8. Rencana

2615 Kata
i********:: gorjesso Happy Reading.. . =flowered= . Kris masih saja berenang dil autan berkas-berkas yang harus dirampungkannya hari ini juga karena kemarin ia meninggalkannya. Jadi ia harus mempertanggungjawabkannya hari ini. kendati itu pula karena rencana yang sudah ia susun bersama vintoria sudah mencapai 90%. Tinggal ia menyuruh pengacara pria itu untuk menyerahkan berkas-berkas berharga milik Donghae. Tentu itu bukanlah perkerjaan yang mudah. Karena pengacara Han terkenal dengan kesetiaannya. Pengacara Han sudah sejak 40 tahun menangani segala urusan hukum keluarga Donghae. Dan pengacara itupun sepertinya perlu diberi penghargaan karena mulutnya yang pintar berkilah. Dan itu yang sampai saat ini selalu membuat Kris kewalahan untuk menghadapi pria 60 tahun itu. "b******k!" Umpatnya tiba-tiba. Seketika giginya berbunyi gemelatuk karena menahan emosinya. Ia baru saja mendapat pesan dari orang suruhannya yang mengikuti pengacara Han. Bila pengacara itu kini sudah tahu bahwa mereka diikuti dan baru saja menghabisi semua anak buah Kris. "Halo. Ne. Tetap awasi dia. Aku tak ingin dia kemanapun. Baik. segera laporkan bila ada hal ganjil!" FLIP. Tanpa salam. Tanpa basa-basi. Sekali lagi ia mengeram frustasi karena pikirannya terbagi dua kini. Rencananya, dan gadisnya. Oh...betapa ini begitu membuatnya pusing sejak semalam. TOK. TOK. TOK. "Masuk!" Ucap Kris ketika mendengar pintu ruangannya diketuk. Sebenarnya mudah saja baginya menebak siapa yang datang. Siapa lagi bila bukan, Victoria. "Kau terlihat sangat sibuk." Ujar Victoria. Ia datang membawa secangkir kopi seperti biasanya. Kris sudah terlalu hafal dengan kebiasaan gadis ini. bila jarum jam sudah menunjukan pukul 10. Maka Victoria akan datang bersama secangkir kopi atau bersama makanan kecil. Kris hanya menyunggingkan senyum separonya saja sebagai tanggapan. Ia menrima secangkir kopi itu dan menyesapnya sedikit. Yah...dan juga sedikit membuat pikirannya kembali fresh. "Dia sudah tahu kita mengikutinya. Anak buahku dihabisi. Tapi mereka masih kan tetap mengikutinya." Tutur Kris. Membagi informasi yang ia dapat dari anak buahnya tadi. Tentu karena Victoria juga bagian dari rencananya. Victoria menganggukan kepalanya mengerti. Dan dia duduk dikursi didepan meja kerja Kris. "Aku mengerti. Dan aku juga berpikir. Apakah sebaiknya kita memberinya sebuah gertakan? Kita sudah terlalu sabar menghadapi pengacara sialan itu. Dia sangat memperlambat kita." Usul Victoria. "Kau benar. Tapi ia pintar berkelit. Jika kita menggertaknya. Aku yakin dia pasti punya senjata yang ampuh untuk membalas gertakan kita. Orang tua itu memang tak bisa dianggap remeh, Victoria.." Ujar Kris. Ia menopang dagunya pada kedua tangannya yang disangga pada meja. "Hah...lalu kita harus bagaimana? Aku sudah terlalu muak bersabar dengan pria tua itu.." Keluh Victoria. Ia menyenderkan punggunya pada sandaran kursi. "Tunggu. Kita tunggu. Kita hiraukan sementara pengacara Han. Karena sepertinya ada juga yang bergerak menyusup dari celah-celah kecil yang kasap mata. Dan kita harus mewaspadainya." Ucap Kris. Tapi Victoria belum paham dengan maksudnya. Bukankah mereka sudah menghabisi semua kerikil-kerikil kecil pembela Donghae? Lalu siapa lagi? "Nugu? Siapa yang kau maksud, Kris?" Tanya Victoria. Ia meneggakkan lagi badanya. Ia begitu penasaran dengan siapa yang Kris maksudkan. "Apa mereka begitu berbahaya untuk kita?" Kris tersenyum. Senyum bengis tentunya. "Ya. Dan yang jelas kau akan mengetahuinya nanti, Victoria. Kau hanya perlu mempersiapkan diri untuk hal yan tak terduga. Termasuk aku. Karena sepertinya mereka sudah bergerak jauh tanpa kita ketahui." Kata Kris. Dan itu semakin membuat Victoria pusing. Ah...molla... Batin Victoria. Tapi ia benar-benar dirundung penasaran. Berbahaya? Siapa? Saat ini penghalang yang paling bahaya bagi mereka bukankah pengacara Han? Orang tua itu? Victoria menatap Kris yang sudah tenggelam kembali kedalam berkas-berkas. Pria itu sejujurnya sangat tampan jika sedang seperti ini. Siapa wanita yang tak kuat menerima pesona mencolok yang dipancarkan pria ini? Victoria Song adalah salah satunya. Ia jatuh dalam pesona Kris. Dan soal Donghae. Jangan berpikir sedikitpun ia menyukai Donghae. Karena sejujurnya, sejak awal mereka bertiga bersahabat—dulu—Victoria sudah menyukai Kris. Namun Kris sama sekali tidak menanggapinya. Itulah yang membuat mengapa Victoria bersedia berada disamping Kris dalam semua rencana pria itu. dan bahkan meninggalkan Donghae yang dulu kekasihnya. Menjadi kekasih Donghae juga atas perintah Kris. Jika tidak, mana dia mau. Semua karena Kris. Karena pria itu. Sekalipun ia harus menelan pil pahit bila ternyata Kris memang tidak mencintainya. Kris pernah berkata ia masih mencintai mantan kekasihnya, dan ia sedang mencari kekasihnya itu. Tapi bukankah cinta itu buta? Membuat kita menjadi manusia paling bodoh sekalipun. . .... . "Pengacara Han!" Seru Aiden. Ia langsung menghambur dalam pelukan pria yang selalu dihormatinya sejak ia sudah tidak mempunyai keluarga lagi dalam hidupnya. "Oh...Donghae-ah...ini benar-benar kau?" Ujar Pengacara han tak percaya. Ia menggucangkan tubuh Aiden. "Ne. Kau tak perlu meragukannya. Aku Lee Donghae." Tutur Aiden. Mereka lalu berpelukan kembali. Taemin pun ikut tersenyum. Setelah mengobrol tentang agaimana Aiden atau Lee Donghae bisa selamat. Dan sekarang bisa berada ditengah-tengah pengacara Han dan Taemin lagi. Mereka mulai membicarakan rencana-rencana yang sudah dipikirkan Aiden sejak lama. Pengacara Han dan Taemin terlihat hanya mengangguk setuju dengan rencana yang Aiden kemukakan didepan mereka. "Kau yakin dengan rencana terakhir itu, Hae-ah?" Tanya Pengacara Han. Ia sedikit tidak setuju dengan rencana terakhir yang Aiden usulkan. "Memangnya ada apa dengan rencanaku itu, Pengacara Han?" "Hah.. tentu kau tahu bukan? Pergerakan kita tak akan semudah yang kau pikirkan. Tentu saja kau juga diawasi oleh Kris. Aku dan Taemin juga sudah benar-benar muak dengan mereka yang selalu menguntit kami." Ujar Pengacara Han. "Aku paham dengan hal itu. maka dari itu aku menggunakan Jessica. Kalian masih ingat gadis itu, kan?" Tanya Aiden. "Apakah anda akan memanfaatkan nona Jessica, sajangnim?" Tanya Taemin ragu-ragu. "Hemm...terpaksa aku melakukannya. tappi aku pikir itu hanya cara teraman yang kita punya. Kris tak akan mungkin bisa menyakiti gadsi yang dicintainya sendiri. Aku bisa menjaminnya." Ucap Aiden meyakinkan. Benar, bukan? Kemarin saja ia melihat sorot mata Kris yang memerah penuh emosi ketika ia mengatakan bila ia sudah mencuri ciuman dari Jessica? "Baiklah...sementara ini aku akan percaya dengan rencanamu itu. Tapi kita harus tetap memikirkan rencana lain tanpa menggunakan gadis itu. Akan terlihat sangat pengecut jika kita menggunakan tameng dari seorang perempuan." Usul Pengacara Han. Taemin dan Aiden hanya bisa mengiyakan. Benar. Ia tak boleh menyeret Jessica masuk kedalam rencananya terlalu jauh nantinya. Mianhe Jessica... Batin Aiden menyesal. . .... . Aiden kembali lagi ke toko bungan milik paman Shin. Ia menemukan Jessica sedang tertidur dengan kepala yang direbahkan diatas meja. Toko paman Shin juga tutup. Dan kemana juga paman dan bibi? Mereka pergi? "Eoh...sepi sekali.." Gumam Aiden. Ternyata memang paman dan bibi sedang pergi. Buktinya ada setelah ia menemukan sebuah catatan kecil disamping kepala Jessica. Paman dan bibi menuliskan disana bila mereka sedang ke pusat kota untuk berbelanja sesuatu. Ia pun mendaratkan bokongnya di samping Jessica. Ia ikut merebahkan kepalanya juga dimeja membuatnya berhadapan dengan gadis itu. Hangat. Selalu seperti ini bila ia menatap wajah Jessica. Darahnya juga langsung berdesir kala ia menatap wajah itu. Emosi, rasa marah, benci, pokoknya tentang hal-hal kotor itu, serasa langsung menguap tak tersisa dari hatinya hanya dengan menatap wajah manis Jessica. Disingkirkannya rambut yang menutupi wajah Jessica. Dan kini wajah itu menjadi semakin terlihat dihadapannya. Ia tak akan bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti bila ia tak dapat melihat wajah ini lagi dalam hari-harinya. Tanpa gadis ini di sampingnya. Aiden bangkit dari duduknya. Ia kemudian menggendong Jessica menuju sofa. Ia tak tega melihat gadis itu tertidur di kursi kecil. Direbahkannnya Jessica disofa panjang. Setelah itu ia mengangkat kepala Jessica dan diletakkannya dipangkuannya. Dengan begini ia bisa lebih leluasa memandangi wajah cantik Jessica. Dengan telaten ia menyisiri rambut coklat kelam Jessica. Terasa halus. Dan beberapa menit kemudian. Ia pun ikut tertidur meyusul Jessica. . =flowered= . "Arghhh..." Erang Aiden merasakan tubuhnya kaku. Sekujur tubuhnya terasa pegal pula. Dan ia semalaman tidur dengan posisi duduk. Dengan Jessica yang sampai saat ini masih tertidur dipangkuannya. Ia tersenyum kala itu juga. "Hey.." Bisik Aiden. Ia memainkan ujung hidung Jessica. Membuat gadis itu geli. "Irona.." Bisik Aiden sekali lagi. Berhasil. Jessica kemudian membuaka matanya perlahan. Dan tangan gadis itu sibuk mengusap-usap wajahnya kini. "OMO!" Jessica langsung terperanjat dan bangun dari posisinya. Ia terkejut melihat Aiden yang menjadi bantalannya tidur semalaman. Oh my...bagaimana keadaan tulang pria itu? pasti bengkok-bengkok. Racaunya sendiri dalam hati. "Eoh...mianhe..." Ucap Jessica menyesal melihat Aiden yang merintih kesakitan. Benar, kan? Tulangnya pasti sekarang bermasalah. Batin Jessica. "Aish..seharusnya kau membangunkanku, pabo!" Maki Jessica. Tapi tangan gadis itu memijati kaki pria itu. "Haha...bagaimana aku membangunkanmu. Sedangkan aku sendiri tertidur. Sudahlah...aku tidak akan mati hanya karena merelakan diri memangku kepala cantikmu itu." Ucap Aiden, mencoba menggoda Jessica. "Cih! Masih saja bisa menggodaku.." Cibir Jessica. Saat ini mereka sarapan bersama. Dan masih berada dirumah paman dan bibi Shin yang berkata mereka akan menginap lagi seperti semalam dirumah kerabat mereka. Alhasil, tentu saja Jessica dan Aiden yang harus turun tangan menjaga toko bunga ini. "Kemarin kau dari mana saja? Kenapa lama sekai, eoh?" Tanya Jessica disela-sela sarapan mereka. "Aigoo...baru saja sebentar, kau sudah merindukanku, Jessica Jung, hum?" Goda Aiden. "Ck! jawab saja! Jangan menggodaku!" Aiden hanya tertawa melihat Jessica yang kesal. "Aku mencari pekerjaan." Jawab Aiden singkat. Tapi cukup untuk membuat Jessica tersedak saat sedang menelan roti panggangnya. "Uhuk! Mwo? Kau mencari pekerjaan? Untuk apa?" Tanya Jessica menyerbu. Ia hanya tak habis pikir dengan Aiden. Untuk apa mencari kerja? "Ya tentu saja untuk hidup, pabo! Aku kan tak mngkin terus bergantung padamu!" Jawab Aiden. "Dan kau tak bisa melarangku!" Ancam Aiden sebelum Jessica mengajukan protes. "Ya! Kau fikir aku akan melarangmu. Ck! ya sudah...tapi ngomong-ngomong, kau sudah mendapatkan pekerjaan?" Tanya Jessica lagi. Ia sepertinya begitu penasaran dengan hal ini. "Kau ini cerewet sekali. ini rahasia. Kau akan tahu nanti." "YAK! KAU!" Seru Jessica. "Dasar menyebalkan..." Desis Jessica kesal. Tapi Aiden cukup bisa mendengar umpatan gadis itu padanya. . =flowered= . Ini pekerjaan yang Aiden bicarakan dengan Jessica tempo hari. Ia sudah bekerja 1 minggu sebenarnya disini. Menjadi supir dari truk pengantar barang yang beroprasi di sekitar kota Seoul saja. Alasannya mengambil pekerjaan ini adalah karena ia butuh mengawasi pergerakan Kris dan Victoria. Tapi ia harus pintar bersembunyi jikalau ia maish ingin hidup. Jadilah ia memilih pekerjaan ini karena ia pikir pekerjaan ini tak akan mungkin dicurigai oleh Kris maupun anak buahnya. Dan saat ini ia dalam perjalanan menuju Lee Company. Perusahaannya sendiri, sebelum Kris dan Victoria menginvasi semuanya. Ia mengunakan maskernya. Lalu menggunakan topi agar lebih aman. Ia membantu pekerja lain untuk mengangkat barang yang diketahui itu adalah peralatan kantor. Aiden masih hafal semua itu, dimana ia selalu memesan alat-alat ini. Jadi ketika teringat rencana ini, ia langsung mendatangi perusahaan dimana ia sering memesan barang-barang ini dulu. Perasaan deg-deggan pasti selalu terasa. Bagaimanapun ia hanya manusia biasa yang pasti akan merasakan ketakutan bila masuk kedalam kandang musuhnya. Ia menaiki tangga menuju gudang yang ditunjukkan oleh staff gudang Lee Company. Dan ketika staff itu pergi. Aiden mulai melancarkan aksinya. Ia menyusup melalui pintu darurat yang terhubung langsung kedalam sebuah ruangan berlift yang tak banyak orang tahu. Hanya ia dan beberapa orang kepercayaannya saja. Kris dan Victoria saja tidak tahu. Tentu, karena mereka bukan sama sekali orang kepercayaan Aiden! Ia menutup pintu darurat itu lagi. Dan disana ada sebuah lift. Lift itu akan langsung tehubung dengan lantai utama gedung ini. lantai dimana ruang president direktur berada. Dan tepat atau mungkin sebuah keberuntungan. Tadi ia sempat melihat Kris dan Victoria pergi. Jadi kemungkinan besar, lantai utama sepi. Dan ia pun bisa leluasa untuk beraksi mendapatkan beberapa berkas berharga yang sudah direbut oleh Kris dari tangan Taemin karena paksaan. Beruntung Taemin tak menyerahkan semuanya. Ia harus berterimakasih pada asistennya itu. karena sudah terlibat terlalu jauh dan mengorbankan nyawanya pula! TING Ia sampai di lantai utama. Lantai 29 gedung Lee Company. Aiden mengedarkan pandangannya pada seluruh lantai ini. sebelumnya ia sudah menghubungi Taemin untuk menjemputnya disebuah ruangan kecil yang pasti Taemin tahu. Karena Taemin tahu tentang rahasia Lift ini. TOK TOK Aiden menoleh pada pintu setelah beberapa saat ia mengunggu Taemin menjemputnya. Ya, tentu saja yang mengetuk pintu ruangan rahasia ini adalah Taemin. Lantas segera saja Aiden mengikuti langkah Taemin yang memberitahunya bahwa dilantai 29 ini sudah sepi dan sudah dijaga oleh orang-orang mereka. Namun Aiden hanya memiliki waktu sedikit saja sampai Kris kembali pukul 11.30 nanti. Jadi sekitar 40 menit dari waktu sekarang ia berdiri didepan pintu ruangan presidet direktur—ruangannya dulu, dan ia kaan merebut ruangan itu lagi. CKLEK Semua masih sama. Dekor, tata letak. Semua masih sama sesuai ingatan Aiden. Namun kemudian ia menggelengkan kepalanya. Tidak! Ia tidak punya waktu untuk mengingat hal seperti itu! Ck! Dengan cepat ia bergerak menyusuri ruangan itu. dimulai dari meja kerja. Ia memeriksa dengan teliti berkas-berkas yang tertata rapi dimeja itu. Siapa yang tahu disana ternyata ada berkas yang ia cari. Ck! tapi ternyata tidak ada. Hanya berkas tak penting. Ya, mana mungkin Kris meletakkan berkas yang dicari musuhnya disembarang tempat. "AH!" Seperti diberi petunjuk. Aiden baru saja teringat dengan brangkasnya. Brnagkas yang tak pernah digunakannya sebelumnya. Dan mungkin Kris menggunakan brangkas itu. Ia cepat menuju ruang priadi diruangan ini. Dan dipojokkan dengan mudah ia menemukan brangkas itu. Cepat ia kesana. Dan benar. Brangkas itu terkunci. Berarti memang ada sesuatu yang penting yang Kris simpan didalamnya. "Sial!" Umpat Aiden. Kala ia tak kunjung dapat membuka brangkas itu. Sudah banyak kata kunci yang ia gunakan untuk membuka brangkas itu. Hingga ia teringat sesutau. Tapi mungkinkah? 18041989 TING "Mwo?" Gumam Aiden tak percaya. Ternyata sandi yang digunakan Kris adalah tanggal ulang tahun Jessica. Dan jangan tanya dari mana Aiden tahu tanggal lahir Jessica. Ia tahu karena ia sudah bayak mengobrol dengan gadis itu. Dan ternyata semua itu sangat berguna. Ingin sekali saat ini Aiden memeluk Jessica. berterimakasih atas semua celotehan yang sering dianggap Aiden tak penting. Dan ia juga maish saja tak mengira, ternyata Kris memang benar-benar mencintai Jessica. sampai-sampai menggunakan tanggal lahit gadis itu. Dan lupakan tentang hal-hal itu sementara ini. Karena ia harus fokus dengan berkas berharga yang harus dicarinya. Didalam brangkas itu ada beberapa tumpuk map. Dan itu cukup membuat Aiden mendesah frustasi karena dengan begini ia harus sedikit berdusah payah mencari keberadaan berkas itu. "Bukan ini...bukan ini...bu—" BINGGO! Ia mendapatkannya. Ia mendapatkan berkas itu. ditumpuk ditumpukan paling bawah. Ah...seharusnya iia tahu berkas itu pasti tersimpan dibawah! Namun baru ia merasa senag. Jantngnya kini sudah diajak untuk berpacu kembali. Karena Taemin baru saja mengiriminya pesan. SAJANGNIM. MAAFKAN AKU, TAPI TERNYATA MANAGER KRIS KEMBALI KE PERUSAHAAN LEBIH AWAL. MEREKA SUDAH ADA DIDALAM LIFT MENUJU LANTAI 29. AKU HARAP KAU SUDAH MENEMUKAN BERKASNYA SAAT INI SAJANGNIM. DEG! Aiden langsung saja membereskan map-map yang berceceran lalu memasukkannya kembali kedalam brangkas dan menutupnya lagi. Namun saat Aiden hendak keluar dari ruang pribadi itu. Ia mendengar suara pintu ruangan terbuka. Dan nampaklah Kris dengan menundukkan kepalanya memasuki ruangan ini. Jantung Aiden sudah berdetak tak karuan saat ini ketika Kris melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan. Namun setelah itu juga, ia bisa sedikit lega saat Kris terlihat menerima telepon dan terdengar marah-marah dari nada bicaranya dan pria itu tergesa-gesa keluar lagi dari ruangan ini. Dan segera saja Aiden menggunakan kesempatan ini untuk keluar dari ruangan ini. Namun sebelum itu ia mengirim pesan pada Taemin. AKU SUDAH DAPATKAN BERKASNYA. DAN AKAN KELUAR SEBENTAR LAGI. AMANKAN DISEKITAR RUANGAN RAHASIA. AKU AKAN KESANA. Setelah pesan itu terkirim. Cepat Aiden bergerak keluar dari ruangan itu. Ia sempat terkejut ketika ia berpapasan dengan seorang didepan pintu ruangan presdir dan ternyata itu orang kepercayaannya. Hampir saja membuat jantungnya copot. Aiden mengikuti orang kepercayaannya itu. yang pastinya akan mengamankannya sampai keruang rahasia berada. "Taemin sajangnim berpesan ia akan segera menemui anda. Karena ia sekarang sedang mengalihkan perhatian Kris sajangnim." Ujar salah satu orang kepercayaan Aiden. "Bilang tidak udah pada Taemin. Nanti aku yang akan menghubunginya bila aku ingin bertemu." Titah Aiden. "Baik, sajangnim." Aiden menyuruh semua orang kepercayaannya untuk pergi dari sekitar lantai 29 setelah ia sudah masuk kedalam lift. Tentu agar menghindar kecurigaan berlebih dari pihak Kris. Dan ia benar-benar mengacungi jempol untuk kerja taemin dan orang kerpercayaannya yang lain. Ia tak habis pikir bila ia harus mengerjakan ini sendiri tanpa bantuan mereka. . /// .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN