"Woi, nyonya bos datang!" Aku menggerutu panjang lebar karena teriakan Riana membuat seluruh penghuni lantai dua belas memanjangkan leher untuk melihat ke arahku. Sambil menutupi kepala seperti takut terkena lemparan batu, aku berjalan cepat ke mejaku. "Berisik lo! Gue gunting rambut lo ye!" ancamku. Bukannya takut Riana malah tertawa. Memang dasar reseh! Aku menyimpan tas di laci besar. "Datangnya kurang siang, Bro. Dianterin suami ya? Katanya lantai dasar sampai heboh kedatangan selebriti." Riana menyandarkan pinggul di tepi mejaku. "Iya lah heboh. Lakinya 'kan yang punya perusahaan. Hati-hati ngomong. Besok di SP tiga lo," sambar Romy tanpa mengalihkan pandangan dari laptop. "Mana kerjaannya? Mana? Katanya overload! Manaaa??" Aku menyalakan laptop. "Tunggu aja. Lima menit lagi me