Seperginya Alsen, Kania hanya bisa tersenyum pahit. Dia menarik napas panjang agar tangis tidak pecah, kembali mengusap-usap permukaan perutnya. Kania yakin jika bayi dalam kandungannya sama sekali tidak menginginkan keadaan menyakitkan seperti ini, lalu bagaimana Kania bisa meluruhkannya? Kania punya hati, buah hatinya tidak bersalah, meski dunia terbalik pun Kania tidak akan bisa dia menyakiti darah dagingnya sendiri. Ini murni kesalahan Alsen atas kelemahannya malam itu. Melenyapkan malaikat kecilnya bukan cara yang benar, dia sudah gagal menjadi gadis yang baik, setidaknya jangan gagal juga menjadi ibu yang hebat kan? Cukup gagal sekali, kemudian berusaha memperbaikinya. Daripada menyesal seumur hidup telah menjadi pembunuh darah dagingnya sendiri. Itu adalah mimpi buruk yang tidak ak