Khilaf 8

1808 Kata
"Sok aja duluan, Jiz," balasku setelah beberapa saat terdiam. "Mereka aja belum mulai, hihihi," lanjutku sambil membekap mulut. Tampaknya Ajiz pun mengerti dengan penolakanku, dia buru-buru memasukkan kembali batang kejantanannya yang hitam kemerahan dan mengkilap terkena air hujan itu ke dalam kolor dan sempaknya. Kami pun kembali melanjutkan nonton film dewasa yang diperankan seorang Bu Hajah dan Brondong Tukang Kebunnya. Mataku terbelalak saat melihat Bu Ganjar melepaskan diri dari pelukan Sandi lalu membuka kerudung dan baju kaus tangan panjangnya. Sandi ikut membantu melepaskan beha hitam dan rok panjang Bu Ganjar. Kini tampak dengan sangat jelas tubuh Bu Ganjar yang dihiasi banyak lemak disana-sini, namun sangat seksi dalam balutan celana dalam hitam. Punggung dan bemper Bu Ganjar yang sangat aduhai tampak jelas terlihat dari jarak yang tak terlalu jauh ini. Aku yakin mereka tak menyadari kehadiran kami yang sedang khusyuk mengintip aksinya. Selain terhalang beberapa pohon jagung yang rapat, mereka juga pasti tidak akan menduga jika di tengah hujan lebat begini ada orang yang iseng datang ke sekitaran kebun dan saung sawahnya. Bu Ganjar kini tampaknya mengambil kendali untuk permainan lanjutan. Dia membuka celana selutut yang dipakai Sandi, hingga menampakkan s**********n sang pemuda yang terbungkus sempak warna putih bersih. d**a, perut dan paha Sandi ternyata lebih putih dari lengan dan wajahnya. Bulu-bulu hitam lebat menghiasi d**a, paha dan betis sang pejantan kampung itu. Sejurus kemudian dua insan yang masing-masing hanya memakai celana dalam itu berdiri berpelukan. Tangan Bu Ganjar memeluk kepala Sandi yang tampaknya sedang menciumi atau menjilati payudaranya. Sesekali Bu Ganjar yang posisinya membelakangi kami, mendongak. Kedua tangan Sandi terlihat kekar dan kuat meremas-remas bongkahan bamper Bu Ganjar yang cukup lebar dan sedikit bergelambir termakan usia. Setelah cukup lama saling remas dan saling cumbu, mereka naik ke atas bale-bale yang tampaknya sudah dipersiapkan dengan matang. Di sana bahkan terihat sudah tersedia tikar dan bantal. Bu Ganjar tiduran telentang dan Sandi menyusulnya kemudian. Bu Ganjar mengelus-elus d**a Sandi yang bidang lalu menjilati p****g susunya secara pelan. Sandi tampak mendongak dan merem melek menikmati cumbuan Bu Ganjar pada s**u dan dadanya. Tangan Bu Ganjar mulai bergerilya di sekitar s**********n Sandi yang cuma memakai celana dalam, hingga dengan sangat mudah dia meraih tonjolan besar di sana. Bu Ganjar memegang kepala Sandi dan langsung mengulum bibirnya dengan ganas. Sandi pun membalas lumatan mulut Bu Ganjar dengan gerakan yang tak kalah agresifnya. Mereka saling berpagutan, saling meraba bagian sensitif masing-masing. Bu Ganjar menggesek-gesekan payudaranya pada d**a berbulu. Tangan Sandi merogoh s**********n Bu Ganjar yang masih bercelana dalam. Bu Ganjar terlihat merebahkan dirinya dan membiarkan Sandi menelanjanginya dengan melepaskan celana dalamnya. keduanya terlihat sangat santai dan nyaman. Terlihat juga kepala kejantanan Sandi yang sedikit menyeruak keluar dari balik sempaknya. Ukurannya pasti sangat besar dan panjang. Tak lama kemudian Sandi merebahkan diri di sebelah Bu Ganjar sambil meraih p******a dan mengulum yang sebelahnya. Tangan Sandi bergerilnya dari p******a ke perut dan berakhir di kewanitaan yang sudah tidak terhalangi apapun. Terlihat sangat kontras kulit mereka. Walau tubuh Sandi relatif putih namun tubuh Bu Ganjar jauh lebih putih lagi. Tangan Sandi tampak masuk ke dalam celah-celah s**********n Bu Ganjar dan menari-nari di dalamnya. Bu Ganjar menggelinjang hebat dan erangannya mulai terdengar walau samar. Bu Ganjar sepertinya sudah tidak tahan lagi. Dia membalikkan tubuhnya bertukar posisi. Kini gantian Bu Haji yang mencumbu d**a Sandi dan terus turun ke bawah menuju s**********n pegawai kebunnya itu. Wanita yang sangat aktif dalam pengajian ibu-ibu kompleks itu meraih kepala kejantanan Sandi yang mencuat keluar dari sempaknya. Dengan gerakan yang sedikit kasar Bu Haji menarik sempak Sandi hingga terlepas dari tubuh sang jejaka. Dengan gerakan yang sangat perlahan dan penuh perasaan, Nenek dari beberapa cucu itu menjilati kejantanan Sandi yang tampak hitam, besar dan panjang yang berdiri kokoh dalam genggaman. Sandi mendongak dan mengerang pelan, pantatnya ikut menggelinjang dan terangkat seakan mencoba menusuk-nusukan batang kejantanannya pada mulut majikannya yang menganga. Bu Ganjar naik ke tubuh Sandi yang terlentang. Lalu menciumi perut dan d**a pemuda itu dengan penuh nafsu. Bu Ganjar terus melanjutkan jilatan dan cumbuannya hingga ke leher dan bibir Sandi. Mereka kembali asyik berpagutan mesra dan b*******h dalam selimut hujan yang mulai sedikit mereda. Tangan Sandi meremas-remas p******a Bu Ganjar, tak lama kemudian istri Pak Ganjar itu menempelkan payudaranya ke d**a Sandi, lalu mengesek-geseknya secara perlahan. Erangan dan lenguhan Sandi makin terdengar jelas, tubuhnya menggelinjang kedua tangannya meremas-remas p****t dan punggung istri Pak Ganjar. Bu Ganjar kembali naik ke atas tubuh Sandi dan mengarahnya payudaranya ke wajah Sandi yang langsung disambutnya dengan kuluman pada putingnya yang tampak besar dan hitam. Bu Ganjar menggelinjang, tangannya bertumpu pada tikar bale-bele yang menjadi alas bergumulan mereka. Tangan Sandi mengelus-elus kewanitaan Bu Ganjar yang merangkak di hadapannya sambil terus mengulum dan menghisap payudaranya. Bu Ganjar merebahkan badannya di sebelah Sandi, tampaknya mereka bersepakat untuk berganti posisi. Kini gantian Sandi yang terlihat aktif dengan merengkuh tubuh Bu Ganjar dan menindihnya pelan, s**********n keduanya saling beradu rapat, bisa jadi kejantanan Sandi sudah menempel di bibir kewanitaan Bu Haji. Sandi mencumbu telinga Bu Ganjar pelan dan terus hingga area sekitar leher yang akhirnya turun ke p******a. Sandi turun menyamping dengan tetap mengulum dan mencumbui sekitar p******a dan perut wanita yang tubuhnya terlihat subur berselimut lemak di sana-sana. Tangan Sandi mengelus kewanitaan Bu Ganjar yang kakinya mulai menerjang ke sana kemari menahan kenikmatan cumbuan dan belaian tangan pemuda bertubuh kekar itu. Sesekali Sandi terlihat menekan dan menusukkan jari-jarinya dalam kewanitaan Bu Ganjar, hingga majikannya itu melenguh dan memelentingkan tubuhnya. Kini Sandi duduk di samping Bu Ganjar. Lalu tangannya meraba-raba tubuh wanita yang telentang di depannya. Sandi melebarkan kedua kaki Bu Ganjar lalu dia menundukkan wajahnya tepat di area s**********n Bu Ganjar. Pelan-pelan Sandi mulai menyibakkan bulu-bulu di sekitarnya dan lidahnya menjulur pelan lalu menjilati area kewanitaan Bu Ganjar. Dari samping, mataku tidak terlalu jelas melihat apa yang dijilati Sandi. Sepertinya dia melakukan seperti yang Egar lakukan pada Bi Titin. Bu Ganjar terus menggelinjang hebat. Tangan Sandi menaikkan kedua kaki Bu Ganjar dan mengangkangkannya lalu menekuk ke atas. Kewanitaan Bu Ganjar sudah pasti menganga lebar di depan kejantanan Sandi yang tegang. Bu Ganjar menuntun b***************n itu ke kewanitaannya, menggesek-gesekkannya sebentar sebelum Sandi menekan hingga s**********n mereka menyatu. Bu Ganjar melepas kejantanan dan membiarkan Sandi memasukkannya sendiri. Tampaknya Sandi tidak langsung menekan semua batangnya tetapi mengocoknya pelan sebatas kepalanya. Bu Ganjar rupanya sudah tidak tahan menggoyangkan pantatnya ke atas sehingga kejantanan Sandi amblas setengahnya, tapi Sandi sigap menarik kejantanannya, sepertinya dia sengaja membuat Bu Ganjar penasaran. "Sayaaaaang ayo dong masukin, aku udah nggak tahan ohh," erang Bu Ganjar yang terdengar sangat jelas. Hujan terlah berubah menjadi gerimis. Bu Ganjar terus mencoba meraih batang Sandi dan kembali mengarahkan ke kewanitaannya. Setelah dekat dia sendiri yang menggoyangkan pantatnya hingga kejantanan itu masuk, Sandi mendiamkan beberapa saat batang kejantannya, lalu menekannya dengan sangat pelan-pelan. Kedua tangan Sandi terus memegangi kedua kaki Bu Ganjar. Dia mengambil ancang-ancang untuk memulai kocokannya. Bu Ganjar menggoyangkan pantatnya, Sandi juga menekan pantatnya hingga bagian tubuh mereka benar-benar menyatu. "Oooh jantaaaaanku, oooooh," Bu Hajah melenguh panjang berbarengan dengan gerakan Sandi yang pelan-pelan mulai mengocokkan pantatnya dengan gerakan yang sangat pelan dan konstan. Tangan Sandi lepas dari kaki Bu Ganjar, lalu menopang tubuhnya dengan menumpu pada tikar. Kedua kaki Bu Ganjar melingkar membelit pinggang Sandi. Sesekali Sandi mencium kening Bu Ganjar dan mereka pun berciuman dalam pagutan yang menggairahkan. "Oh.. ssssst..." Tiba-tiba suara desisan menyapu telingaku. Rupanya Ajiz telah lebih dulu mengocok batang kejantanannya. Celana kolornya yang basah bahkan sudah melorot sampai ke tengah paha. Ajiz berdiri dengan kedua lututnya kedua tangannya dengan sangat kencang mengocok kejantanannya sementara matanya tetap fokus pada saung sawah. "Yah.. shh.. enak, gimana sayang, enakan mana sama punya Bapak?" tanya Sandi sambil terus menggenjot s**********n Bu Haji yang semakin gelonjotan dan gelinjangan. "Punya kamu tiada duanya, Sayang. Oooh punya Bapak sudah loyo kan... aaaah sssst Sayaaaaang terus aaah aaah sayang nikmat bengeet punyamu..." Bu Hajah lepas kontrol. Genjotan Sandi makin kencang. Hujan sudah benar-benar reda, cahaya sore pun sepertinya makin terang. Bu Ganjar terus mengerang, suaranya semakin terdengar jelas. "Aaaaaaaaah, nikmat di sini ya daripada di rumaaaah ya sayaaang, aaah aaah sssst.." Sandi terus menggjot sambil berceloteh. Benar dugaanku mereka sudah sering melakukannya. Bahkan biasanya di rumah. Sangat memungkinkan, karena Pak Ganjar terlihat lebih sering keluar. Sementara di rumahnya hanya ada mereka berdua. Anak dan cucu-cucunya bertempat tinggal di tempat lain. Sandi mengangkat tubuh Bu Ganjar dan mendudukkannya berhadapan dengan kejantanannya yang masih tertanam di kewanitaan. Pelan-pelan mereka berpagutan. Bu Ganjar dari atas tubuh Sandi menggenjot pantatnya pelan. Sandi leluasa meraih p******a Bu Ganjar, menggigit dan menjilatinya. Tak lama kemudian Sandi kembali merebahkan tubuhnya dan Bu Ganjar menungganginya di atas. Bu Ganjar mulai menggenjot tubuhnya dari atas. Sandi leluasa meremas p******a dan p****t Bu Ganjar. Bu Ganjar betul-betul menikmati gaya percintaaanya, kepalanya beberapa kali mendongak dan menunduk dengan mata merem melek. Lenguhan dan desahan dari keduanya makin sering terdengar dengan volume yang jelas terdengar di telingaku. Bu Ganjar mendorong tubuhnya sedikit dicondongkan ke depan sehingga tepat berada di atas Sandi. Kocokkannya pun makin lincah dan kencang. Sandi sepertinya merasakan kalau Bu Ganjar mau o*****e hingga dia langsung mengambil alih dengan duduk kembali memangku tubuh subur majikannya. Keduanya lalu berpagutan mulut dengan sangat liar. Sandi membisikkan sesuatu dan tak lama kemudian, mereka saling melepaskan diri. Bu Ganjar langsung mengambil posisi menungging, dan Sandi segera berlutut di belakang Bu Ganjar. Dengan gerakan yang sangat pelan, Sandi menusukkan kejantanannya dari belakang. Lalu kembali mengocoknya perlahan. "Aaaaaaaaaah Sandiiiiiiiiiiiiii, Ibu keenakan sayaaaang aaaah," Bu Hajah kembali lepas kendali dan melolong panjang. Tangan Sandi memegang p****t Bu Ganjar, p******a Bu Ganjar menggantung bergoyang-goyang. Sandi mencondongkan tubuhnya ke depan dan mencumbui tengkuk Bu Ganjar sambil meremas-remas p******a wanita yang layak jadi ibu atau neneknya. Kocokkan Sandi sangat pelan berirama, namun semakin lama semakin kencang dan cepat. "Teruss.. sayang.. teruss..," erang Bu Ganjar. Sandi makin mempercepat kocokannya. Gerakan mereka makin cepat dan cepat, sampai Bu Ganjar menjerit tertahan. Kepalanya turun bersandar di bantal sementara p****t besarnya makin tinggi menungging hingga Sandi pun harus setengah berdiri dengan tetap meneruskan kocokannya dengan sangat beringas. "Aaaaaaaaaaaah Sayaaaaaang aaaaaah..." Bu Ganjar menjerit lalu suaranya hilang seketika. Sandi makin mempercepat kocokannya dan tak lama kemudian keduanya ambruk. Sandi tiduran telentang di samping Bu Ganjar yang tengkurap. Lalu keduanya terlihat saling berciuman. Tampaknya mereka ingin menikmati sisa-sisa orgasmenya dengan saling berciuman mesra dalam berpelukan. "Jiz?" tanyaku sedikit berseru. Aku benar-benar terkejut karena Ajiz sudah tidak ada di sampingku. Tampaknya dia langsung kabur setelah menyemburkan spermanya pada pohon jagung Pak Ganjar. "Astaga! Hanya dalam waktu satu bulan, aku sudah dua kali menyaksikan persetubuhan antara emak-emak dengan brondong. Fenomena apakah ini?" tanyaku dalam hati seraya membetulkan posisi si ganteng nan bengkok yang masih berdiri tegak di balik celana. Aku segera melangkah pergi dengan menenteng 18 ekor belut hasil tangkapanku sore ini. Aku benar-benar meninggalkan saung sawah yang beberapa menit lalu berubah panas menjadi ranjang perselingkuhan majikan dengan tukang kebun. Bu Hajah Anna dengan Sandi. Masih adakah yang lebih gila dari ini?  ^^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN