214. Pembunuh Itu Bernama Banyu

1019 Kata

“Harus kami apakan dia, Ketua?” tanya salah satu anggota angin yang langsung ikut bergabung begitu Rudi memerintahkannya untuk masuk. “Lakukan seperti biasa.” “K or L?” “L” Pria itu senantiasa gemetar mendengar percakapan Rudi dan anak buahnya. Ingin ia memohon agar tak dibunuh, namun mulutnya terluka dan tak bisa ia gunakan untuk bicara. Dalam hati, lebih baik ia dipenjara daripada harus tertangkap oleh Rudi dan diperlakukan seperti ini. “Baik, Ketua.” Anak buah Rudi segera menyeretnya dan membawa pria itu pergi dari ruangan tersebut. “Aaaargh! Hohong! Hohong!” (Tolong!) jeritannya bahkan tak terdengar dengan jelas. Rudi menyulut rokoknya, sudah lama ia tak mengepulkan asap dari mulut. Selama bersama Meisya, ia begitu jarang merokok di depan istri dan sang anak. Apalagi mabuk, i

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN