7. Bibit

1754 Kata
Karena aku nggak tahu mau diapakan cerita fanfictionku, jadi aku share di sini aja . instagram: gorjesso Happy Reading.. . Jessica meninglkan Kris dan Aiden diruang tv untuk menyiapkan makan siang. Kris kini menatap tajam Aiden. Aiden yang ia yakini tetaplah Lee Donghae. Aiden hanya membalas tatapan Kris dengan tersenyum sinis. Dan bersikap tenang. Seolah tengah memberitahu pria itu bahwa yang dipikirknnyaa menang benar. Ini Lee Donghae. Bukan Aiden. "Aku yakin kau Lee Donghae." Ucap Kris membuka percakapan. "Dan aku juga yakin. Kau sama sekali tidak kehilangan ingatanmu. Sambungnya. Sebelum berniat menjawabnya Aiden Kembali menunjukan senyum seringainya. "Haha.. aku pikir kau tidak mengenali lagi sahabat yang kau hianati ini, Kris Wu." Jawab Aiden. "Dan memang semua yang kau katakan itu benar. Aku tidak hilang ingatan sama sekali." "Bagaimana mungkin aku melupakan orang bodoh sepertimu Lee Donghae." Ucap Kris. "Oh salah. Maksudku Aiden." Ralatnya kemudian. "Terserah kau mengataiku apa. tapi yang terpenting kau sepertinya kau harus menyadari kebodohanmu sendiri." "Diam kau, Lee Donghae ! Atau ku buat kau hanyut kembali dilautan dan karam dibawah Sana hingga berkarat!" Seru Kris. "Silahkan. Tapi asal kau tahu. Jessica, Mantan kekasihmu itu pasti akan mencariku." "b******k! Jangan membwa-bawa gadis itu dalam masalah kita! Dia tak tahu apapun!" Umpat Kris. "Tenanglah. Kau kan hanya mantan kekasihnya tidak seharusnya kau bersikap seperti ini." Ujar Aiden pelan. "Dan bila kau belum tahu. Aku sudah mencuri 1 ciuman darinya dan pernah tidur seranjang dengannya. Yah.... walau hanya tidur." Tutur Aiden memanasi. Ia ingin sekali tertwa keras melihat wajah Kris yang merah padam. "k*****t!" Umpat Kris lagi. Emosi sampai di ubun-ubun saat ini akibat penuturan Aiden tentang Jessica. "Berani kau menyentuhnya lagi, aku benar-benar akan membunuhmu saat itu juga. Bahkan memakan dagingmu dengan senang hati." Ujar Kris. Sepertinya perdebatan ini bukan lagi tentang dendam mereka. Tapi tentang cinta dan memperebutkan wanita yang sama-sama mereka sukai. "Hm..sekali lagi aku persilahkan kau untuk melakukannya. Lagi pula 2 bulan aku tinggal bersma dia. Sudah mampu untuk menggantikan posisimu dihatinya." Ujar Aiden lagi-lagi untuk memanasi Kris. Walau ia tak yakin dengan yang dikatakannya sendiri. Menggantikan Kris dihati Jessica? "Diam! b******k! Aku tak akan membiarkan itu terjadi. Jessica, dia akan tetap menjadi gadisku. Dan mungkin tak akan lama ia akan menyandang margaku. Jessica Wu. Bukankah terdengar menarik?" Sial! Umpat Aiden dalam hati. Ingin hati mengintimidasi Kris tapi spertinya ia yang merasakannya sendiri. "Hei.." Suara lembu Jessica yang tertangkap oleh indra pendengaran kedua pria ini. Seketika melenyapkan aura hitam yang tercipta sebelumnya. 2 pria itu menoleh pada Jessica dan tersenyum. Tentu itu malah membuat Jessica menautkan kedua alisnya, bingung. "Gwenchana?" Tanyanya pada 2 pria yang ada dihadapannya ini. Dan ia hanya mendapat anggukan dari 2 pria itu. .... Beberapa jam terlewati. Langit merah mulai nampak dihalaman belakang rumah. Angin yang berhembus serasa mulai menusuk tulang. Tetapi sejak tadi Aiden masih betah berdiri diteras belakang rumah. Menikmati pemandangan yang tersuguh dihadapannya dalam diam. Otaknya memutar kejadian tadi siang. Kejadian yang diluar skenarionya sendiri. Bohong bila ia pun masih merasa terkejut dengan ini. Mungkin jika tak ada Jessica. ia sudah kembali hanyut dan habis ditangan Kris. Tapi memang begitulah. Ia sekarang begitu berterimakasih dengan posisi Jessica diantara ia dan Kris. Kris mencintai Jessica. Tentu karena pria itu adalah mantan kekasih gadis itu. Dan ia sekarang tengah tinggal dengan gadis itu. dalam posisi orang baru yang mengaku tak mengenali Kris. Tentu saja dengan ini, Kris tak bisa mengusiknya. Karena jika Kris berani mengusiknya. Jessica pun akan membelanya. Maka dari itu, rencananya kini adalah menjaga sebaik mungkin hubungan nyatanya antara Kris dengan dirinya. menyembunyika jati diri aslinya juga sebagai Lee Donghae. Ya. Setidaknya dengan posisinya sebagai Aiden. Ia akan terus melihat Jessica dalam jarak pandangnya. Dan walau ia juga merasa menjadi pecundang. Karena berdiri dari tameng yang diciptakan oleh gadis itu. .... Bohong. Bohong sekali bila tadi ia bisa bersikap tenang dihadapan Donghae. Ah..ralat. mungkin seharusnya 'Aiden'? Ya, apapun itu. Yang dimaksud olehnya adalah pria itu. Sejak ia sampai diapartemennya. Semua kejadia tadi siang masih terus berputar-putar diotaknya. Ia benar-benar masih tak menyangka Donghae masih selamat. Dan dengan segala tangan dingin tuhan. Dan ternyata sempitnya dunia ini. Kenapa harus Jessica yang menolong pria itu? kenapa tidak gadis lain saja? Kini, sebuah alasan klise untuk membatalkan semua rencananya untuk menghancurkan perusahaan Donghae muncul. Alasan itu adalah Jessica. Gadisnya. Ia khawatir bila nantinya gadisnya akan ikut terseret dalam masalah antara dirinya dengan Donghae. Ia takut Donghae akan menggunakan Jessica untuk tawanannya. Demi apa. Ia bahkan akan mencabut jantung bagi siapapun yang berani menyentuh gadisnya itu. Dan ia merutuki juga, kenapa mereka harus tinggal dalam satu rumah. Itu adalah fakta yang paling menjengkelkan! Cemburu? Tentu saja! "Arrggghhhh!!!" Teriakannya menggema diseluruh ruangan apartemennya sendiri. Ia merusak tatanan rambutnya sebagai pelampiasan emosinya yang memuncak memikirkan apa saja yang mungkin dilakukan Donghae pada Jessica. "b******k!" Umpatnya. Kini sebagai pelampiasan. Sebuah ponsel anroid keluaran terbaru jatuh tak berdaya diatas lantai yang dingin. =flowered= "Selamat pagi!" Sapa Jessica dengan nada yang terdengar begitu riang ketika matanya menangkap sosok Aiden yang baru saja keluar kamarnya. "Eo. Selamat pagi. Kau terlihat snagat bersemangat." Balas Aiden. Ia pun berjalan menghampiri Jessica yang sibuk dengan urusan meja makan. Jessica hanya tersenyum menanggapi Aiden. "Bukankah kita harus terus bersemangat, eoh?" Ujar Jessica. menaruhkan mangkuk terakhir berisi kimchi keatas meja makan. "Baiklah..baiklah...aku tahu kau sedang bahagia." Siangnya. Aiden mendapati Jessica sedang berada didalam ruangan pembibitan. Gadis itu terlihat sangat serius. Dan bahkan ada banyak peralatan berbeda—yang belum pernah Aiden lihat semala ini—berada disekitar gadis itu. "Huhhhh...." Jessica mengelam keringatnya yang bercucura melewati keningnya. Kira-kira sudah sejak 3 jam yang lalu ia terus berkutat dengan tanah dan bibit-bibit yang baru berumur sekitar 1 minggu. "Hey!" "Aih...Kau membuatku terkejut." Protes Jessica karena Aiden datang dan berteriak disekitar telinganya. "Kau sedang melakukan apa? Sampai tidak mengajakku.." Tutur Aiden. Ia menncondongkan tubuhnya melihat apa yang sebenarnya Jessica lakukan sejak tadi. Bahkan gadis itu tidak mengajaknya atau setidaknya menyuruhnya membantu pekerjaan gadis itu. "Aku? Eumm...sebenarnya aku sedang melakukan sebuah percobaan." Jawab Jessica. "Eum..hanya percobaan kecil..." Lanjutnya kemudian. Jessica sendiri tampak ragu menunjukkan percobaannya pada Aiden. "Wah...kau sedang melakukan percobaan apa? Apa kau sedang mencoba menemukan jenis bunga baru?" Tanya Aiden antusias. Jessica mengangguk ragu. "Y—ya..begitulah." Ungkap Jessica menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. "Kalu begitu. Bolehkan aku membantumu?" Tawar Aiden. Ia menatap Jessica penuh permohonan. Jessica yang ditatap seperti itu hanya bisa mundur selangkah. Karena kini Aiden tengah tersenyum. Dan senyum pria itu. Oh...Ya Tuhan...mungkin jika dibelakangnya tak berdiri tiang yang kuat. Saat ini Jessica sudah dipastikan meleleh melihat senyuman pria ini. Imun tubuhnya payah sekali. "E—eum...bo—bole..tentu saja boleh." Jawab Jessica tergagap. "Kalau begitu. Apa yang harus aku lakukan?" Jessica menunjukkan apa yang harus Aiden lakukan. Pria itu diperintahnya untuk memisahkan bibit yang terlihat rusak. Sedangkan Jessica sendiri entah sedang mencatat apa dinotebooknya. Setelah melakukan pemisahan itu. Jessica membantu Donghae untuk menanamkannya kedalam kantung yang sudha berisi berbagai pupuk. Tapi ternyata tak semudah yang biasanya. Berkali-kali Aiden mendapat pukulan dikepala dan teriakan keras Jessica karena melakukan kesalahan. Sepertinya pekerjaan ini memang begitu penting bagi Jessica. Hingga ia harus extra berhati-hati dengan bibit-bibit bunga yang sedang ditanganinya ini. "Jessica.." Panggil Aiden. Tapi gadis itu tak menoleh padanya sama sekali. membuatnya mendengus kesal. Ternyata ia kalah tampan dibanding bibit yang sedang Jessica tanam. Cih! "Jika kau berhasil melakukan percobaan ini. Memangnya hasil yang kau harapkan seperti apa?" Tanya Aiden. Ia sendiri masih sibuk mengisik pupuk-pupuk kedalam kantung-kantung hitam untuk persediaan musim tanam lain waktu. Kali ini Jessica menoleh pada pria itu. Gadis ini terlihat berpikir. Tapi justru wajah yang seperti ini yang acap kali membuat Aiden mengeram dalam hatinya. Ingin sekali ia mengecup pipi dan bibir gadis itu. Yang saat ini terlihat kelewat menggemaskan. "Eumm...sebenarnya aku menyilangkan bibit ini dari beberapa bunga.." Jessica menghentikan kalimatnya. Ia membalikkan badannya. Lalu bersandar pada meja yang setinggi pinggangnnya itu. "Ada bunga mawar, bunga tulip, dan bebrapa bunga lainnya..seharusnya mereka akan berwarna seperti warna mereka juga. Dan entah bentuknya seperti apa..tapi aku harap bentuknya tak akan jadi aneh. Iya kan?" "O? Oh..ne.." Jawab Aiden tergagap. Bukannya mendengarkan penjelasan Jessica. ia malah sibuk memperhatikan wajah gadis itu. Ck! "Lalu, kau ingin menamakan bungan ini apa?" Tanya Aiden lagi. Jessica terlihat kembali berpikir. "Bagaimana dengan 'J'?" "J?" "Ne. Bunga J. Bukankan terdengar menarik? Orang akan penasaran dengan namanya..lalu mareka akan menari tahu seperti apa bunga J itu..oh..aku berharap sekali semua ini akan berhasil.." Ucap Jessica gembira. Aiden pun ikut tersenyum menanggapinya. Siapa yang tidak senang melihat orang yang dikukainya gembira seperti itu. "YAK!" "Eo..kenapa kau berteriak lagi? Ada yang salah?" Tanya Aiden. Ia mengusap telinganya karena masih terkejut mendengar teriakan Jessica tadi. Pletak! "Yak! Kenapa sekarang kau memukulku?" Protes Aiden. "Lihat ini!" Aiden mengikuti arah yang ditunjuk Jessica. Dan, Binggo! Lihatlah sekarang. Aiden sedang mematahkan bibit milik Jessica. pantas saja gadis itu berteriak sekencang peluit polisi lalu lintas. "Aishh! Jinja! Kau merusak bibitku, Aiden..." Keluh Jessica. Dan sekarang Aiden hanya menuruti Jessica ketika gadis itu memposisikan dirinya dibelakang Aiden. Lalu tangan Aiden dipegang oleh Jessica. gadis itu lalu menjelaskan bagaimana menanamnya. Jujur, sebenarnya Aiden sudah tahu tentang ini. Tapi tadi ia sedang tidak fokus. Salahkan saja gadis ini yang kenapa terlihat lebih...errrr....sexy ketika sedang berkeringat seperti itu. Apalagi dengan lehernya putih gadis itu yang tidak terutupi oleh rambut panjangnya seperti biasa. Oh...bukankan itu godaan terbesar setiap pria? Kau bisa lihat sendiri jika tidak percaya. Hatinya terus berperang dan tak fokus karena hal tadi itu. Dan ditambah lagi dengan posisi Jessica yang berada dibelakangnya. Ya, kau bisa bayangkan, bukan? Secara Jessica berada dibalakangnya. Dan tentu saja tuuh mereka menempel bukan? Dan...Yah...bagaimana ia bisa menjelaskan situasi ini? Ah..kau tahu bukan maksudku? Batin Aiden. Ia mengeram frustasi dengan pikiran kotornya sendiri. "Jessica.." Panggil Aiden pelan. Dan terdengar dari nada suaranya yang berat seperti menahan sesuatu yang hendak meledak. Libidonya! Aih.. "Ne?" Sahut Jessica. Ia masih sibuk mengarahkan tangan Aiden. Dan tanpa Jessica tahu Aiden tak memperhatikan penjelasan Jessica sedikitpun sejak tadi. "Kau sangat romantis." Ucap Aiden. "Apa?" "Posisi kita.." Ujar Aiden kemudian. 1 detik..2 detik... Jessica masih belum paham. Hingga— "Yak!" Seketika itu juga Jessica menjauh dari Aiden dan mendecak sebal. "Haha..bila saja jika kau ingin berdekatan denganku. Tak usah menggunakan modus operadi seperti itu, Jessica.." Ujar Aiden disertai tawa. "MWO?" Jessica mendecak sebal sekali lagi. Sungguh! Ia tak ada niatan terselubung seperti yang Aiden tuduhkan padanya. Cih! Pria ini.. "Jika kau ingin aku memelukmu, kau tinggal bilang. Dan kau juga akan kuberi bonus.." "Mwo?" Tanya Jessica. "Ciuman..mungkin?" Bisik Aiden. Lalu ia tertawa terbahak-bahak melihat expresi Jessica yang tak percaya. Mulut gadis itu terbuka. "Yak! Enyahkan pikiran mesummu itu!" Teriak Jessica. . =flowered= .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN