"Hei, wake up!" "Althaf?" Aku terbangun secara paksa, meski sebenarnya sangat berat. Dia sepertinya tahu keadaanku, dan turut membantu. "Mandi dulu, terus pindah ke kamar Chayra, ya?" "Hmm." Sambil terduduk, aku menggumam malas. Mata masih enggan terbuka. "Jam berapa sekarang?" "Jam empat pagi." Empat-pagi? Aku membuka mata, panik. Untuk memastikan bahwa Tuan Althaf tidak berbohong, aku melirik jam di dinding. Benar saja. Sudah jam empat lewat limabelas menit. "Althaf, bagaimana kalau ada yang curiga?" Pakaian-pakaian aku pakai cepat. "Maaf, aku ketiduran." "Tidak perlu khawatir. Nanti saya alihkan penjaga CCTV, supaya tidak melihat kamu keluar. Lagipula, jarak ke kamar Chayra tidak terlalu jauh." Aku merunduk. "Apa tidak bisa begini saja, Althaf? Aku pergi saat subuh saja." "Ti