208. Wariskan Pada Naga Angin

1200 Kata

“Sebenarnya aku sudah ingin menjelaskan sejak kemarin, tapi karena melihat kau terluka aku jadi tidak bisa bercerita panjang lebar.” Dwipa Mulya memberikan satu alasan pada Rudi agar menantunya itu percaya. Namun sayangnya, Rudi menggeleng. “Kau pikir aku percaya?” “Ah, aku tidak menganggapmu sebodoh itu, menantu kesayanganku.” “Jangan main-main, kau sengaja bersembunyi di tempat ini, kan?” Rudi bicara dengan nada tinggi di depan anaknya. Meisya menepuk bahu Rudi. “Sayang, jangan terlalu keras pada ayah. Ada Raden yang melihat kalian,” bisik wanita itu. Rudi pun berbalik sambil membetulkan jasnya. “Kita bicara di belakang, Ayah.” Rudi pun mengajak pada Dwipa Mulya untuk keluar dari ruang bermain Raden. Sementara itu Kinanti yang menunggu di luar, akhirnya menghampiri Meisya setelah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN