4. Membungkam

1589 Kata
i********:: gorjesso Happy Reading.. Sepanjang perjalanan menuju kota. Jessica masih saja terus menggerutu karena Aiden kini menggunakan 'aku akan menciummu jika tidak menuruti perintahku' untuk mengancam Jessica. Alhasil Jessica langsung diam bak patung karena mendengar kalimat itu berseru dari bibir pria laknat itu. Ya! Ia benci Aiden! Karena ia sudah tahan. Dan karena tangannya sudah terlalu gatal untuk memukul pria yang kini memboncengnya dengan sepeda. Dengan sedikit ancang-ancang Jessica mencubit pinggang Aiden. Menghasilkan rintihan yang kuat. Membuat burung-burung pantai yang tengah berjemur di batasan pantai langsung beterbangat karena mendengar teriakan rintihan Aiden yang menggelegar. Eoh.. "YAK! APA-APAAN KAU?!" Ucap Aiden tak terima. Ia menghentikan kayuhannya. Dan menatap Jessica yang menatap datar padanya seperti tidak melakukan papa-apa seperti yang Aiden tuduhkan padanya. "Aku tidak melakukan apapun." Ujar Jessica. Aiden mendesah kesal. Ia geram dengan jawaban Jessica. "Jika saja ini bukan di jalanan. Aku akan menciummu lagi." Ancam Aiden. Membuat bibir Jessica membentuk 'O' karena tak percaya dengan apa yang diutarakan pria itu barusan. Pria ini m***m sekali ternyata? "Yak! Dasar m***m!" Pekik jessica. Ia memberondong Aiden dengan pukulan kuat ditubuh pria itu. Dan terjadilah peristiwa yang mirip dengan kisah TOM & JERRY. Yeah.. --- "Kenapa kalian baru tiba?" Tanya paman Shin ketika melihat Aiden dan Jessica tiba didepan tokonya. "Salahkan saja dia!" Tuduh Jessica. Jari telunjuknya menunjuk tepat didepan hidung Aiden. Lalu setelah berhasil mengintimidasi pria itu. Ia melenggang masuk kedalam toko dnegan tampang acuh. Paman Shin hanya bisa melihat kepergian Jessica dengan waja bingung. Alis bertaut. Ada apa lagi dengan 2 anak muda ini? Lalau kini tatapannya bergilir menuju Aiden. Memberi pria itu tatapan horor dan tajam yang bisa menusuk mata lawan bicaranya. "Kau apakan lagi dia?" Tanya Paman Shin dengan geram. "A-aku. Aku tidak melakukan apapun." Okey! Sepertinya ia harus mendapat ceramah lebih panjang dari paman Shin dari sebelumnya. Great! Jessica sudah berhasil membawanya menuju kandang singa! --- Dimeja makan keluarga Shin. Kini ditempati oleh 4 orang. Tidak seperti biasanya. Karena ada Jessica dan Aiden yang ikut makan siang bersama mereka. "Ah...serasa aku memiliki keluarga yang bahagia." Gumam bibi Shin membuaka percakapan. Jessica dan Aiden hanya tersenyum kecil. disini mereka duduk bersebelahan dengan aura kesal milik masing-masing yang masih mendominasi. "Sebenarnya, kemarin paman mendapat seorang pembeli yang memesan banyak bunga untuk acara peresmian perusahaan mereka. Tapi paman tak yakin bila paman dan bibi akan menyelesaikan itu dengan cepat." "Kalau begitu paman bisa meminta bantuanku." Celetuk Jessica. "Aih...memangnya tidak papa?" Ujar bibi Shin. "Ck! Tentu saja! Aku siap kapanpun kalian membutuhkan bantuanku." Ucap Jessica meyakinkan. "Tapi..dimana letak perusahaannya, paman? Di Seoul juga?" "Ne. Sedikit Jauh dari toko paman. Dan ini nama perusahaannya." Ujar paman Shin menyiyakan dan menyerahkans ebuah kartu nama untuk Jessica lihat. "LEE COMPANY.." Gumam Jessica. Tapi berbeda dengan Aiden. Pria itu langsung terlihat menegang. Ia terhenyek mendengar nama itu didebutkan. "Pa-paman..apakah aku boleh ikut membantu kalian?" Tanya Aiden. Semuanya terlihat melihat padanya. Termasuk Jessica yang melihat Aiden seperti tegang dan menahan sesuatu. Ada apa dengan pria ini? Batin Jessica bertanya-tanya. "Tentu saja. Bukankah semakin banyak personel akan semakin cepat selesai?" --- Kalian tentu tahu apa yang membuat Aiden sempat menegang tadi. Pria ini mendengar nama perusahaan yang tak lagi asing di telinganya. Nama perusahaannya sendiri. Dan paman Shin tadi mengatakan bahwa akan diadakan peresmian? Peresmian apa? Apa yang ingin dilakukan Kris dan Victoria pada perusahaannya? Apakah 2 sahabatnya. Bukan! Mantan sahabatnya itu akan membuat perusahaannya menjadi milik mereka? Pikiran Aiden terus tertuju pada hal-hal itu. Kepalanya semakin pening untuk memikirkan kemungkinan buruk akan terjadi pada perusahaan keluarganya itu. Ia ingin sekali sekarang juga menemui kedua orang itu—menemui Kris dan Victoria. Meminta penjelasan tentang semua ini. Dan terakhir, ingin membunuh kedua orang itu dengan tangannya sendiri. Namun ia tak bisa apa-apa. Posisinya bahkan sudah dianggap mati. Ya, Kris dan Victoria pasti mengira ia sudah mati saat mereka menyeburkan dirinya dilaut. BRUK Skali lagi ia memukul tembok dengan kepalan tangannya. Amarah pria ini benar-benar memuncak. Ia sudah tidak sabar untuk segera melampiaskannya pada sahabat yang menghianatinya itu. Menghianatinya secara perlahan. Dan Aiden bersumpah! Ia akan menjatuhkan Kris dan Victoria kedalam lubang yang sama dengannya. Dan berharap mereka tak akan muncul lagi kehadapannya. Secara perlahan. Ya, secara perlahan. Hingga 2 orang itu tak menyadari pembalasan yang mulai mengikuti mereka. "Aiden..." Suara lembut menyadarkan Aiden dari lamunannya. Ia menoleh kebelakang dan menemukan Jessica dengan alis bertaut. Gadis itu. Dalam sekejap saja mampu meluluhkan emosinya. Benar-benar menakjubkan. Ia yakin. Ia akan terus membutuhkan gadis ini disampingnya. "Ne?" Sahut Aiden dan berjalan menghampiri Jessica. "Kau terbangun?" Jessica menganggukan kepalanya. "Apa yang kau lakukan tengah malam begini? "Aku hanya tidak bisa tidur." Jawab Aiden. "Kau pasti terbangun karenaku. Kalau begitu aku akan memelukmu sampai kau tertidur." Aiden langsung menarik tubuh Jessica dan memeluknya dengan erat setelah mengucapkan kalimat itu. "A—Aiden.." Lirih Jessica. Ia masih terkejut dengan tarikan Donghae yang tiba-tiba. Jantungnya langsung berdegup kencang sebagai respon atas tindakan pria ini. "Tidurlah..Aku akan memelukmu seperti ini." Tutur Aiden. Ia mengusap punggung Jessica dan semakin mengeratkan pelukannya. Dan sesekali mengecup puncak kepala Jessica. Membuat gadis ini semakin didera penyakit jantung yang tak kunjung usai. Tangannya pun ikut menegang karena gugup. Dan Jessica berpegangan pada ujung kaus yang Aiden pakai. "Ta—tapi ji—ka berdiri mana bisa aku ter—tidur." Ucap Jessica dengan tergagap bukan main. Lidahnya bahkan terlalu kelu. "Eoh..begitu ya..berarti kajja, kita kekamar!" Jessica membulatkan kedua matanya. Tapi belum sempat ia memprotes. Tubuhnya sudah diangkat ala bidalstyle oleh Aiden dan langsung membawanya menuju kamar. Pria itu tidak dengan susah payah membuka dan menutup pintu karena kakinya yang bekerja. Suara debaman pintu yang cukup keras sempat membuat Jessica menutup matanya sekejap. "Kau gila!" Komentar Jessica. Memandang Aiden tak percaya. Tapi pria itu hanya menatapnya seolah tidak terjadi apapun. Setelah itu Aiden membawa Jessica menuju ranjang. Dan merebahkan tubuh gadis itu disana. Sedangkan saat ia hendak ikut merebahkan tubuhnya sendiri disana. Jessica langsung mendorongnya membuat ia berdiri tegak lagi disamping ranjang. "Wae?" Tanya Aiden bingung. "Ya! Mana bisa kau ikut tidur disini?! Kau sudah punya kamar sendiri! Tidurlah disana!" perintah Jessica mendorong Aiden menjauh dari jaraknya. Namun pria itu masih kekeh berdiri disamping ranjangnya. "Ck! Tidak! Aku ingin tidur disini!" Ujar Aiden. "Yak! Kau pikir ini apa?" Protes Jessica. "Aku hanya ingin menidurkanmu. Karena aku yang membuatmu terbangun. Apa itu salah?" Jelas Aiden. Dengan tampang polos seolah tak tahu apa yang telah menyulut emosi Jessica. "Aigoo...Jadi kau ingin tidur seranjang denganku lagi, begitu? Yak! Enyahlah m***m!" Umpat Jessica lalu menarik selimut dan menimbun diri dibawahnya. "Arra..arra...aku bisa saja melakukan yang waktu itu lagi." Gumam Aiden bermaksud menggoda. Dan berhasil. Jessica langsung membuka selimutnya. Dan menatap Aiden curiga. Apa yang akan dilakukan pria itu? Melakukan yang waktu itu? Oh...jangan...Jangan... Batin Jessica menebak. "O..O...Oh...jika kau berani melakukan itu lagi. A—aku jamin kau akan tidur diluar selamanya." Ancam Jessica tapi terasa gagal karena suaranya seperti tercekik melihat tatapan tajam Aiden yang tertuju padanya. "Gurrae?" Aiden mulai mendekat kearah Jessica berada. Menaiki tepian ranjang. Semakin membuat degup jantung gadis itu berpacu bak genderang perang. "Yak—yak!" Protes Jessica kala Aiden kini mulai memposisikan diri diatas tubuhnya. Aiden terrsenyum miring. Jessica itu ccepat sekali ia kuasai. Sekalipun gadis itu tengah marah besar sekalipun padanya. Dan ia sangat menyukai expresi gadis itu bila tengah ketakutan seperti ini. Menggemaskan. "A—Aiden...Menyingkirlah..." Pinta Jessica dengan tergagap. Ia terus mencoba menahan tubuh Aiden agar tak sempurna menmpel dengan tubuhnya. "Shireo!" Tolak Aiden dan terus memajukan wajahnya. "Maafkan aku dulu. Dan biarkan aku tidur disini bersamamu." Tutur Aiden memberi syarat. "Ck! Picik sekali. Tidak! Aku tidak akan memafkanmu..apa lagi mengizinkanmu tidur disini bersamaku!" Tolak Jessica. Apa-apaan ini.. "Well...kalau begitu aku harus menciummu." Ucap Aiden santai dan langsung memajukan wajahnya sedekat mungkin dengan Jessica. Hingga kening mereka kini bersentuhan. Jessica tergagap. Nafasnya tercekat kini. Pria ini selalu saja memaksakan apa yang ia inginkan! Okey..baiklah...lebih baik ia memaafkan pria itu. dan ia selamat dari ciuman Aiden yang ia akui begitu lembut dan memabukkan. Memikirkan hal ini membuat pipinya memanas. "Ba—baiklah.." Jessica menghela nafasnya. "Aku memafkanmu. Jadi segera turun dari tu—mmfff" Kalimat Jessica terpotong begitu saja oleh bungkaman yang Aiden lakukan dengan bibirnya. Tidak bergerak hanya diam diatas bibir tipis Jessica. Namun memberi tekanan agar bibir itu tak bisa menolaknya. Sedikit lama. Hingga Jessica dapat menyadarinya dan mendorong d**a Aiden meminta memberi jarak karena oksigen sudah terasa sangat tipis diantara mereka. Setelah Aiden melepas ciumannya itu. Jessica langsung menghirup nafas sebanyak-banyaknya. Aigoo...ini benar-benar mengerikan. Pria itu...Aishhhh.. Batinnya merutuki. Aiden hanya tersenyum melihat wajah Jessica yang memerah dan kini gadis itu tengah menghirup udara sebanyak mungkin. Dan itu karena ulahnya. Ia masih bertahan diatas tubuh gadis itu. Menikmati pemandangan yang pasti hanya ia yang bisa melihatnya. Dan ia bisa pastikan itu. "Ke—kenapa melihatku seperti itu?" Jessica saat ini hanya bisa merutuki dirinya yang selalu saja kehilangan suaranya disaat seperti ini. Disaat ia dipermainkan oleh Aiden. "Aniyo. Hanya sepertinya menarik untuk kupandangi." Jawabnya enteng. Jessica langsung menyilangkan tangannya didepan dadanya. Pria ini m***m sekali. Jika tangannya itu mampu berkutik seperti biasanya. Ia ingin sekali memukuli pria yang menindihnya ini sepuasnya. Tapi ia tidak bisa. "Sudah puas. Jadi turunlah dari tubuhku. Kau pikir kau tidak berat, heum?" Maki Jessica. mendorong Aiden agar menyingkir dari atas tubuhnya. Namun sebelum meyingkir dari atas tubuh itu. Aiden mengecup sekilas kening Jessica. Membuat gadis itu kini membeku ditempatnya. "Jaljayo." Ucapnya sebelum ia keluar dari kamar gadis itu. Jessica memegangi wajahnya yang memanas setelah mendengar pintu kamarnya tertutup. Ia berteriak tertahan setelahnya. Ia merutuki dirinya sendiri karena tak bisa menolak setiap perilaku Aiden padanya. Imun tubuhnya benar-benar payah! . =flowered=
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN