Arabelle kaget melihat Alsen yang melangkah terpincang-pincang, segera dia meninggalkan segala pekerjaan di balik pantry bersama dengan dua asisten rumah tangga lainnya--menghampiri Alsen dengan raut muka khawatir. "Alsen, kaki kamu kenapa?" tanyanya panik, dia menyuruh Alsen duduk di sebuah sofa panjang, lalu mengambil tempat di sebelahnya. Alsen tersenyum. Dia senang mendapat perhatian seperti ini dari ibunya, meski sudah sebesar sekarang kasih sayang sang ibu tidak berkurang sedikitpun. Akan tetap cemas ketika Alsen terluka, tidak pulang sampai larut, dan mengkhawatirkan jadwal makannya di kala berkas menumpuk. Alsen bahagia terlahir dari keluarga serba berkecukupan--bahkan lebih dari itu, memiliki saudara yang peduli, meski semua sikap dan sifat mereka berbeda. Seketika Alsen tering