Otaku, Pengecut, dan Istri yang merepotkan

1027 Kata
Masing-masing dari mereka yang terjebak seperti kehilangan akal. Begitu pintu ke dua ditutup, semuanya berlarian, dan menggedor-gedor pintu tersebut. Seperti sebelumnya, semua tidak ada hasil. Mereka terjebak lagi dan lagi. Ruangan ke dua sangat luas. Ada beberapa kamar dan juga lorong yang panjang. Ada juga tangga yang mengarah ke atas. Mirip seperti rumah tua, ruangan tersebut dilengkapi dengan tungku pemanas, televisi, sofa, dan hal lainnya yang memang terlihat seperti model lama. Masing-masing dari mereka mencari senjata untuk melindungi diri. Kevin masih memegang kunci T-nya, yang dia bawa dari luar. Sunny menemukan pemukul baseball. Travis memberikan Marry sebuah tongkat yang dia temui di dapur, sementara dia menyelipkan sebilah pisau ke pinggangnya. Hanya, Jaden, David, dan Mashi yang tidak mencari senjata. Sedangkan Jun Liu, dia adalah tipe pemilih, tak ada senjata yang dia rasa cocok dengannya. "Namamu Sunny? Jaden duduk di sofa, di samping Sunny, dia berusaha menghidupkan televisi dengan remot yang dia dapatkan. Namun, sia-sia saja. Televisi tersebut tidak mau menyala, "Kira-kira pukul berapa sekarang? apa waktu di jam tangan ini bisa dipercaya?" ucap Jaden sambil menatap jam tangannya. Sunny ikut menatap Jam tangannya, lalu menyamakan jam tersebut dengan jam yang ada di tangan Jaden, Sepertinya bisa dipercaya," ucapnya kemudian. "Wah, anak sekolah memang cerdas. Aku bahkan tak berpikir untuk menyamakan jam tangan kita," Jaden tersenyum. Senyumnya jelas sangat ramah. Sudah dipastikan bahwa Jaden adalah orang yang mudah bersosialisasi. "Bagaimana kau bisa kemari?" tanya Sunny kemudian, dia sangat penasaran bagaimana orang-orang yang ada di ruangan itu bisa terkurung bersamanya. "Hmmm, aku hanya datang. Aku mendapatkan undangan ketika aku baru saja selesai bermain di warnet, dan menurutku menarik, lalu aku dengan antusias datang kemari." "Bagus untukmu. Setidaknya kau tahu bagaimana cara kau datang," Sunny menghela nafas, lalu menunduk. "Memangnya kau tidak tahu?" "Sudah kukatakan diawal, aku pulang dari sekolah, dan tertidur di bis. Entah bagaimana aku terbangun disini." "Ah benar. Kau mengatakan itu ketika pertama kali tiba disini," Jaden mengangguk, "Hei, kita belum berkenalan, kau Sunny, kan? perkenalkan aku Jaden," dengan tersenyum ramah Jaden mengulurkan tangan kepada gadis muda tersebut. Sunny tersenyum tipis, dia kemudian menyambut tangan Jaden, "Sunny," ucapnya singkat. "Kau seorang siswi? ah tentu saja, kau mengenakan pakaian sekolah sekarang," ucap Jaden kemudian. "Kenakan ini," tiba-tiba David berada di samping Sunny, lalu memberikan sebuah celana panjang padanya. Sunny menatap David penuh tanda tanya, "Maksudku. Kau mengenakan rok pendek. Itu sangat tidak nyaman. Kenakan ini saja. Aku menemukannya di dalam lemari di kamar atas, pergilah ke atas, ada beberapa pakaian mungkin kau ingin mengganti pakaianmu." "Benar juga. Setidaknya kau harus mengganti rokmu," Jaden menyetujui. Sunny kemudian berdiri, dan mengambil celana panjang yang diberikan David, "Terimakasih," ucapnya. Dia lalu beranjak naik ke lantai atas, agar bisa menggantinya. "Sialan! lagi-lagi kita terjebak di ruangan aneh. Lihatlah, seorang otaku dengan otak datar, dan juga seorang pengecut, lalu ada suami dengan istri yang merepotkan. Benar-benar tidak bisa kupercaya," Jun Liu yang baru kembali dari lorong menghela nafas. Lorong yang dia telusuri lumayan panjang, terletak di sebelah ruang makan, ketika membuka pintu, tampaklah lorong yang begitu panjang dan gelap, namun setelah diikuti, lorong tersebut malah berakhir di ruang tamu. Artinya, dia hanya berjalan memutari rumah besar tersebut. Mashi diam di tempatnya berdiri. Yah, yang Jun Liu maksud dengan Otaku berotak datar adalah Mashi. Mashi bahkan tidak menunjukkan ekspresi yang berarti saat serangkaian kejadian demi kejadian terjadi. Dia hanya terpaku, menatap pintu di depannya, masih mencari cara untuk membuka pintu tersebut. Lalu, tentu saja si Pengecut yang selanjutnya adalah Kevin. Kevin masih duduk menyudut. Memegang kunci T-nya sambil memeluk kedua kakinya. Entah apa yang dia pikirkan, tapi dari awal Jun Liu sangat tidak menyukainya. Marry adalah istri merepotkan menurut Jun Liu. Hanya Marry dan Travis yang mempunyai hubungan di antara mereka. Menurut Jun Liu, Marry hanya menghambat kerja Travis, karena terus saja merengek. "Kenapa wanita harus ada disini? menyebalkan sekali!" sambungnya lagi dengan kesal. "Kau bisa diam, tidak? Apa masalahmu dengan istriku? Kau sendiri manusia yang menyebalkan!" Travis agak emosi. Marry menggenggam tangan suaminya, agar tak terpancing dengan apa yang dikatakan Jun Liu. "Sayang, tenanglah," bisik Marry ke telinga suaminya. "Hahaha, setidaknya aku tidak merengek, dan merepotkan orang lain," ucap Jun Liu sambil mengejek. "Persetan denganmu! istriku juga tidak merepotkan siapapun, dia hanya bersamaku!" "Ya ampun. Hei, aku mengatakan ini demi kebaikanmu. Istrimu itu hanya akan menghambatmu. Kau bisa mati karena adanya dia." "Apa masalahmu! jika aku harus mati demi istriku aku tak keberatan. Kenapa kau ikut campur dengan masalahku!" "Bukannya ikut campur. Aku hanya kasihan denganmu yang geraknya terbatas oleh istri," "Orang tua. Jangan memprovokasi suamiku. Urus saja urusanmu sendiri," ucap Marry. Dia menggenggam tangan Travis erat. Hatinya sedikit cemas dan takut. Namun, dia tak bisa membiarkan orang lain membuat masalah kepada Travis, suaminya. "Hahaha, lihatlah siapa yang bicara. Apa kau tahu bahwa kau sangat merepotkan? benar-benar merepotkan hingga membuatku muak!" "Paman Jun, sepertinya kau tidak berhak bicara seperti itu. Seperti yang diucapkan suaminya. Marry, kan?" Jaden mendekati pertikaian dan memastikan bahwa dia tak salah mengenali nama, "Hmm, Marry tidak merepotkan orang lain. Dia hanya bersama suaminya, dan dia juga tidak merepotkanmu, jadi jangan bicara yang tidak-tidak. Marry benar, kau memprovokasi. Untuk apa kau melakukan itu?" Jaden menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Jun Liu. "Sudha kukatakan aku tidak memprovokasi. Aku hanya kasian kepada suami yang direpotkan istrinya," "Jika kau kasihan setidaknya jangan memperburuk suasana," sambung Jaden lagi. "Hah, kau masih muda tapi sok mengajariku. Kembali ke tempatmu, bukankah kau mau menggoda gadis sekolah itu?" ucap Jun Liu merujuk kepada Sunny yang saat ini tengah berada di lantai atas. "Wah, orang tua ini benar-benar pembuat masalah. Tadi mengatai istriku, dan sekarang kau malah mengurus urusan lainnya?" Travis terkekeh. Menatap Jun Liu dengan tatapan tidak suka. "Hei, sebagai laki-laki aku prihatin padamu. Sebaiknya kau tinggalkan saja istrimu yang merepotkan itu. Sedangkan kau, jangan berusaha mendekati gadis muda itu. Kalian tahu, para wanita sangat merepotkan." "Mendengar perkataannya dia pasti masih lajang di usia yang sudah tua ini," ucap Jaden sambil melirik Travis. "Kau pernah ditolak hingga patah hati, ya?" Travis menatap Jun Liu remeh. "Hah, orang-orang bodoh memang sudah untuk dinasehati," Jun Liu menggelengkan kepalanya. "Kau tak perlu menasehatiku, aku tidak butuh apapun yang keluar dari mulutmu, b******k!" Seru Travis dengan geram.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN