bc

Istri Kedua di Antara Kita

book_age18+
229
IKUTI
2.9K
BACA
love-triangle
HE
heir/heiress
drama
sweet
like
intro-logo
Uraian

Yara tak pernah menyangka jika pernikahannya akan berakhir karena orang ketiga. Tristan dengan teganya menikah lagi tanpa sepengetahuan Yara.

Setelah mengetahui semuanya, Yara memutuskan untuk berpisah dengan Tristan. Namun, lelaki itu tak mau dan mengaku jika ia hanya mencintai Yara.

Yara sudah tak percaya lagi pada Tristan. Ia tetap teguh pada pendiriannya untuk berpisah dengan Tristan, tak peduli meski Tristan bersikeras tak ingin berpisah dengannya.

Lantas, akankah Yara berhasil pergi di hidup Tristan?

Siapa yang akan Tristan pilih? Istri Kedua, atau Yara?

chap-preview
Pratinjau gratis
Siapa yang Akan Kamu Pilih?
Mata Yara memanas usai melihat pernikahan kedua Tristan, suaminya yang sangat ia cintai. Dengan teganya, ia merasa dikhianati oleh kepercayaannya. Yara yang sebelumnya duduk di bangku gereja dengan raut wajah yang tulus, kini menatap Tristan dan perempuan itu dengan ekspresi campuran antara kecewa dan amarah di kejauhan sana. “Bagaimana ini bisa terjadi? Tristan, kenapa kamu melakukan ini padaku?” ucap Yara dengan mata tajamnya menatap mereka berdua. “Bahkan raut wajahmu begitu bahagia setelah menikah dengan wanita sialan itu!” “Yara!” Bagas—informan yang memberi tahu pernikahan Tristan menghampiri Yara. “Aku baru mendapat kabar lagi, kalau ternyata wanita itu sedang hamil. Usianya sudah dua bulan. Maka dari itu, mereka menikah.” Mata Yara kembali menitikan air matanya. Namun, mulutnya tidak bisa berkata-kata usai mengetahui jika ternyata wanita yang menjadi istri kedua Tristan tengah hamil. Yara kemudian meninggalkan gereja itu setelah mengetahui kenyataan yang sangat menggetarkan hidupnya. Tristan—lelaki yang sangat ia cintai itu tiba-tiba menikah (lagi). ** Plak! “b******k kamu, Mas! Jadi, selama ini kamu telah mengkhianatiku!” pekik Yara begitu marah. “A—apa maksud kamu, Sayang? Kenapa kamu menamparku?” tanya Tristan bingung. Seolah tidak ada rahasia apa pun yang tengah dia tutupi. “Jangan pura-pura bodoh kamu, Mas! Kamu pikir aku tidak tahu, kalau kamu baru saja melangsungkan pernikahan dengan wanita sialan itu?!” Pekikan dari seorang wanita berusia tiga puluh dua tahun bernama bernama Yara Adinda Anderson yang baru saja mengetahui bila suami tercintanya itu telah menikah lagi bahkan wanita itu tengah mengandung anaknya. Tristan lantas menganga. Terkejut bukan main karena Yara akhirnya mengetahui pernikahan keduanya itu. Ia lantas bersimpuh di kaki Yara. “Yara, aku minta maaf. Bukannya aku tidak mau memberi tahu kamu. Tapi, aku hanya butuh waktu untuk memberi tahu semuanya pada kamu. Sekali lagi aku minta maaf.” Pria bernama Tristan Emmanuel—berusia tiga puluh lima tahun itu terlihat merasa bersalah karena telah membohongi istrinya. Yara menitikan air matanya terus menerus setelah tahu kabar yang menyakitkan hatinya. Bagai diterjang ombak yang ganas, ditiup oleh angin topan yang memporak porandakan rumah tangga yang telah terjalin selama delapan tahun lamanya itu. “Aku tidak pernah menyangka, Mas. Kamu selalu aku puji karena kesabaran kamu menunggu hasilnya. Tapi, dengan begitu mudahnya kamu menikah lagi secara diam-diam. Siapa yang tidak sakit hati mendengar kabar bahkan kabar tersebut datang dari mulut orang lain? “Kamu pikir aku ini wanita kuat? Aku hanya wanita biasa, Mas. Yang punya batas kesabaran dan sakit hati yang bisa kapan saja membuatku luluh lantak. Dan sekarang, kamu sudah melakukan itu padaku. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Kamu sudah menghancurkan rumah tangga kita atas kehadiran wanita itu!” Yara benar-benar marah. Tangisnya semakin menjadi. Rasa pedih lama hatinya tidak bisa diobati oleh apa pun. Pria yang selalu memberinya semangat bahkan selalu mendukungnya kini telah berkhianat. Menikah secara diam-diam bahkan pernikahan itu sudah terjadi sejak satu minggu yang lalu. Yang membuat Yara semakin marah dan terluka adalah Tristan—panggilan dari pria yang berasal dari keluarga kaya raya itu menyembunyikan pernikahan keduanya. “Sekali lagi aku minta maaf, Sayang—” “Jangan menyebutku dengan panggilan itu lagi!” Yara memotong ucapan Tristan. Yara menyapu air mata di pipinya. Bahkan, ia sudah tidak mau melihat wajah suaminya itu. Tristan sudah ia anggap sebagai pengkhianat karena telah menikah secara diam-diam. “Aku tidak bisa membayangkan kamu berbagi ranjang dengan wanita lain, Mas. Kamu pasti sudah tidur dengannya, bahkan wanita itu sedang hamil. Jijik aku, Mas! Jijik!” pekik Yara yang kini sudah berdiri. Tristan memijat keningnya. Siapa sebenarnya orang yang telah membocorkan pernikahannya itu? Mengapa Yara bisa tahu secepat ini? Yara kembali melangkahkan kakinya, masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamar tersebut. “Yara! Aku mohon buka pintunya. Dengarkan penjelasan aku dulu.” Tristan berteriak sembari menggedor pintu kamar mereka. Di dalam kamar. Yara tengah mengemas semua baju-baju miliknya. Hendak pergi dari rumah itu karena merasa dirinya sudah tidak diharapkan lagi di sana. “Aku tidak akan pernah mau bertahan lagi denganmu, Mas. Biarkan aku pergi. Biar saja wanita itu yang menjadi pendamping kamu,” lirih Yara dengan air mata yang terus menerus keluar dari pipinya. Lima belas menit kemudian, Yara membuka pintu kamar tersebut. Dengan segera Tristan bangun dari duduknya dan menatap Yara yang tengah memegang koper berukuran besar. “Yara. Kamu mau ke mana?” tanya Tristan lirih. “Aku menyerah, Mas. Sebaiknya kamu lanjutkan saja rumah tanggamu dengan wanita itu. Daripada terus menerus menahan sakit dan membayangkan kamu tidur dengannya, lebih baik aku perg—“ “Tidak! Aku tidak pernah meminta kamu untuk pergi, Yara. Aku hanya mencintaimu, Yara! Aku hanya ingin hidup selamanya denganmu. Aku minta maaf. Jangan pergi dari hidupku, aku mohon.” Tristan kembali bersimpuh di kaki Yara. Ia benar-benar tidak bisa kehilangan Yara. Namun, kesalahan fatal itu telah menghancurkan benteng yang selama ini mereka jaga dengan baik. “Kalau kamu hanya mencintaiku, kenapa kamu selingkuh dengannya? Kamu yang telah memutuskan untuk menikah lagi. Kenapa sekarang terlihat seperti merasa bersalah? Jangan bodoh, Mas! Dari awal kamu memutuskan untuk menikahinya, itu artinya kamu sudah siap dengan apa yang akan terjadi setelahnya!” Yara menyingkirkan tangan Tristan yang sedari tadi memegang kedua kakinya. “Biarkan aku pergi, Mas. Jangan pernah halangi aku!” ucapnya dengan tegas. Tristan menggeleng pelan. Ia lalu berdiri menatap sendu wajah istrinya yang sudah tidak ada lagi senyum di raut wajahnya. Dia benar-benar telah membuatnya terluka atas ulahnya itu. “Sayang. Kamu pasti masih ingat janji ki—“ “Kamu duluan yang telah berkhianat, Mas! Jangan pernah mengingatkan akan janji manis itu kalau pada akhirnya kamu sendiri yang sudah mengingkarinya. Selama ini, apa aku berbuat hal yang tidak menyenangkan? Tidak ada ‘kan, Mas?” Tristan terdiam. Skakmat Yara yang berhasil membuat lidah Tristan kelu. Bahkan ia sendiri bingung harus merapikan kembali rumah tangganya yang kini sedang retak dengan apa. “Ceraikan aku, Mas. Lebih baik menjadi janda, daripada harus memiliki madu!” tegas Yara meminta agar diceraikan. Tristan mendongakan kepalanya dengan cepat. Matanya melotot lalu menggelengkan kepalanya. “Tidak! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikanmu, Yara! Jangan pernah berkata seperti itu. Kita masih bisa memperbaiki ini semua, Sayang,” lirih Tristan menolak keras untuk berpisah dengan Yara. “Maruk sekali kamu, Mas! Kamu mau bersenang-senang dengan dua istri? Mau digilir? Sampai kapan pun aku tidak akan pernah disentuh lagi olehmu!” Yara mencoba untuk menahan emosinya, lalu memegang kopernya dengan sangat erat. “Begini saja. Di antara kami, siapa yang akan kamu pilih? Aku, atau madumu!” Namun, Tristan terdiam. Ia sudah menikahi wanita itu, namun tidak ingin kehilangan Yara juga. “Jawab, siapa yang kamu pilih Mas?!”

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook