Sudah hampir seminggu lebih sejak kejadian retaknya kalung Edward dan juga pingsannya Raina. Akan tetapi, hampir seluruh orang di dunia sihir masih membicarakan hal itu. Banyak rumor yang berkembang tidak terkendali, bahkan mungkin rumor-rumor itu bisa menjadi sebuah n****+ jika disatukan saking banyaknya cerita yang berkembang. Saking populernya rumor Raina, masalah Andrew yang sampai sekarang belum terbangun sedikit terlupakan.
Orang-orang lebih senang membicarakan Raina karena sebelumnya rumor mengenai Raina sudah banyak berkembang. Rumor itu semakin tidak terkendali setelah Raina pingsan tiba-tiba. Ada sebagian yang percaya Raina pingsan karena tidak cukup kuat untuk menjadi Ratu di Kerajaan Valk. Ada juga yang menyebutkan pingsannya Raina hanya cara untuk mencari perhatian dan simpati orang-orang. Bahkan ada rumor yang mengatakan Raina pingsan karena mengandung anak kedua Edward. Tapi tentu saja semua rumor itu tidak benar, namun karena tidak adanya konfirmasi dari pihak kerajaan mereka jadi membuat asumsi sendiri.
Raina sendiri tidak terlalu memikirkan rumor yang berkembang mengani dirinya. Dia lebih ingin fokus merawat putrinya yaitu Iris yang sekarang berumur satu tahun lebih. Putrinya sudah mulai bisa berjalan tegak dan berbicara walau tidak jelas. Dia sangat senang menghabiskan waktunya dengan putrinya itu. Baginya itu seperti proses penyembuhan diri, dan mungkin pengalihan perasaannya yang kadang tidak menentu.
Bagi orang lain, Raina mungkin sosok yang sempurna. Dia seorang ratu dari seorang raja yang tampan, semua orang pasti beranggapan dia sangat bahagia. Terlebih dengan keberadaan Iris sebagai pelengkap kebahagiaannya dan juga Edward. Tapi mereka salah, Raina tidak sebahagia yang mereka pikirkan. Banyak hal di istana yang membuatnya tidak nyaman, terutama jika itu menyangkut Edward. Edward adalah sosok suami yang baik dan bertanggung jawab, Raina akui hal itu. Tapi soal perasaan yang dirasakan oleh Edward tidak ada yang tahu, bahkan bagi dirinya yang merupakan istri Edward. Raina sering merasa Edward sama sekai tidak memiliki perasaan apapun kepadanya. Perhatian Edward pada Nicole sering membuatnya merasa jika suaminya itu masih memiliki perasaan pada istri kembarannya itu.
Entah itu hanya perasaannya saja atau bukan, tapi Edward selalu bersikap beda saat berdua bersamanya. Edward lebih sedikit berbicaraa saat hanya berdua dengannya, ia akui Edward memang seperti itu bahkan sebelum mereka menikah. Hanya saja akhir-akhir ini dia merasa itu tidak wajar, Edward selalu biasa saja saat dengan yang lain. Tapi saat bersamanya dia selalu lebih diam dari biasanya. Dan lagi perhatian Edward pada Nicole membuatnya tidak nyaman dna membuatnya berpikiran buruk tentang mereka.
"Mom!" Suara Iris menyadarkan Raina dari lamunannya, dia melihat ke arah putrinya yang sedang berdiri sambil memegang bagian bawah gaunnya. Raina tersenyum saat matanya bertatapan langsung dengan mata putrinya.
"Ada apa my little princes?" tanya Raina sambil mengangkat putrinya kemudian mendudukannya diatas pangkuannya. Iris tidak menjawab dia memegang wajah ibunya sambil tersenyum, seolah menenangkan ibunya itu. Raina tersenyum merasakan tangan kecil putrinya berada di pipinya. Kebahagiaannya saat ini adalah putrinya, tidak apa Edward seperti itu selama Iris ada untuknya itu cukup pikir Raina.
"Sepertinya tuan putri sangat menyayangi Mommy-nya!" untuk sejenak Raina menegang karena kaget, dia merasa kaget karena tidak merasakan kedatangan orang itu.
"Oma membuatku kaget!" kata Raina sambil menengok ke belakang untuk memastikan jika itu memang Oma Maria. Oma Maria terkekeh mendengar perkataan Raina, seolah itu lucu.
"Maafkan Oma, hanya saja melihat kalian berdua membuat Oma ingin mengagetkan kalian!" jawab Oma Maria sambil duduk di kursi sebelah Raina.
"Kau sudah lebih baik sekarang?" tanya Oma Maria sambil melihat Raina lekat. Mempunyai kekuatan yang tidak biasa tentu saja tidak mudah, apalagi resiko penggunaan kekuatan itu juga tidak bagus bagi tubuhnya. Oma Maria cukup mengerti akan hal itu, dia tahu ini mungkin bukan urusannya. Tapi entahlah dia tidak bisa berhenti khawatir, terlebih Raina memang selalu terlihat gelisah.
"Aku sudah tidak apa-apa Oma!" jawab Raina sambil tersenyum pada Oma Maria.
"Baguslah kalau begitu!" kata Oma Maria sambil mencubiti pipi Iris membuat cicitnya itu mengerucutkan mulutnya karena kesal di jahili oleh buyutnya. Melihat Iris merengut Oma Maria hanya terkekeh pelan tanpa menjauhkan tangannya dari pipi gembil cicitnya itu.
"Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Oma Maria saat melihat Raina seperti tidak fokus.
"Edward.... " Raina ragu untuk mengatakan apa masalahnya pada Oma Maria, dia takut Oma Maria merasa tersinggung dan menganggapnya mengadukan Edward saja.
"Tidak apa, katakan saja!" Oma Maria menenangkan Raina saat melihat Raina ragu.
"Aku hanya ragu dengan hubunganku dengan Edward, kami sudah lama menikah tapi kami selalu canggung saat berdua. Aku bahkan terkadang merasa jika Edward sebenarnya terpaksa menikah denganku karena Nicole menikah dengan Andrew!" Curhat Raina pada Oma Maria.
"Kau tahu, mungkin saat kau mendengar ini kau mungkin mengira Oma hanya membela Edward. Tapi saat kau pingsan kemarin dia terlihat sangat khawatir, dan satu hal yang Oma tahu dia menyayangimu. Tapi, sayang dan cinta adalah dua hal yang berbeda meski kadang terlihat sama. Oma tidak bisa mengatakan dengan pasti apa Edward mencintaimu atau tidak, karena Oma tidak terlalu mengenal perilaku Edward. Tapi jika kau masih ragu, tanyakan pada Edward jangan sampai nantinya kalian salah paham dan akhirnya menyesal!" nasihat Oma Maria. Jika saja Nicole yang meminta saran padanya soal Andrew mungkin dia bisa lebih yakin memberikan nasihat. Tapi Edward bukan Andrew meski mereka kembar, dia tidak tahu sifat Edward karena Edward tidak tumbuh bersamanya. Jadi yang bisa dia lakukan hanyalah ini.
"Aku takut Edward akan salah paham jika aku menanyakan hal ini Oma!" kata Raina lesu.
"Edward mungkin akan salah paham awalnya! Tapi jelaskan baik-baik maksudmu yang sebenarnya, apa yang menjadi kegelisahanmu pada Edward. Ini tidak akan mudah mengingat Edward mudah emosi, tapi aku yakin dia akhirnya akan paham!" kata Oma Maria sambil menepuk bahu Raina pelan, memberi semangat cucu mantunya. Raina hanya tersenyum mendengar nasihat Oma Maria, dia masih ragu dengan nasihat itu. Tapi Oma Maria benar, jika mereka terus seperti ini suatu hari mereka pasti akan salah paham.
Sementara itu di perpustakaan di sekolah sihir nampak tiga orang siswa yaitu Alexander, David dan Edward. Waktu sekolah sudah habis, akan tetapi mereka masih belum meninggalkan sekolah. Peraturan untuk tidak di sekolah setelah jam pulang sudah di hapus tiga hari yang lalu. Karena itu masih banyak siswa yang berada di sekolah sekarang, meskipun perpustakaan bukanlah salah satu tempat siswa-siswa itu berkumpul. Ketiga siswa itu pengecualian tentunya. Sekolah mereka sudah mempunyai perpustakaan yang lebih modern, untuk apa berkutat dengan kumpulan kertas-kertas itu sekarang.
Hanya saja, Alexander, Edward dan David bukan termasuk dalam siswa-siswa tersebut. Buktinya mereka masih betah dengan urusan mereka di perpustakaan tersebut. Mereka sedang mencari titik di perpustakaan itu yang mengalami distorsi dimensi. Tidak mudah mencari tempat yang mengalami distorsi dimensi. Tapi karena Alexander menandai tempat saat dia kembali ke perpustakaan ini dulu, ini mungkin akan sedikit mudah. Lagipula mereka tidak perlu menemukan titik tepatnya, hanya perkiraannya saja. Karena tempat yang terdistorsi biasanya tidak jelas bagian mana yang terdistorsinya.
"Aku rasa kemungkinan besar di sini!" Kata Alexander setelah sekian lama mereka mengelilingi tempat itu berulang kali.
"Kau benar! Kita selalu kembali ke tempat ini saat kita terus berjalan!" timpal Edward.
"Tapi tempat ini cukup sempit, akan sangat sulit memanggil gamayun di sini!" Ujar David.
Tempat yang mereka kira terdistorsi memang cukup sempit, tempat itu berada di sebuah lorong di antara dua rak buku besar. Dan mereka harus menggambar lingkaran sihir diantara ruang sempit itu. Bukan masalah besar jika saja ada salah satu diantara mereka bertiga yang sudah mahir menggambar lingkaran sihir. Masalahnya tidak ada satupun diantara mereka yang berpengalaman dengan hal itu. Ini tidak semudah itu pikir mereka bertiga kompak.
"Jadi siapa yang akan menggambarnya?" tanya Edward sambil menatap Alexander diikuti oleh David. Seolah menyiratkan jika mereka berdua menyerah soal hal itu.
"Tidak, jangan aku! Aku sudah mencoba beberapa kali tapi gagal membentuk lingkaran sihir itu!" jawab Alexander yang mengerti tatapan mereka berdua kepadanya. Gagal sudah pikir mereka berdua. Baik David maupun Edward bukanlah orang yang sabar karena itu mereka berharap jika Alexander yang melakukannya.
"Coba bawa buku ini pada Raina dan belajar cara membuat lingkaran sihir darinya!" usul Alexander sambil menyerahkan buku yang mereka bawa tadi pada David.
"Kenapa harus Raina?" tanya David setengah protes.
"Raina cukup mengerti tentang sihir kuno, sukunya juga masih sering menggunakan lingakaran sihir! Aku yakin dia pasti akan mengerti cara membuat ini!" jelas Alexander.
Mau tidak mau mereka mengakui itu, suku tempat Raina memang masih cukup primitif. Mereka masih sering menggunakan sihir yang dianggap cukup kuno, karena itu Alexander yakin jika Raina jauh lebih mengerti mengenai lingkaran sihir daripada mereka. Lagipula tidak ada salahnya belajar hal itu dari orang lain bukan.
"Kalau kau tidak mau belajar pada Raina, tanyakan saja pada Oma!" kata Alexander saat melihat wajah David yang terlihat keberatan karena usulannya tadi.
"Jika saja aku bisa bangun sekarang mungkin aku akan mendiskusikan buku ini dengan Nicole!" lanjut Alexander karena David masih belum memberikannya jawaban. Dia tidak punya harapan lain selain mengandalkan David aka Edward yang menyamar karena Edward aka David tidak memiliki orang yang bisa diajak berbagi mengenai buku tersebut. Semua orang tahu reputasi Hazel sebagai boneka para menteri dan oleh sebab itu Hazel harus dijauhkan sejauh mungkin dari urusan ini.
Mereka masih belum tahu siapa saja yang berhianat, terlalu banyak pergerakan yang mencurigakan hingga mereka sulit mengetahui siapa saja yang benar-benar di pihak mereka. Mereka juga tidak bisa mengontrol para menteri sebebas sebelumnya, bahkan mereka tidak tahu apakan mereka akan benar-benar menyerang Kerajaan Lunar atau tidak. Pingsannya Raina mengalihkan perhatian para menteri untuk sementara, tapi entah sampai kapan karena sepertinya pergisapan perang masih berlangsung. Dan Kerajaan Lunar masih dalam keadaan siaga, bersiap-siap jika ada serangan mendadak dari dua Kerajaan besar yang akan menyerang mereka.
"Maaf tidak bisa membantu!" sesal Edward, dia merasa tidak berguna karena tidak bisa membantu apapun untuk hal ini.
"Bukan salahmu!" hibur Alexander sambil menepuk bahu Edward.
"Kenapa kau tidak minta selirmu untuk menyelidiki para menteri? Bukankah dia bisa dipercaya!" usul David yang membuat Edward mendelik tajam kepadanya dan Alexander memandangnya dengan tatapan bingung.
"Kau punya selir?" tanya Alexander bingung.
"Tentu saja tidak! Orang yang dimaksud selir olehnya adalah Catherin, kau juga kenal! Dia temanku sejak kecil, dan dia sudah menikah!" jelas Edward berapi-api, dia tidak mengerti kenapa David selalu mengejeknya karena Catherin.
"Sudah jangan bertengkar, lebih baik kita keluar dari sini sebelum ada yang curiga karena pelindung yang kita buat!" kata Alexander, sebelum David dan Edward benar-benar bertengkar mengenai hal itu disini. Dan lagi akan sangat aneh jika ada yang mendengar tiga orang siswa berbicara tentang selir dan pernikahan. Bisa-bisa mereka dianggap aneh oleh yang mendengar, meskipun itu sangat tidak mungkin karena perpustakaan sangat sepi.
Di sebuah ruangan yang temaram, sesosok pria tengah berbaring sambil memainkan pisau dengan tangannya. Dia beberapa kali melemparkan pisaunya ke udara kemudian menangkapnya lagi dengan tangannya. Orang itu berhenti melemparkan pisaunya ke udara saat ada seseorang yang memutar knop pintu ruangan itu.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya si pembuka pintu pada orang yang berbaring di ruangan itu. Orang yang berbaring menyeringai melihat wajah kaget si pembuka pintu.
"Hanya memastikan jika murid Oma Maria ternyata seorang penjahat!"
"Dan dia akan sangat kaget ketika orang yang dianggapnya cucu menjadi penjahat!" jawab orang itu yang ternyata Mr. Grant dan orang yang berbaring adalah Ryuzaki mungkin. Ryuzaki tertawa mendengar jawaban Mr. Grant, tawanya seolah mengejek Mr. Grant.
"Aku rasa tidak! Oma pernah berkata jika aku menjadi penjahat dia tidak akan kaget!" kata Ryuzaki kembali ke wajah seriusnya.
"Kenapa?" tanya Mr. Grant penasaran, Ryuzaki tidak langsung menjawab. Dia melemparkan pisaunya ke arah Mr. Grant, namun Mr.Grant nampaknya punya reflek yang bagus sehingga dia bisa menghindar dari pisau itu.
"Karena aku melakukan segala sesuatu yang bisa membuatku senang! Aku tidak peduli apa itu benar atau salah!" jawab Ryuzaki sambil merubah posisinya menjadi duduk. Tak lama kemudian dia berdiri dan berjalan ke arah Mr. Grant. Ryuzaki berhenti saat dia berdiri sejajar dengan Mr. Grant, lalu dia membisikan sesuatu pada Mr. Grant yang membuat tubuh Mr. Grant menegang seketika. Melihat itu dia menyeringai lalu dengan santainya berjalan keluar dari sana dan menghilang.
Sementara itu di atap sebuah rumah, seorang pria tengah tertidur dengan nyamannya di bawah naungan langit sore. Pria itu membuka matanya menampilkan iris berwarna merah darah saat dia merasakan ada seseorang yang mendekat kearahnya. Dia diam menunggu sambil mengubah iris matanya menjadi coklat. Tiba-tiba saja sebuah pisau ditodongkan di dekat lehernya, pria itu menyeringai tubuhnya masih belum bergerak dari posisi semula.
"Kau menodongkan pisau pada suamimu sendiri?" tanya pria itu sambil menatap mata si penodong pisau.
"Seperti kau Ryuzaki saja!" jawab si penodong pisau yaitu Kaila santai, tangannya semakin mendekatkan pisau itu sampai mengenai leher sang pria yaitu Ryuzaki.
"Mungkin bukan, tapi tubuh ini tetap milik suamimu!" kata Ryuzaki atau yang sebenarnya Hogo. Matanya kembali menjadi merah, dan tanda oni di lehernya muncul.
"Seperti aku peduli saja!" sindir Kaila sambil mendudukan dirinya di samping Hogo. Hogo memandang Kaila dengan pandangan aneh.
"Kau tidak ingin membunuhku?" tanya Hogo penasaran.
"Tidak! Setidaknya selama kau tidak menggangguku dan anakku aku tidak akan membunuhmu, lagipula membunuhmu sekarang tidak ada untungnya!" jelas Kaila sambil melihat langit senja yang mulai berubah warna menjadi kemerahan.
"Khas bangsa phoenix sekali!" sindir Hogo sambil mendudukan dirinya di samping Kaila. Bangsa phoenix memang terkenal tidak ingin ikut campur dengan urusan orang lain selama itu tidak merugikan kepadanya atau orang terdekatnya.
"Apa sebenarnya rencanamu? Muncul tiba-tiba seperti ini?" tanya Kaila
"Entahlah, mungkin karena aku terlalu lama tidur di dalam tubuh ini!" jawab Hogo yang sama sekali tidak masuk akal bagi Kaila. Jika dia sudah lama tertidur kenapa tidak sekalian saja menghilang. Kaila tidak puas dengan jawaban Hogo, tapi dia terlalu malas untuk bertanya lagi. Hogo berdiri ketika merasa Kaila memang tidak ingin bertanya lagi.
"Aku heran kalian punya tambang informasi di dekat kalian tapi tidak pernah menggunakannya!" kata Hogo tanpa memandang Kaila.
"Siapa maksudmu?" tanya Kaila sambil memandang Hogo penasaran.
"Cari tahu sendiri!" jawab Hogo kemudian melompat dari atap. Kaila memandang kepergian Hogo dengan penuh tanda tanya. Dia masih bingung siapa yang dimaksud oleh Hogo sebagai tambang informasi itu.
Di sisi lain, di Kerajaan Luce, David tengah memikirkan perkataan yang dikatakan oleh Edward mengenai Catherin. Catherin bekerja sebagai pustakawan di Kerajaan Luce, keluarganya memang selalu berkutat dengan ilmu pengetahuan sejak dulu. Ayahnya seorang ilmuwan, dan sekarang anaknya menjadi seorang pustakawan. Catherin adalah wanita yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Mungkin mendapatkan bantuan darinya bisa membuat misi mereka menjadi lebih mudah nantinya.
David pun segera keluar dari ruangannya dan berjalan menuju perpustakaan kerajaan. Temannya itu biasanya berada di perpustakaan atau lebih tepatnya dia menghabiskan sebagian besar hidupnya di perpustakaan. Berkutat dengan buku-buku tebal yang mungkin dapat memberikan informasi berguna bagi kerajaannya.
"Apa Catherin ada?' tanya David pada salah seorang pustakawan ketika dia sampai di perpustakaan kerajaan.
"Nyonya Catherin ada di bagian sayap barat perpustakaan Yang Mulia!" jawab sang pustakawan sambil menunduk memberikan hormat.
"Terima kasih!" kata David lalu berjalan menuju sayap barat perpustakaan. Perpustakaan Kerajaan Luce sangatlah luas. Di dalamnya berisi buku-buku dan arsip-arsip penting kerjaan. Tentu saja arsip-arsip penting hanya bisa di akses oleh beberapa orang penting saja. Jika tidak, mungkin rahasia kerajaannya sudah terbongkar kemana-mana.
Lama berjalan David akhirnya sampai di sayap barat perpustakaan. Sayap barat perpustakaan berisi informasi-informasi rahasia kerajaan, dari mulai laporan pajak dan surat-surat penting lainnya. Menemukan Catherin nampaknya sangat mudah, karena temannya itu sedang duduk di kursi tempat perizinan untuk masuk dan keluar di sayap barat.
"Kau sibuk?" tanya David saat melihat Catherin sangat serius membaca buku.
"Ah... Yang Mulia!" jawab Catherin kaget, dia langsung memberikan hormat pada David. Mereka mungkin berteman tapi Catherin sangat menjunjung tinggi norma dan aturan, karena itu dia selalu bersikap hormat pada David jika mereka sedang berada di area istana.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Catherin lagi, karena tidak mungkin seorang Raja menemuinya jika tidak ada sesuatu yang penting.
"Aku memang ingin meminta bantuan! Tapi ini mungkin cukup berbahaya untukmu!" ujar David ragu, dia sebenarnya masih ragu apa dia harus mengikut sertakan Catherin dalam masalah mereka atau tidak.
"Jika anda memang membutuhkan bantuan saya, maka saya siap membantu!" tegas Catherin membuat David sedikit merasa lega karena teman masa kecilnya itu mau membantunya.
"Aku ingin kau melaporkan jika ada para menteri atau pejabat istana yang mencari informasi mengenai reset button. Aku juga ingin kau melaporkan jika ada menteri yang menurutmu mencurigakan saat masuk atau keluar perpustakaan, atau mungkin kau bisa mendapatkan informasi itu dari rumor!" jelas David, Catherin mengangguk tanda mengerti. Dia juga memang merasa ada beberapa menteri yang bertingkah aneh, tapi dia masih mengumpulkan informasi mengenai itu. Dia tidak ingin memberikan David informasi mentah, karena itu dia biasanya hanya melaporkan jika sesuatu itu sudah pasti.
"Baiklah Yang Mulia! Tapi saya tidak menjanjikan informasi itu dalam waktu dekat. Saya harus memilah apakah informasi itu benar atau hanya sekedar rumor sebelum saya melaporkannya pada anda!"
David tersenyum mendengar jawaban Catherin, dia memang tidak mengharapkan Catherin memberikan informasi itu dalam waktu dekat. Tapi, dia merasa mendapatkan bantuan di dalam istananya. Selama ini dia melupakan Catherin sehingga dia merasa berjuang sendirian di dalam istana ini. Dia bersyukur Edward menyinggung soal Catherin saat mereka berbicara mengenai lingakaran sihir tadi.
"Ah... apa kau pernah belajar mengenai lingkaran sihir?" tanya David saat mengingat mengenai hal itu. Dia lupa kenapa dia tidak menanyakan itu tadi.
"Saya kurang paham mengenai lingkaran sihir, tapi jika Yang Mulia ingin tahu mengenai itu saya akan meminta ayah saya menemui Yang Mulia untuk membahas hal itu. Ayah saya cukup paham mengenai lingkaran sihir." Jawab Catherin.
"Baiklah, tolong bilang pada paman untuk menemuiku jika beliau ada waktu!" kata David sambil tersenyum pada Catherin. Catherin hanya mengangguk mengiyakan perkataan David. Selesai dengan perbincangan mereka, David langsung pergi dari perpustakaan. Dia tidak ingin ada yang curiga karena dia terlalu lama di perpustakaan istana. Sebelum pergi dia meminta Catherin untuk memberikan laporan dalam bentuk tulisan dan di segel untuk mengurangi bocornya informasi.
David kembali ke ruangannya untuk kembali menyelesaikan tugasnya sebagai seorang Raja. Saat dia masuk ke ruangannya, dia disambut oleh Hazel yang menghadiahinya dengan tatapan tajam. Dia yakin istrinya itu kesal karena suatu hal, Hazel memang tipe orang yang langsung mengutarakan apa yang dia rasakan.
"Ada apa Ratu?" tanya David yang merasa terganggu dengan tatapan tajam istrinya.
"Aku dengar kau menemui Catherin? Untuk apa? Kau tahu itu membuat rumor yang tidak baik untuk kita berdua!" cerca Hazel yang membuat David menghela napas. Informasi di istana memang sangat cepat pikir David.
"Hanya meminta pendapatnya mengenai masalah kerajaan!" jawab David sambil menahan dirinya untuk tidak marah karena sikap tidak sopan istrinya.
"Kau bisa membicarakannya padaku, bukan padanya dia hanya pustakawan. Orang yang diajak diskusi masalah kerajaan seharusnya aku sebagai seorang Ratu!" nampaknya Hazel masih belum menerima karena David lebih memilih berbicara dengan Catherin dibanding dengannya.
"Ini bukan masalah yang bisa kau mengerti karena itu aku meminta bantuan pada Catherin!" jelas David, tapi nampaknya Hazel masih kesal dengan jawaban David.
"Kau tahu aku tidak suka dengannya, dan kau masih saja menemuinya!" amarah Hazel akhirnya meluap.
"Kami teman baik, dan dia sudah menikah jadi apa salahnya meminta saran padanya? Jika kau merasa sebagai Ratu kau seharusnya memaklumi hal itu! Kami tidak punya hubungan apapun sebelumnya, kenapa kau selalu cemburu jika aku bicara dengannya!" jawab David akhirnya, dia kesal karena Hazel selalu cemburu tanpa alasan jika berhubungan dengan Catherin.
Dia menghormati Hazel sebagai istrinya, tapi di sisi lain dia juga merasa kesal karena sikap kekanakan Hazel. Istrinya itu terlalu termakan rumor-rumor buruk diistana tanpa memastikan itu benar atau tidak. Dan itu cukup membuat syaraf nya menjadi tegang. Sungguh jika saja Hazel bukan ibu dari anaknya dia mungkin sudah mengasingkan Hazel ke tempat yang jauh karena kesal. Tapi dia tidak bisa seperti itu, dia menyayangi istrinya walau sifatnya seperti itu. Dia tahu istrinya adalah wanita baik, hanya saja lingkungannya terlalu buruk sehingga sifat baiknya tertutupi oleh perngaruh buruk lingkungan sekitarnya. Mari kita berdoa saja semoga Hazel cepat sadar dari pengaruh buruk itu dan David kuat menghadapi sifat kekanakan istrinya.
TBC...