Dengan jantung berdebar aku memperhatikan Alex berbicara dengan Firza di dalam ruang kerja si kulkas dua pintu. Tampak jelas atasanku terintimidasi oleh sosok Alex yang tinggi besar. Atau mungkin juga karena relasi mereka jelas sebagai bos dan bawahan. Seharusnya aman sih, karena tidak ada transfer emosi apa pun dari Alex ... "Bro, beneran mau pulang sekarang? Gue sih maklum. Masih masa bulan madu, 'kan?" Riana menyeringai jahil. "Iya lah. Pengantin baru," sambar Romy. "Eh, tumben lo nyamber kayak petir?" ejekku, karena biasanya rekan yang satu itu diam seperti keong. "Sekali-sekali lah. Mumpung lo masih di sini. Sayang aja udah jadi istri orang." Aku melotot. Apa dia bilang?? What the maksud?? Gawat, sepertinya keputusan Alex untuk membawaku pulang cepat didasarkan pada instingnya s