Daniel melajukan pelan mobilnya menuju pesantren Al-Hikmah. Dia pikir tak perlu lagi menunda untuk bertemu dengan abi Faidh. Hatinya merasa tak tenang, namun baru beberapa kilo meter menuju tempat yang akan ia datangi, konsentrasi Daniel harus kembali terpecah oleh bunyi getaran hape yang ia letakkan di dasboard mobil. Awalnya lelaki itu enggan untuk mengangkat telepon genggam yang terus bergetar, Daniel pikir mungkin itu dari Laura yang masih belum mau menyerah juga. Tetapi Daniel tak bisa mengabaikan saat melirik ke layar telepon pintarnya yang muncul adalah nama Nadira. Menepikan mobil sejenak untuk memasang headset sebelum mengangkat telepon dari sang adik kembar. Mata Daniel membelalak saat mendengar kabar dari seberang. Napasnya tercekat, tak bisa berkata apa-apa. Tidak terasa sudu