat Edward menyerangnya langsung mengeluarkan pedang sihirnya. Dari warna pedang Lion sepertinya dia tipe penyihir api karena pedangnya merah. Meskipun nasib pedang itu hanya sebentar karena Lune pedang Edward berhasil mematahkan pedang itu menjadi dua bagian. Lion beruntung berhasil menghindar dari Lune sebelum pedang itu mengenai kulitnya. Walaupun, dia harus merelakan tangannya membeku karena rambatan es dari pedang yang dipegangnya.
Edward yang melihat Lion berhasil menghindarinya mendecih karena kesal. Edward adalah orang yang mudah tepancing emosi dan semua orang yang mengenalnya mengetahui hal itu. Edward tidak membiarkan Lion untuk mengambil s*****a lagi, dia kembali mendekati Lion dengan cepat dan mengayunkan kembali pedangnya.
"Tarka taddlam." Rapal Lion, dia menempatkan tangannya di depan d**a. Dari pergelangan tangannya muncul tameng berwarna hitam. Edward hanya menyeringai melihat tameng itu, dia mengayunkan pedangnya dengan cepat ke arah Lion. Lion mengumpat dalam hati, perisainya belum terbentuk sempurna, dan dia harus menahan serangan dari Edward. Tapi dia tidak punya pilihan lain, dia tidak memperkirakan hal ini akan terjadi dan dia tidak punya persiapan s*****a yang langsung bisa digunakan.
Tring....
Suara gesekan dua s*****a kembali terdengar, Lion terdorong beberapa langkah ke belakang karena tenaga Edward. Edward menyeringai senang mleihat Lion terdorong ke belakang, dia kembali mendekati Lion dengan cepat dan kembali mengayunkan pedangnya. Lion kembali memasang tamengnya di depan badannya. Edward nampaknya tidak memberikannya waktu untuk membuat s*****a ataupun tameng yang baru. Bahkan tamengnya yang sekarang masih belum sempurna dan harus kembali menerima serangan dari Edward.
Tring... Tring... Tring....
Suara benturan s*****a terus terdengar, dan Edward benar-benar tidak membiarkan Lion menyerangnya. Di lain pihak, Lion mulai kewalahan dengan serangan Edward. Tamengnya hampir hancur karena menahan serangan Edward, jubahnya juga mulai sobek di sana-sini karena efek negatif Lune pedang Edward. Dia harus mundur sebelum mati pikir Lion saat melihat Edward masih bersemangat menyerangnya. Bukan ini yang dia inginkan saat dia muncul di hadapan Andrew dan David. Dia berencana membuat kedua orang itu menderita, tapi kenyataannya malah dia yang menderita karena datang ke sana tanpa rencana yang matang. Lion harus membuat Edward lengah dan kemudian melarikan diri. Lion mencoba menjauhkan diri dari Edward walau itu sangat sulit karena Edward cukup cepat.
"Cabbirada bogga!" ucap Lion pelan, dia berencana membuka portal dimensi agak jauh dari tempatnya berada dan ke sana secepat mungkin. Lion bergerak mendekati portal yang dia buka dengan kecepatan tinggi. Dia tahu Edward masih mencoba menyerangnya, tapi dia cukup cepat untuk menghindar. Meski dia akui beberapa serangan dari Edward berhasil mengenainya dan membuat luka yang cukup mengerikan. Lion segera berlari menuju portalnya sebelum Edward benar-benar dekat dengannya. Beruntung dia berhasil meninggalkan pertarungannya. Jika tidak dia tidak yakin bagaimana nasibnya.
Edward yang melihat Lion berhasil kabur menggeram marah, tapi mau bagaimana lagi musuhnya itu berhasil kabur. Dan lagi ada yang lebih penting dari hal itu sekarang. Dia kembali menuju tempat dimana teman-temannya berada. Dan mereka masih di sana menunggu pertarungannya selesai.
"Panggil Paman Denish ke untuk menyusulku ke Kerajaan Valk!" titah Edward saat dia berada di depan Andrew, David dan Ricky. Tidak lama setelah itu Edward membuka portal dan menghilang dengan portal tersebut, meninggalkan mereka bertiga yang heran dengan sikap Edward yang tidak biasa itu.
Tapi itu tidak lama, karena Ricky segera mengerluarkan cermin komunikasinya dan menghubungi Denish. Mereka berdua terlibat percakapan cukup lama mengenai alasan Edward meminta Denish ke Kerajan Valk secara tiba-tiba. Tapi karena mereka bertiga tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan, akhirnya Denish memutuskan komunikasi mereka. Mereka bertiga kembali masuk ke dalam gubug, tidak ada yang bisa mereka lakukan saat ini. Pergi ke Kerajaan Valk sekarang bukanlah pilihan yang baik mengingat ketiga Kerajaan sedang menyatakan perang satu sama lain karena tumbangnya Andrew palsu di Kerajaan Lunar. Mereka yakin kedatangan Denish ke Kerajaan Valk sekarang pun pasti tidak akan disambut dengan baik. Tapi mereka tahu jika Oma Maria, Opa Daniel, Sein maupun Clarisa tidak akan membiarkan mereka yang disana berbuat macam-macam pada Denish.
Kerajaan Valk sedang geger karena Ratu mereka tiba-tiba pingsan. Padahal sang ratu tidak apa-apa sebelumnya. Penjagaan mereka diperketat dan semua makanan yang disantap oleh ratu sebelumnya diperiksa untuk memastikan bahwa ratu mereka tidak keracunan. Tabib yang di perintahkan memeriksa ratu tidak dapat menjelaskan kenapa sang ratu bisa tiba-tiba pingsan. Mereka yang menjaga ratu tidak bisa memberitahukan pada Raja Edward tentang keadaan sang ratu, karena Raja Edward memerintahkan penjaganya untuk tidak mengganggunya di perpustakaan kerajaan.
Sementara itu Sein, Opa Daniel, Oma Maria dan Clarisa berkumpul di kamar Raina untuk melihat bagaimana keadaannya. Mereka sebenarnya tidak mengharapkan penjelasan apapun dari tabib istana karena mereka yakin dia tidak akan mengerti keadaan Raina sekarang. Tubuh Raina memang sedikit berbeda dengan penyihir pada umumnya dan mereka yakin tabib istana mereka tidak pernah menangani penyihir seperti Raina sebelumnya. Mereka ingin memanggil Denish, tapi mereka tidak bisa gegabah sebelum ada perintah dari Edward karena Edwardlah yang berkuasa di sini.
Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan mereka, para tabib yang tadi memeriksa Raina memberikan hormat pad Edward yang baru saja datang. Dia berjalan mendekati ranjang Raina, di sana dia bisa melihat istrinya terbaring dengan wajah yang pucat. Dan dia menyesali kenapa Raina bisa tertidur kaku diatas ranjangnya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Edward pada tabib kerajaan, walau dia tidak mengharapkan jawaban memuaskan dari mereka. Tapi tidak ada salahnya berbasa-basi bukan.
"Ampun Yang Mulia! Detak jantung Ratu Raina sangat lemah, dan saya masih belum menemukan alasan dibalik itu Yang Mulia!" jelas sang tabib sambil menunduk takut di depan Edward. Edward menghela napas, dia sudah menebak jawaban tabib kerajaan akan seperti itu.
"Apa tidak sebaiknya kita memanggil Denish dari Kerajaan Lunar untuk memeriksa Ratu Raina, Yang Mulia!" usul Clarisa, meski Edward adalah anaknya. Tapi Edward adalah Raja di kerajaannya, tata krama diperlukan untuk berbicara dengan Edward terlebih jika ada bawahan Edward di sana. Dan tentu saja itu berlaku jika ada oranglain diantara mereka, jika hanya keluarganya maka Clarisa akan memperlakukan Edwrd sebagai anaknya bukan seorang raja.
"Aku sudah memanggilnya Mom!" jawab Edward, mereka akhirnya merasa sedikit lega setelah mendengar jawaban Edward.
"Jangan salah paham! Untuk saat ini yang lebih mengerti mengenai keadaan Ratu Raina adalah Denish!" jelas Oma Maria pada tabib kerajaan. Para tabib sebenarnya merasa tersinggung akan hal itu, tapi mereka juga harus mengakui mereka tidak terlalu mengerti mengenai kesehatan Ratu Raina. Bahkan saat Ratu Raina melahirkan Denish ikut membantu persalinannya.
Suara ketukan pintu membuat perhatian mereka teralihkan. Seorang penjaga membuka pintu dan memperlihatkan Denish yang sudah datang dengan penjagaan yang sangat ketat dari penjaga istana. Oma Maria yang melihat itu hanya menghela napas kesal, dia ingin menegur para penjaga itu tapi ini bukan waktu yang tepat. Denish masuk ke dalam kamar, dan saat dia melihat kearah ranjang dia akhirnya mengerti kenapa dia dipanggil ke Kerajaan Valk. Denish segera mendekati ranjang dan langsung memeriksa keadaan Raina tanpa bertanya terlebih dahulu. Para tabib awalnya ingin menghalangi Denish tapi melihat tatapan Edward yang seolah memberikan peringatan untuk mereka akhirnya mereka membiarkan Denish memeriksa Raina.
"Keadaannya tidak terlalu parah! Dia mungkin hanya syok saja!" jelas Denish setelah memeriksa keadaan Raina. Mendengar itu mereka langsung merasa lega, Edward langsung memerintahkan semua penjaga dan para tabib untuk keluar karena ada yang ingin mereka bicarakan.
"Bagaimana Ratu Raina bisa merasa syok sampai pingsan?" tanya Denish saat para penjaga dan para tabib sudah meninggalkan ruangan itu. Denish juga kembali menangani Raina, dia meletakan kedua tangannya diatas d**a Raina. Tangannya perlahan mengeluarkan cahaya biru yang berfungsi untuk memancing detak jantung Raina.
"Kalung yang diberikan Raina retak, aku rasa efek serangan itu membuatnya syok!" jelas Edward.
Mereka semua kaget, kalung yang diberikan Raina memang memiliki efek seperti perisai dan itu sangat kuat. Jika ada serangan yang bisa membuatnya retak maka serangan itu pastilah sangat kuat. Tapi yang membuat mereka tidak habis pikir adalah kenapa Edward menggunakan perisai itu. Edward tahu jika serangan itu berhasil melukai perisainya maka itu sama saja dengan melukai Raina. Raina memang sedikit berbeda dengan penyihir yang ada, dia tidak memiliki elemen. Penyihir seperti Raina memang sangat langka dan biasanya tidak berumur panjang. Penyihir tanpa elemen biasanya memiliki kemampuan lain yang bisa melindunginya dari penyihir lain. Untuk kasus Raina kemampuan khususnya adalah perisai yang sangat kuat. Hanya saja perisai itu harus punya perantara, dan Raina biasanya membuat perisainya pada sebuah batu kristal. Seperti yang dia berikan pada Edward, tapi jika perisai itu rusak. Maka efek dari serangan yang diterima oleh perisainya akan berbalik menyerangnya. Karena itu dia pingsan saat kristal perisai milik Edward retak.
"Bagaimana kau bisa ceroboh membiarkan serangan itu meretakkan kalung yang diberikan oleh istrimu!" omel Clarisa yang kesal kepada anaknya itu.
"Aku sedang tidak bisa bergerak saat itu, dan kejadian itu sangat cepat sehingga aku tidak bisa membuat perisai untuk melindungiku!" jelas Edward frustasi.
"Sudahlah! Aku yakin Edward juga tidak ingin hal itu terjadi, terlebih dia tahu efek yang akan terjadi jika kalung itu rusak!" relai Oma Maria, dia yakin Edward juga merasa menyesal karena istrinya sampai harus terbaring lemah seperti itu.
Di suatu tempat dengan penerangan minim, Lion yang berhasil kabur dari Edward mendudukan dirinya di kursi tahtanya. Dia mengumpat pelan, lukanya sangat menyakitkan. Darahnya terus keluar tanpa henti dan di sekitar lukanya mulai berubah menjadi ungu seolah akan membusuk. Dia salah perkiraan, dan dia harus menghindari s*****a Edward sebisa mungkin. s*****a itu sangat merepotkan, bahkan untuknya.
"Wow, luka yang mengerikan!" ejek seseorang, Lion menegang mendengar suara itu. Dia mengenalnya suara itu milik Ryuzaki dia tidak mungkin salah, tapi bagaimana dia bisa ada di tempat persembunyiannya.
"Bagaimana kau bisa disini?" tanya Lion sambil memicing tajam pada Ryuzaki. Melihat itu Ryuzaki hanya tertawa, entah karena lucu dengan reaksi Lion atau karena hal lain tidak ada yang tahu.
"Mudah saja! Untuk mencari sarang elang kau cukup mengikuti elang itu kembali ke sarangnya!" jawab Ryuzaki setelah tawanya berhenti.
"Kau mengikutiku?" tanya Lion tidak percaya.
"Bukan kau! Tapi anak buahmu dari sekolah." Jelas Ryuzaki sambil melihat-lihat ke sekelilingnya. Lion semakin waspada melihat tingkah laku Ryuzaki yang tidak biasa, menurut anak buahnya Ryuzaki bukanlah orang yang mudah di tebak jalan pikirannya.
"Pemandangan yang cukup bagus!" kata Ryuzaki saat melihat boks kaca yang mengurung para yeti, dan seekor yeti yang tergantung dengan darah yang terus menetes. Lion tidak menjawab, dia masih mengamati pergerakan Ryuzaki.
"Jangan tegang begitu! Bagaimana jika kita bekerja sama, aku bosan menjadi orang baik selama ini!" tawar Ryuzaki pada Lion. Lion menaikan sebelah alisnya bingung, dia memang ingin menjadikan Ryuzaki menjadi salah satu anak buahnya. Tapi mendengar Ryuzaki yang menawarkannya sendiri terasa riskan baginya.
"Jangan bercanda, anak buahku mencoba mempengaruhimu sejak lama tapi tidak berhasil! Jadi apa rencanamu dengan mengajakku bekerja sama?" tanya Lion curiga.
"Hanya bosan!" jawab Ryuzaki dengan nada yang tidak meyakinkan.
"Apa rencanamu!" cerca Lion sekali lagi.
"Hanya ingin melawan si kembar! Aku bosan berada di pihak mereka, lagipula mereka tidak pernah menghormatiku!" kata Ryuzaki dengan nada memelas diakhir.
"Kau yakin berkhianat dengan mereka?" tanya Lion
"Tentu saja!" jawab Ryuzaki mantap, Lion tersenyum mendengar jawaban Ryuzaki. Lion terlalu senang sampai tidak menyadari perubahan mata Ryuzaki yang berubah merah untuk sepersekian detik.
TBC