Ini untuk kali ketiga aku mengunjungi kantor Mr. namun di gedung yang berbeda. Suasananya tetap sama, penuh kemewahan dan barang-barang canggih. Akan tetapi, ada sesuatu yang membuatku tak nyaman. Pria tersebut menggenggam tanganku begitu erat, seolah takut kehilangan. Beberapa kali mencoba menepis namun tetap sama saja. "Kau ini istriku." desisnya. Sungguh, kalimat itu mengingatkanku pada kali pertama Mr. Brayen yang mengajakku untuk mengunjungi kantornya. "Maka berjalan disampingku, bukan dibelakang seperti tuyul kan?" lanjutku, Mr. Brayen tertawa. Sepertinya dia masih mengingat hal itu. "Kau ini." katanya. kami melangkah menuju ruangan pria itu. Beberapa pegawai menyapa dengan sopan. Sungguh kantor ini sangat luar biasa. Aku bahkan merasa tak enak saat mereka yang lebih tua dari k