Kevin diam sejenak, "Lalu ruangan ke dua?" tanyanya kemudian.
"Desain ruangan yang hangat. Rumah dimana keluarga biasa berkumpul,"
"Dan sandinya adalah tanggal ulang tahun,"
"Hmmm. Biasanya orang selalu menggunakan tanggal ulang tahun sebagai sandi rumah, dan lainnya. Lagipula, aku melihat satu balon yang berada di pojok ruangan."
"Aku juga melihatnya, balon berwarna merah, kan?" Sambung Jaden dari kejauhan sambil berkonsentrasi mencari petunjuk.
"Hmm, balon berwarna merah. Properti itu bukankah identik dengan ulang tahun?"
Mendengar penjelasan Mashi, Kevin segera bergerak menelusuri sekeliling ruangan, "Berarti kita harus mencari barang yang biasa, tidak mencolok, namun sangat penting untuk memecahkan sandi," ucap Kevin kemudian.
"Apakah ini termasuk?" Sunny menyodorkan sesuatu. Sebuah kertas dengan garis kepada Kevin.
"Ini ..." Kevin memeriksa kertas tersebut, dia kemudian berlari dan memeriksa mesin kode sandi yang ada di depan pintu. "Benar juga, ini mesin pembaca kode batang. Bukan mesin sandi rumah biasa!" Kevin berseru, merasa mendapatkan sedikit pencerahan di kepalanya, "Dimana kau menemukan ini?" tanya Kevin lagi kepada Sunny.
"Di bagian belakang keripik kentang yang ada di rak sana," ucap Sunny sambil menunjuk ke arah rak yang dia maksud.
"Kalau begitu kita bisa keluar?" Marry berlari mendekati Kevin dan Sunny. David dan Jaden juga ga berjalan cepat kearah mereka. Penasaran apakah kertas tersebut benar-benar bisa membawa mereka keluar dari ruangan ketiga ini.
"Ini adalah kode batang. Bukankah kita biasa memindai nya saat berbelanja di supermarket?" ucapin sambil tersenyum. Kini dia tak terlihat tertekan seperti saat awal dikurung di ruangan tersebut. Karena keinginannya untuk keluar, Kevin kini tampak bersemangat memecahkan setiap petunjuk yang ditemukan.
"Kalau begitu ayo segera pindah kode itu," ucap David kemudian.
Perlahan Kevin mendekat ke arah mesin pembaca kode batang yang terletak di pintu. Dia memandangi teman-temannya lalu perlahan mendekatkan kode tersebut ke mesin pembaca kode batang. Tit, sebuah suara kecil keluar dari mesin tersebut, pertanda bahwa sang mesin mulai memindai kode yang Kevin berikan.
Tanda diduga muncul monitor di sebelahnya, bagaimana mungkin orang biasa mempunyai teknologi secanggih ini. Bisa disimpulkan sang psikopat yang mengurung mereka mungkin saja adalah seorang miliarder yang kaya-raya spider menyukai teknologi. Biasanya orang-orang melakukan hal seperti itu karena kesepian dan tidak tahu lagi harus bagaimana untuk menghabiskan hartanya.
"Keripik kentang," itu tertulis di layar begitu kode batang di baca. Muncul sembilan baris nomor kosong di bawahnya. Melihat itu Kevin mengerti. Dia kemudian berbalik dan menatap teman-temannya, "Kita butuh sembilan barang lagi," ucapnya kemudian.
Semua orang bergegas berlari ke arah rak dan juga ke arah pakaian yang begitu banyak bergantung, berusaha dengan cepat mencari kode batang yang tersembunyi. Kevin juga ikut mencari. Dia menatap setiap jenis makanan di supermarket, berusaha tak melewatkan detil kecil sekalipun.
"Ini berhasil, aku menemukan satu!" Marry berseru di depan pintu. Dia baru saja memindai kode batang yang ia temukan di bagian pakaian. Marry tempat merasa senang, dia berlonjak kegirangan sambil bertepuk tangan.
Dari kejauhan David mengacungkan jempolnya ke arah Marry. David ikut senang melihat Marry yang kini mulai tampak bersemangat, setelah kehilangan suaminya. Itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan, hanya orang yang benar-benar kuat yang bisa menghadapi krisis seperti ini.
Perlu delapan barang lagi untuk bisa membuka pintu. Waktu terus berjalan, kini empat puluh lima menit telah berlalu. Artinya mereka hanya mempunyai sisa waktu lima belas menit untuk mencari delapan barang guna membuka pintu selanjutnya.
"Ada yang sadar? di sudut sana ternyata adalah mesin pendingin. Aku menemukan dua kode batang. Di sayuran dan buah-buahan yang ada di sebelahnya," ucap Jaden sambil menunjukkan dua kode batang yang dia temukan, tersembunyi jauh di tumpukan sayur dan buah. Jika tidak teliti atau malas mencari, tentu saja benda itu tak akan pernah ditemukan disana.
"Kalau begitu, butuh enam kode batang lagi," Kevin bergegas mengobrak-abrik semua yang ada di depannya. Disaat semua orang tengah sibuk mencari di berbagai tempat, Mashi dari tadi masih saja duduk. Dia telah selesai memakan camilan yang tadi dia buka. Kini, dia berpindah memakan buah apel yang dilemparkan Jaden kepadanya. Seolah sedang mengisi ulang otaknya yang terkuras dari ruangan pertama dan kedua, Mashi tak bergerak sama sekali dan terus saja mengunyah sambil mengawasi keadaan.
"Bocah aneh, kau mau ikut bersamaku?" tiba-tiba Jun Liu duduk di samping Mashi. Dari sorot matanya dia tampak tertarik untuk bergabung bersama Mashi. Maksudnya, Saya ingin mengajak Mashi, untuk bekerjasama. Karena dia melihat Mashi bisa diandalkan.
"Tinggalkan saja mereka disini. Kita cari jalan lain, aku yakin ada pintu lain yang harus dibuka dari pada pintu utama ini. Jika kau ikut aku, aku akan menjamin keselamatanmu," ucap Jun Liu meyakinkan Mashi.
"Bagaimana kau bisa menjamin keselamatanku? kau sendiri terancam terbunuh," jawab Mashi. Tak terlihat sedikitpun tak ketakutan di wajah Mashi ketika berbicara dengan Jun Liu.
"Hei, kau meremehkanku? di antara semua orang disini akulah yang paling kuat. Aku juga punya senjata untuk melindungi diri," ucap Jun Liu sambil menepuk senjata api di tangannya.
"Paman Jun, apa kau pembunuh?" pertanyaan Mashi membuat Jun Liu terkekeh.
"Dasar bocah bod0h. Jika aku pembunuh yang dimaksud maka kau pasti tahu apa yang akan terjadi. Aku pasti akan membunuh kalian semua di ruang pertama tanpa pikir panjang."
"Tidak. Kau tak bisa membunuh kami. Bukan begitu peraturannya, peraturan pembunuhan hanya diketahui oleh pembunuh. Itu yang dikatakan Kevin."
"Kau percaya dengan bocah yang tidak waras itu?"
"Kau juga memanggilku aneh dan bocah bod0h. Bukankah kami sama-sama tidak waras? tentu saja orang yang tidak mempercayai orang yang tidak waras. Kami sama-sama saling mempercayai."
"Baiklah, tapi aku katakan padamu. Aku bukan pembunuh,"
"Semua orang di sini mengatakan bahwa dirinya bukan pembunuh."
"Aku benar-benar bukan pembunuh. Kau lihat dia? si David Br*ngsek itu, Aku yakin dia adalah pembunuh yang sebenarnya."
"Bagaimana kau bisa yakin?"
"Karena dia selalu bersikap sok baik dan melindungi orang lain. Sudah aku jelaskan sebelumnya bukan orang seperti itu biasanya adalah ciri-ciri pembunuh?"
"Hah, dunia ini memang kacau. Orang jahat dihunat, orang baik dicurigai jahat. Melakukan sesuatu di permasalahkan, tak melakukan sesuatu juga dipermasalahkan,"
"Kau ini sedang apa! Ikut aku, ayo kita mencari pintu keluar lain dari tempat ini,"
"Aku butuh satu kode batang lagi!" terdengar Kevin sedang berteriak. Waktu tersisa lima menit lagi dan kali ini sembilan barang sudah berada di daftar.
Keripik kentang, pakaian wanita, Seledri, apel merah, s**u bubuk, yogurt, biskuit kacang, saus tomat, kornet. Kesembilan barang tersebut tersusun disana.
"Tolong, berikan aku satu kode batang lagi. Ada yang menemukannya!" seru Kevin kemudian.
"Disini," Mashi mengangkat tangan, tak disangka, dia memegang sebuah kode batang di tangannya, entah sejak kapan dia menyimpan kode itu.
"Mashi!"