Kamelia genit dan pandai bersandiwara. Aku kesal melihat keluguannya yang entah sengaja dibuat atau memang seperti itu. Gadis itu selalu saja merusak suasana. Semenjak mengenalnya Brayen jadi tak bisa memberi waktu lebih untukku.
Apalagi saat makan malam itu terjadi, padahal dulu aku selalu merangkulnya dan mencium bibirnya yang seksi. Brayen selalu menerimanya dengan senang hati, namun sekarang pria itu justru seolah sedang menjaga hati. Sehingga begitu luluh dengan apapun yang Kamelia katakan.
Perhatian dan waktu terbagi lebih. Itu membuatku senewen hingga mencurahkan keluh kesah kepada kak Tiara yang ternyata juga mengalami hal yang sama.
"Entahlah sampai kapan begini." nyatanya kak Tiara mulai putus asa.
"Kita harus melakukan sesuatu kak." sahutku
"Melakukan apa?" Tanyanya ya
