Rex menunggu di kegelapan, tak lama kemudian target pengintaiannya muncul. Pria botak itu menoleh ke sekelilingnya sebelum bergegas membuka bagasi mobil sedannya. Dia mengeluarkan satu karung berukuran cukup besar lalu diseretnya karung itu memasuki suatu gudang yang tampak lenggang.
Rex mengikutinya tanpa suara, dia ikut masuk ke dalam gudang itu dan mengintai dari balik tumpukan peti~peti yang ada di dalam gudang. Ternyata didalam gudang ada beberapa pria kekar selain si botak.
"Tunjukkan apa yang kau bawa, Botak!" seru seorang pria yang sebelah matanya ditutup bulatan hitam. Bulatan itu dihubungkan tali hitam yang melingkari kepalanya. Penampilan pria itu mirip bajak laut.
Si Botak membuka tali yang mengikat bongkahan karung besar itu. Rex terkejut melihat isi karung itu. Ternyata isinya adalah agen rahasia bodoh yang pernah ditemuinya. s**t! Lagi~lagi agen rahasia bodoh itu melakukan kesalahan! Atau dia lagi apes sehingga tertangkap lalu dimasukkan ke dalam karung oleh si Botak.
"Rojak, apa kamu masih ingat pada pria ini?" tanya si Botak pada si pria berpakaian loreng.
"Apa dia pria yang mengawasi kita saat bertemu di cafe?" tanya si loreng memastikan.
“Yupp, aku berhasil menangkapnya ketika dia berusaha membuntutiku," jawab si Botak bangga.
"Mau kita apakan dia?" tanya Botak.
Si Mata Satu yang menjadi pimpinan mereka menjawab, "kita tanya Dragon dulu. Ingat, Dragon marah besar saat kita hampir membunuh kekasihnya. Sementara ikat dia dulu di kursi."
Mereka mengikat pria itu ke kursi kayu yang ada di gudang, pria itu masih tak sadarkan diri. Tak lama kemudian Si Mata Satu, Rojak alias loreng, dan Botak meninggalkan tempat itu. Tinggallah dua pria yang berjaga.
Ini waktunya, pikir Rex. Dia mendekati dua pria itu dengan tujuan ingin menyelamatkan si agen rahasia bodoh. Satu pria sedang menyalakan koreknya dan membakar rokoknya. Rex memukul keras tengkuk pria itu dari belakang hingga pingsan tanpa pria itu tahu siapa penyerangnya.
"Hei, siapa kau?" teriak pria penjaga lainnya.
Mendadak Rex melakukan gerakan berputar sambil menendangkan kakinya ke d**a pria itu. Lawan Rex langsung tersungkur ke tanah. Tak ingin menyia~nyiakan kesempatan, Rex menindih pria itu dengan kakinya lalu memukul wajahnya dengan keras sambil membekap mulut pria itu. Pria itu menyusul temannya yang jatuh pingsan.
Setelah tanpa kesulitan meringkus dua pria penjaga gudang, Rex membuka tali yang mengikat tawanan komplotan itu.
"Hei, bangun! Bangun!" Rex menguncang bahu pria itu.
Pria itu perlahan membuka matanya. "Siapa kau?" tanyanya heran.
"Kau sanggup berjalan? Kita harus cepat pergi dari sini!" tukas Rex cepat.
"Akan kuusahakan." Pria itu berkata dengan lemah.
Rex berjalan sembari memapah pria itu, baru beberapa langkah mereka meninggalkan pintu keluar gudang, ada yang meneriaki mereka.
"Hei kalian, berhenti!"
Rex mempercepat langkahnya sampai setengah membopong pria yang dipapahnya. Dia mendekati mobil yang diparkir didepan gudang. Rex mengeluarkan rangkaian lempengan logam yang disatukan dengan gantungan kunci bulat polos. Dia memilih salah satu dari lempengan logam lalu memasukkannya ke lubang kunci dipintu mobil.
Knock ... knock .... Mobil itu membuka diiringi dengan bunyi alarm yang terdengar keras.
"Kau akan mencuri mobil ini?" tanya pria itu kaget.
"Tak usah banyak bacot, masuk!"
Rex mendorong tubuh pria itu masuk di bangku belakang. Dengan cepat Rex duduk di bangku kemudi, dia meraba~raba sesuatu dibawah dashboard mobil dan memutus kabel kecil yang dicarinya. Dalam waktu singkat alarm itu bungkam.
Rex memakai salah satu lempengan logam kecil sebagai pengganti kunci mobil. Kurang tepat, dia mengganti dengan yang lain dan ternyata bisa. Rex segera menstarter mobil yang dicurinya, bertepatan saat itu lawannya menggedor~gedor kaca mobil.
Mobil melaju meninggalkan kepulan asap buat lawan Rex. Dia mengeluarkan pistolnya dan menembak ke mobil yang dikemudikan Rex.
Dor!
Kaca belakang mobil pecah seketika. Untung Rex memperingatkan pria yang duduk di bangku belakang agar merunduk, peluru itu tak jadi memakan korban. Pria yang ditolong Rex memperhatikan semua itu dengan wajah terperangah.
"Siapa kau? Pencuri mobil profesional? Pembunuh bayaran?" gumamnya takjub.
Tentu saja bukan! Namun Rex pernah hidup menggelandang, lalu menjadi preman jalanan saat berusia empatbelas tahun dan kabur dari rumah Iptu Handoko. Dua tahun dia hidup bersama para pencuri, maling dan perampok yang banyak mengajarkan ilmu dan ketrampilan yang mereka miliki pada Rex. Dua tahun mempelajarinya telah membuat Rex menjadi sangat pakar di bidang itu, mengalahkan guru~gurunya!
Rex menyetir dengan kecepatan tinggi meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan pertanyaan penumpangnya. Setelah merasa aman, Rex menghentikan mobilnya dan bertanya setengah membentak pada pria itu.
"Siapa kau? Mengapa kau menguntit si botak?!"
Pria itu tak menjawab, bahkan balik bertanya, "siapa kau? Sepertinya kamu bukan pria baik~baik!"
Rex mendengkus dingin, lalu berpura-pura mengancam pria itu
"Aku malaikat elmautmu. Aku yang menolongmu tapi juga yang akan membunuhmu bila kau tak menjawab pertanyaanku dengan jujur!"
Dengan gerakan cepat Rex memindahkan tubuhnya ke belakang lalu mencekik leher pria itu dengan kencang.
"Le ... paaas ... kan." Pria itu berkata dengan susah payah.
Begitu Rex melepaskan cekikannya, pria itu langsung menghirup oksigen sebanyak mungkin sambil terbatuk~batuk.
"Kau gila!!" makinya kesal
"Kau sudah tahu itu! Sekarang katakan siapa kau? Siapa yang menyuruhmu?"
"Kau bukan dari komplotan mereka, kan?"
"g****k!! Kalau aku dari komplotan mereka, untuk apa aku susah payah menyelamatkanmu?!" bentak Rex jengkel. Pria ini agak lemot, pantas bisa tertangkap dengan mudah.
"Aku ... ehm, detektif. Ada yang membayar kami untuk menguntit pria botak itu."
"Siapa dia? Mengapa dia membayarmu untuk menguntit si botak?" kejar Rex tak sabar.
"Aku tak tahu siapa dia, mukanya tertutup masker. Tapi sepertinya dia pria muda. Dia menunjukkan aku potongan berita koran tentang pembunuhan pasangan suami istri tanpa identitas di Hongkong dan memintaku menyelidiki itu. Saat kupasang berita itu di dinding dan tembok di tempat banyak orang jahat berkumpul, si botak berkata bahwa bosnya yang membunuh pasutri itu. Itu sebabnya aku mengikutinya," jelas detektif oon itu. Sepertinya meski lemot dia lumayan punya otak, sayang ceroboh!
Rex amat terkejut mendengar penjelasan ini. Ada pihak lain yang menyelidiki kasus pembunuhan orang tuanya! Siapa dia? Apa orang suruhan Iptu Handoko? Tapi jika iya, mengapa dia menyewa jasa detektif dodol ini?!
Rex harus memastikannya dan mencari tahu siapa orang itu!
***
Love training.
Itu nama latihan yang khusus Libby ajarkan pada sohib cocan-nya, Pretty. Mereka berlatih di kamar Libby. Mengapa mendadak Libby menjadi grogi? Padahal Pretty tampak santai. Cowok itu menatap Libby penuh minat, dengan antusias dia menunggu pelajarannya dimulai.
"Libby, lo akan memberi pelajaran apa pada gue?" tanya Pretty penasaran.
"Latihan, Pret. Bukan pelajaran. Sok formil amat, sih, lo!" ralat Libby.
"What ever lah," sahut Pretty malas. "Kapan mulainya?"
"Tahun depan! Ya sekarang lah, gak sabar amat sih," ketus Libby.
Pretty mencebik kesal, dia membungkam dan melipat tangan di d**a. Yaelah cocan ini ngambek! Tapi mengapa gayanya sungguh menggemaskan? Mulutnya mengerucut, membuat Libby gemas melihatnya.
Cup.
Libby spontan mengecup bibir Pretty sambil berkata, "ini namanya mengecup bibir, latihan kita pertama."
Pretty membulatkan matanya dengan gaya kocak. "Aye, sudah mulai?" tanyanya penuh semangat.
Libby mengangguk sok serius.
"Lo mesti tau Preeet, cewek itu suka dikecup bibirnya. Apalagi kalau mendadak, rasanya mel ...."
Cup.
Tiba~tiba Pretty mengecup bibir Libby, hingga Libby melongo dibuatnya. Dia lupa akan penjelasannya.
"Pretty! Apa yang lo lakukan, hah?!" pekik Libby gusar bercampur gemas.
"Praktek, Say. Kan kata lo cewek suka dicium mendadak," sahut Pretty polos.
Libby langsung kincep. Iya juga sih, Pretty tak salah. Ya sutralah ....
"Lain kali lo gak boleh praktek tanpa seizin gue, okey? Jangan mendadak begitu," tegur Libby demi mempertahankan martabat dan gengsinya sebagai love trainer Pretty.
"Oke!" sahut Pretty sambil menyatukan jari telunjuk dan jempolnya sebagai tanda persetujuan.
"Ehm, sekarang tentang apa ya?" Libby bertanya pada dirinya sendiri.
"Setelah kecupan di bibir, tentu ciuman bibir," timpal Pretty santai.
"Ohya, betul juga."
"Yeah, yuk kita praktek langsung!" ajak Pretty antusias.
Libby gelagapan dibuatnya. Mengapa muridnya jadi ganas begini?! Lebih baik mereka ngadem dulu.
"Eits, sebelum kesana kita bicara yang lain dulu. Tentang kencan makan malam romantis ," sergah Libby.
"Ah, enggak seru dan enggak penting," komentar Pretty meremehkan.
"Siapa bilang? Cewek paling senang lho kalau diajak makan malam romantis," kilah Libby.
Kesabaran Pretty semakin tipis, jadi dia bertanya langsung ke inti permasalahan.
"Beb, apa tujuan lo ngadain love training ini? Ngajarin gue trik untuk menyenangkan para cewek atau ngajak gue mentas dan gak belok dengan mengenalkan kenikmatan yang bisa gue dapatin dari mengenal cewek?"
Pertanyaan Pretty menohok eksistensi Libby sebagai love trainer. Yaelah, dia jadi salah fokus! Ini gegara Libby grogi berat!
Calm down Libby, singkirkan rasa risih dan malu lo. Ini perjuangan demi mendapatkan Dylan. Singkirkan pesaing cinta lo ini dulu dengan cara sehalus mungkin.. Libby mengingatkan dirinya sendiri.
"Pretty, ini sebenarnya juga penting karena bisa menjadi modal buat elo ngerayu cewek. Tapi oke deh, kita singkirkan dulu itu. Kita balikin lo dulu supaya kembali ke selera asal dan gak belok lagi. Jadi lo pengin ciuman bibir?"
Huuuft. Libby menghela napas panjang. Dia berusaha menyingkirkan keraguan dalam hatinya. Ayo Libby, jangan anggap Pretty cowok meski dia ganteng. Libby menyadarkan dirinya sendiri. Diam~diam Pretty tersenyum geli. Libby tak sadar kalau dia tengah dikerjai oleh Pretty.
"Oke, gue udah siap," kata Libby mantap.
Dia mendekatkan diri ke wajah Pretty, menangkup pipi cowok cantik itu dengan kedua tangannya. Libby menatap intens kedua mata Pretty.
"Pertama lo mesti tatap mata pasangan lo, dekatkan bibir kalian. Jangan cium dulu, biarkan hangat napas lo menerpa bibirmya. Lalu sentuhkan perlahan, belum cium. Masih menyentuh. Pejamkan mata lo, rasakan sensasi awalnya ...."
Libby betul~betul mempraktekkan instruksi yang dikatakannya. Dia memejamkan mata sehingga bisa merasakan hangatnya napas Pretty di wajahnya. Mengapa hatinya jadi berdesir? Lalu Libby merasakan ada benda kenyal yang melumat bibirnya. Gadis itu berjengkit kaget. s**t! Rasanya sama persis dengan ciuman pertamanya dengan si pencuri ciuman. Apa semua ciuman terasa sama seperti ini? Libby membalas ciuman Pretty dengan perasaan takjub.
Sebenarnya siapa pelatih siapa muridnya? Mengapa jadi blur begini?
Bersambung.