Game

1088 Kata
Enam bulan sebelumnya. Universitas Golden, Inggris. Kevin Mc Grown berjalan santai menuju perpustakaan kampus. Dia baru saja menyelesaikan perkuliahannya. Siswa introvert tersebut memang senang menyendiri. Kadang di perpustakaan, kadang di warnet dan kadang di taman kampus. Dari kejauhan, tampak Justin Woo berlari mengikutinya dari belakang. Justin Woo adalah satu-satunya teman Kevin. Mereka mulai akrab sejak awal perkuliahan hingga sekarang di tahun ajaran mereka yang keempat. "Kau ke perpustakaan untuk membaca buku?" tanya Justin, agak berlari kecil di sebelah Kevin. "Memangnya ke perpustakaan mau apa lagi jika tak membaca buku?" "Berselancar di internet. Memanfaatkan koneksi internet di perpustakaan yang kencang dan gratis." "Kau mau bermain game di perpustakaan lagi? terakhir kali kau membuat penjaga perpustakaan mengejar kita, karena terlalu berisik. Jika mau bermain game lakukan di warnet saja." "Karena kau selalu di perpustakaan, tentu saja aku akan mengikutimu. Tenang saja. Kali ini aku tidak akan berisik." "Terserah kau saja. Tapi, jika petugas perpustakaan mengusir kita lagi, aku akan memukul kepalamu." "Baik. Kita sepakat," Justin berlari mendahului Kevin. Dia memilih tempat duduk di pojok perpustakaan. Menyambungkan steker laptopnya ke soket elektrik di dinding lalu mulai berselancar. Kevin juga ikut menghidupkan laptopnya. "Ingat, jangan berisik," bisik Kevin kepada Justin. "Siap," Justin mengacungkan jempolnya. Kevin yang tadinya hendak belajar, akhirnya terpengaruh oleh Justin. Dia segera mengetik kata kunci di pencarian internet. "Game terbaru yang paling seru". Itu kata kunci yang baru saja dia ketik. Begitu dia menekan tombol "Enter", berbagai pilihan artikel dan rekomendasi game muncul di layar laptopnya. Kevin membuka dan membaca satu persatu rekomendasi dari internet. Setelah beberapa lama, alamat web yang misterius menarik perhatian Kevin. Kevin membuka laman tersebut, dan tiba-tiba layar laptopnya berubah menjadi hitam. Awalnya Kevin mengira laptopnya mengalami error. Namun, lama kelamaan muncul bercak-bercak merah di layar hitam tersebut, bersamaan dengan kalimat "Selamat datang di dunia kriminal, anda ingin mendaftar menjadi anggota dan membantu yang lain untuk mencari pembunuh?", begitu membaca kalimat tersebut, Kevin langsung menyenggol Justin yang sejak tadi tengah sibuk berselancar di sampingnya. "Kau lihat ini? sepertinya permainan ini seru," ucap Kevin setengah berbisik. "Waw, bagaimana Kau bisa menemukannya? apa alamatnya, Aku juga ingin ikut." Kevin memeriksa alamat situs itu. Tapi alamatnya begitu panjang dan rumit, "Alamat macam apa ini?" "Kenapa? tidak bisa?" "Sebentar akan aku salin alamatnya dan mengirimkan padamu lewat email." Kevin segera mem-blok dan menyalin alamat situs tersebut, lalu mengirimnya ke email Justin. "Baiklah, mari kita lihat seperti apa keseruan game ini," Justin sangat bersemangat. Dia meregangkan jari-jarinya dan mulai masuk ke situs. "Kita harus mendaftar dahulu," ucap Kevin begitu melihat kolom pendaftaran anggota di tengah-tengah layar laptopnya. "Tinggal daftar saja, kan? Aku akan daftar." Justin mulai mendaftarkan dirinya. Melihat itu, Kevin juga ikut mendaftar. Mereka harus memasukkan nama, umur, dan pekerjaan. "Dewa Sihir. Bagaimana bukankah namaku keren?" Justin menunjukkan nama samarannya kepada Kevin. "Keren apanya. Kampungan sekali," ucap Kevin lalu mengetik namanya, "Kloroform," Kevin tersenyum melihat nama samaran yang dia ketik. "Kau sudah gila? hanya kau yang menggunakan nama seperti ini untuk sebuah permainan." "Aku akan membuat semua orang pingsan," ucap Kevin, dia hampir saja tertawa. Namun, cepat-cepat dia menutup mulutnya. "Umur dua puluh empat tahun, pekerjaan ..." Justin berpikir sejenak, "Menurutmu aku harus mengisi apa untuk pekerjaan?" "Terserah. Pekerjaanku adalah," Kevin mengetik dengan serius, "Membuat orang pingsan," "Hahaha, si gila ini boleh juga. Kalau begitu pekerjaanku," Justin menerawangkan pandangannya ke atas, "Menghipnotis segala yang terlihat." "Baiklah. Kita mulai?" Kevin bersiap menekan tombol "Kirim". "Kirim!" Mereka berdua mengirim pendaftaran secara bersamaan. Begitu pendaftaran dikirim, muncul layar hitam lainnya dengan tulisan. "Selamat datang di dunia kriminal, jika kalian ingin hidup segera temukan pembunuhnya". "Kita langsung mulai permainan?" Justin bicara sambil berbisik. Namun, suara bisikannya mengandung semangat yang tinggi. "Sepertinya akan langsung mulai. Berarti kita di dalam permainan yang sama." "Baiklah, aku adalah masyarakat umum. Kita bersepuluh? menurutmu siapa pembunuhnya?" Kevin hanya diam mendengar pertanyaan Justin. Hanya dia yang bisa melihat, bahwa dia adalah pembunuh yang dicari semua orang di dalam permainan. "Aku harus menjalankan misi." Justin segera menyelesaikan misi yang diberikan, untuk mendapat petunjuk tentang pembunuh. Sementara Kevin mencari waktu yang tepat untuk membunuh tiga orang anggota agar dia bisa menang. "Ternyata permainan ini seru juga," Kevin tersenyum. Tampaknya dia sangat menikmati permainan tersebut. Setelah berkeliling dan mencari momen yang pas, Kevin segera membunuh satu orang yang bernama "Green Tea". Para pemain lain tak menduga bahwa mereka diam-diam diserang. Begitu pula dengan Justin. Dia berteriak kecil, dan membuat semua orang di perpustakaan menatapnya dengan horor. "Kau gila? jangan berisik," Kevin mengingatkan. "Kita kehilangan satu anggota. Menurutmu siapa yang membunuhnya?" Justin berdiskusi dengan Kevin dan juga dengan delapan orang lainnya di dalam Game. "Mana Aku tahu, Aku sedang ada misi penting," Kevin fokus. Tujuh orang lawannya sedang berkumpul bersama. Dia memperhatikan satu orang dengan nama "Dandelion". Dia mengikuti orang itu dengan santai. Begitu mereka mulai berpencar mengerjakan misi masing-masing, Kevin segera membunuh Dandelion dengan cara menusuk leher orang itu. Kevin tersenyum puas sementara sisa dari yang hidup semakin panik. "Sudah kuduga. Kevin, kau pembunuhnya, kan?" Justin menangkap Kevin, beberapa detik yang lalu dia melihat Kevin tersenyum tipis saat semua orang panik. "Aku? bukan. Aku tak tau apa-apa," Kevin mengelak. "Jangan coba-coba membohongiku, Aku melihatmu tersenyum saat satu orang mati." Kevin menarik nafas dan menatap Justin dengan tersenyum, "Iya, Aku pembunuhnya. Hahaha, jadi ini bagaimana? Aku hanya harus membunuh satu orang lagi, untuk bisa menang." "Hah, ya sudah. Bunuh Aku saja," Justin melepaskan tangan dari Keyboard laptopnya. "Serius? Mmm, tidak. Kau katakan saja pada yang lain kalau aku pembunuhnya." "Kau mau menang, kan? tak masalah Kau membunuhku. Tapi ... syaratnya ..." "Syaratnya apa?" "Aku lapar, kau traktir Aku makan ya, uangku sudah menipis, hehehe." "Dasar. Baiklah, satu buah burger untuk tusukan." "Aku mau ayam panggang," "Kau mau ayam? kalau begitu aku harus menyetrummu. Agar kau sama terbakarnya seperti ayam." "Baik. Tak masalah. Ayo bunuh aku," Justin merentangkan tangannya. Kevin kemudian membunuh Justin dengan setruman yang dia punya. Beberapa detik setelah Justin tewas, Kevin dinyatakan sebagai pemegang. "Yeah!" Kevin mengepalkan tangannya, sangat senang akan permainan yang baru saja mereka mainkan, "Tunggu sebentar, Aku kembalikan buku yang kupinjam dulu. Baru kita pergi makan siang," ucap Kevin, Justin mengangkat jempolnya. Kevin segera beranjak untuk mengembalikan buku ke petugas perpustakaan. Beberapa menit kemudian, Kevin kembali untuk mengambil laptopnya, "Justin. Ayo," Kevin beranjak. Namun, Justin masih tak bergerak dari tempat duduknya. Kevin kembali mendekat, kepala Justin berada di atas keyboard laptonya, dahinya menekan kuat disana hingga layar laptopnya bergerak tak karuan, "Kau tidur, ya?" Kevin menyentuh bahu Justin. Bruk! Justin jatuh ke lantai. Tubuhnya tangan dan wajahnya agak menghitam seperti terbakar. Kevin mundur beberapa langkah dan terbelalak, "J-Justin!".
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN